BUTTERFLY, SERIES

BUTTERFLY (6)

IMG_20160419_231512

Tittle                : BUTTERFLY

Cast                 : Kim Taeyeon

Tiffany Hwang

Kwon Yuri

Jessica Jung

Son Naeun

Im Yoona

Krystal Jung

Bae Irene

Seo Juhyun, Song Jieun, Nam Jihyun, Mark Tuan, James, and others

Genre              : Gender Bender, Action, Romance, Adult, Friendship, 18++

Credit Pic by K.Rihyo

Series

Copyright © royalfams418.2016. Allright Reserved

This is just my imagination & don’t copy paste without permission

—————————————————————–

.

.

Part 6

.

WARNING: TIDAK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR

.

.

BUTTERFLY

  • I don’t know what it is about you, that makes me want you so badly

.

Kupu-kupu adalah simbol dari kesempurnaan hidup dimana ia melewati banyak proses sebelum menjadi begitu mengagumkan. Dia lahir dan tumbuh dengan dikuasai nafsu dan keegoisan, namun ia begitu mengagumkan sehingga banyak orang yang menginginkannya. Tapi ia tak seindah kupu-kupu pada kenyataannya. Dia akan menjadi terlalu berbahaya jika kita bermain dalam dunianya.

.

.

.

—————————–

.

ARRRGGGHHHH

.

.

Suara teriakan membuat Taeyeon tersentak. Ia bergegas keluar dari ruangannya dan tak lupa membawa pistolnya. Ia melihat beberapa anak buahnya berlari mendekat. “Sepertinya dari ruang sekap, Bos”

.

Taeyeon segera berlari ke ruangan itu diikuti anak buahnya. Ia dibuat terkejut dengan kondisi Mark yang tertusuk dan mengalami 3 luka di bagian vital. Namja itu terbaring tak berdaya. Taeyeon segera memeriksa nafasnya, dan itu sangat lemah.

.

“Ah Sh t”, Taeyeon baru sadar jika Sooyoung pergi bersama Jessica. “Bawa dia ke rumah sakit” perintahnya.

.

“Bos, itu akan berbahaya”, salah satu anak buahnya bersuara.

.

Taeyeon mengerang frustasi. “Oh f cking sh t. Aku tidak peduli, bawa dia segera ke Rumah Sakit sebelum Jessica yang akan menghabisimu”, Taeyeon menodongkan pistolnya.

.

Beberapa anak buah Taeyeon segera membawa Mark pergi. Beberapa lainnya ikut dengan Taeyeon memeriksa seluruh ruangan dan tak ada tanda-tanda keberadaan Stephany. “Oh sh t sh t”, Taeyeon memukul keras tembok dan membanting kursi kayu di dalam ruangan itu.

.

Namja itu sangat kesal dengan apa yang terjadi barusan. Ia memanggil semua anak buahnya dan memaki mereka karena Stephany menghilang.

.

.

Doorrr….

.

Taeyeon baru saja meluapkan kekesalannya pada salah satu anak buah yang akhirnya terbaring tak berdaya. “Periksa semua lokasi, dan jangan ada kesalahan lagi. Kalian dengar itu?!!”

.

“B…B…Ba…Baik B..Boss”

.

Taeyeon kembali ke ruangannya dan segera mengambil jaket kulitnya. Taeyeon keluar dari markas dan mengendarai mobilnya menuju rumah sakit tempat dimana Mark dibawa. Karena Sooyoung tidak ada di tempat, mau tidak mau Mark harus dibawa ke rumah sakit umum. Walaupun resikonya sangat besar, itu tidak sebanding dengan reaksi Jessica jika mengetahui yang terjadi pada orang kepercayaannya.

.

“Oh sh t!”, Taeyeon mengumpat lagi membayangkan reaksi Jessica. Meskipun dia pemimpin, tapi kemampuan Jessica membunuh orang lain terkadang membuatnya bergidik ngeri. Sekali bermain dengan Jessica, maka kau tak akan pernah selamat.

.

Dengan sabar, Taeyeon menunggu operasi Mark bersama tiga anak buahnya. Pandangan mata Taeyeon mengarah ke sekeliling koridor. Berharap tak ada yang mencurigakan selama mereka menunggu operasi berjalan.

.

Namun pandangan matanya berhenti pada sosok yang ia kenal tak jauh dari tempatnya berada, beberapa blok dari koridor ruang operasi. Taeyeon penasaran dan mendekati orang itu. Ternyata dia menangis dan Taeyeon dapat membaca jelas ruangan apa itu. Kamar jenazah.

.

“Ini”, Taeyeon memberikan saputangan baby blue miliknya.

.

Orang itu mengangkat wajahnya dan terkejut melihat sosok yang beberapa hari ini ia temui. “Kau….?”, wajah sedihnya berubah menjadi bingung.

.

“Aku berada di koridor sana”, tunjuk Taeyeon ke arah ruang operasi. “Temanku sedang terluka. Dan kau?” Taeyeon berusaha membuka percakapan dan ingin mencari tahu apa yang terjadi.

.

“Asistenku mengalami kecelakaan mobil dan dia tak tertolong”, jelas orang itu yang tak lain adalah Tiffany.

.

“Aku turut berduka”, ucap Taeyeon pelan.

.

Tiffany hanya mengangguk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia tak kuasa menahan airmatanya dan kembali terisak. Taeyeon yang bermaksud menghiburnya tidak mengeluarkan kata-kata, hanya sebuah usapan ringan di punggung wanita itu agar lebih tenang.

.

.

.

.

.

.

“Sial!”, orang itu mengumpat kasar pada namja di depannya. “Kenapa kau salah sasaran? Itu bukan pengacara Hwang” ucapnya lagi.

.

“Maaf tuan, saya tidak menduga bahwa mobil pengacara Hwang akan digunakan orang lain.

.

Orang itu tampak tak puas dengan kinerja orang suruhannya. Ia membanting botol wine yang dipegangnya dan menyebabkan pecahan kaca tersebar di lantai.

.

“Kau yakin tidak ada yang melihat?”

.

“Tidak tuan. Mobil itu terparkir di kantor dan saya berhasil merusak beberapa bagian vital dari mesinnya”

.

Orang itu melempar sebuah amplop tebal ke arah namja itu. “Pergilah sekarang. Aku akan memanggilmu kembali jika aku sudah memikirkan rencana untuk menyingkirkan pengacara Hwang”

.

“Baik tuan” namja itu permisi dan segera pergi dari sana.

.

.

.

.

————————-

.

Jessica dan Sooyoung sudah tiba di lokasi yang Taeyeon sebutkan. Mereka berdua sudah siap dengan senjata masing-masing. Keduanya mulai mengendap dan masuk ke sebuah pabrik oli yang sudah lama tak terpakai.

.

Suara berisik mulai terdengar saat keduanya sudah masuk ke dalam. Dari kejauhan, mereka dapat melihat sekitar belasan pria terlihat sedang berpesta dengan botol bir yang ada di tangan mereka.

.

Sooyoung bergerak lebih dulu dan mendekati seorang pria yang terlihat terpisah dari kelompoknya. Sooyoung mengapit lehernya dari belakang dan dengan cepat menarik pelatuknya hingga peluru itu menembus kepala sang pria.

.

Mendengar bunyi pistol, semuanya menoleh ke arah suara dan Sooyoung tersenyum menyapa mereka. Melihat satu temannya tewas, semuanya beraksi dan memegang senjatanya. Sebelum sempat menyerang Sooyoung, Jessica muncul dan melepaskan peluru ke beberapa pria hingga mereka terjatuh tak bernyawa.

.

“Mereka hanya berdua, serang!”, salah seorang dari kelompok itu berteriak.

.

Sooyoung dan Jessica dengan senang hati melayani mereka. Keributan mulai terjadi di dalam sana. Sooyoung menaruh kembali pistolnya dan mengambil pisau yang sama persis dengan yang digunakan Jessica. Jika Jessica adalah yang paling sadis diantara mereka, maka Sooyoung adalah partner terbaik Jessica dalam hal membunuh dengan cara yang paling sadis.

.

Namja itu hanya menggunakan kemampuan bertarungnya ketika Jessica yang memintanya. Tidak ada siapapun yang mengetahui kemampuan bertarung Sooyoung kecuali Jessica. Setiap menjalankan misinya, jika Jessica meminta Sooyoung bersamanya itu berarti hanya ada mereka berdua. Tidak ada anak buah bahkan Taeyeon sekalipun.

.

Dalam hitungan menit, pisau milik Jessica dan Sooyoung sudah ternodai oleh darah-darah segar. Jessica menahan tangannya untuk tidak segera mencabut pisau itu dari salah satu pria yang tergeletak.

.

“Katakan dimana pemimpinmu berada, hmmm?” Jessica bertanya dengan tenangnya dan membiarkan pria itu kesakitan menahan tusukannya.

.

“A…a…..aku….ti…tidak….tahu”

.

“Jawaban yang salah”, Jessica semakin menusukkan pisaunya semakin dalam membuat pria itu berteriak dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

.

Sooyoung berjalan mendekati keduanya dan ia berdiri di sebelah Jessica dengan menatap pria itu. Kakinya kini menginjak pundak kiri pria itu. “Bosku bertanya, dimana pemimpinmu, huh?”, ucapnya pada pria malang itu.

.

“A…a…..aku….ti…tidak….tahu…..dia…dia….tidak….a…da…disini”

.

ARRRGGGHHHH

.

Tusukan terakhir Jessica semakin dalam dan ia segera mencabut pisau miliknya. Membiarkan pria itu tewas dalam kesakitannya.

.

“Sepertinya dia sudah melarikan diri, Sica”, Sooyoung mengeluarkan pendapatnya.

.

“Hmmm, kurasa baru beberapa menit yang lalu dia melarikan diri dari sini”

.

Jessica menjawabnya dengan santai seraya mengelap darah yang tersisa di pisau miliknya. “Kurasa ini bukan markas mereka. Kita bisa membuat perhitungan yang kedua”, jelasnya pada Sooyoung.

.

Door….door….

.

.

Sooyoung baru saja melepaskan dua pelurunya saat menyadari dua orang yang terbaring di lantai terlihat bergerak sedikit. Jessica tersenyum pada Sooyoung lalu menarik dasi yang Sooyoung kenakan.

.

Wajah mereka sangat dekat hingga keduanya dapat merasakan nafas dari masing-masing. “Kau terlihat keren jika membunuh seperti itu, hmmmm”

.
“Yeah, tapi kujamin Yuri lebih keren dari apapun yang kulakukan”, balas Sooyoung dan membuat keduanya tertawa bersama.

.
“Kau sudah tahu jawabannya Soo. Kajja, kita pergi dari sini”

.

Sooyoung mengangguk dan keduanya meninggalkan pabrik itu tanpa menoleh ke arah belakang.

.

.

.

.

.

***

.

.

Yoong baru saja memasukkan koper ke dalam bagasi mobil dan mengangkat tubuh Irene karena sedari tadi gadis kecil itu minta digendong oleh Yoong. Sedangkan Krystal berdiri di sebelahnya seraya memeluk boneka stitch favoritnya.

.

“Kupikir kalian akan pulang besok, Yoong”, ucap Jieun yang mengantar mereka ke parkiran mobil.

.

“Yul Hyung menelponku. Dia ingin bertemu kedua putrinya sebelum pergi bertanding”

.

“Oh ya? Kemana Yuri akan pergi?”

.

“Turnamen Rusia”

.

Jieun menganggukkan kepalanya mengerti. Ia tersenyum pada Krystal dan menyamakan tingginya dengan gadis itu. Jieun memberinya pelukan dan ciuman di pipi. Ia melakukan hal yang sama pada Irene yang ada digendongan Yoong.

.

“Hati-hati Yoong mengendarai mobilnya. Sampaikan salamku untuk semuanya”

.

“Hmm pasti Noona”

.

Yoong membukakan pintu mobil untuk Krystal dan Irene di bangku belakang. Yoong berjalan ke sisi pintu kemudi dan Jieun menunggunya disana. Wanita itu menyerahkan sesuatu pada Yoong.

.

“Berikan ini untuk Taeyeon, katakan padanya jangan terlalu lelah bekerja”

.

Mendengar ucapan Jieun, Yoong jadi merasa bersalah padanya. Jieun tak akan pernah berpikir ke arah negatif tentang apa yang Taeyeon, Jessica, dan Yoong lakukan di belakangnya. Terutama Taeyeon, karena ia sangat percaya pada namja itu.

.

“Akan kusampaikan pada Taeng Hyung. Noona jaga diri baik-baik”, Yoong memeluknya dan segera masuk ke mobil.

.

.

Perjalanan cukup panjang yang mereka tempuh akhirnya membuat ketiganya tiba di Seoul pada sore hari. Yoong dapat melihat mobil Yuri sudah berada di rumah Jessica. Irene yang tahu persis mobil Daddynya segera keluar dan masuk ke dalam rumah. Yoong tertawa kecil melihat kelakuan lucu gadis itu.

.

“Ayo Krys”, Yoong membukakan pintu untuk Krystal dan ia jongkok di depannya dengan posisi membelakangi Krystal. Memberi tanda bahwa ia akan melakukan piggy back.

.

Krystal yang masih pemalu, sedikit ragu melakukannya. Namun karena Yoong, dia akhirnya naik ke punggung Yoong dan memeluknya.

.

“Wuhuuuu~~ pegangan yang erat Krys. Yoong oppa akan meluncur”

.

Yoong berlari sekuat tenaga dan membuat Krystal berpegangan kuat. Gadis kecil itu mulai tertawa.

.

Di ruangan tengah, Irene terlihat bermanjaan dengan Yuri. Gadis itu benar-benar merindukan Daddynya. Yuri baru saja membelikan mainan baru untuknya dan Krystal.

.

“Krys, Daddy membelikan ini untuk kita”, ia mengangkat hadiahnya dengan sangat antusias. Membuat Yuri dan Yoong terhibur dengan kelakuannya.

.

Yoong menurunkan Krystal dan berjalan duduk di sebelah Yuri. Keduanya menikmati pemandangan kebersamaan Irene dan Krystal. “Kurasa Sica berhasil membuatnya nyaman”, ujar Yuri yang memandang ke arah Krystal.

.

“Eoh. Noona sangat memperhatikannya dengan baik”, adu Yoong pada Yuri. Namja tanned itu mengangguk setuju dengan ucapan Yoong. Meskipun ia jarang melihat kedua putrinya, namun Jessica setiap hari selalu mengirimkannya video ataupun foto kebersamaan Irene dan Krystal.

.

“Daddy, apa Krys boleh meminta ini?” tanya gadis itu dengan sedikit malu-malu dan mengangkat boneka minnie mouse yang menjadi salah satu hadiah Yuri.

.

Yuri menoleh begitu Krystal bertanya padanya. Ia terdiam sesaat. Perasaan Yuri tak bisa tergambarkan saat Krystal pertama kali memanggilnya Daddy. Yuri mendekatinya dan tersenyum seraya mengusap rambutnya.

.

“Tentu saja. Ini hadiah buat Krys dan Irene”

.

Krystal membalas senyuman Yuri meskipun masih agak sedikit canggung. Di sisi lain, Irene mengangkat boneka mickey mouse yang ada di tangannya.

.

“Krys mendapatkan minnie dan Irene mendapatkan mickey”

.

Yuri mencubit pipi putrinya. “Benar sekali. Putri Daddy semakin pintar, hmmm” Irene membalasnya dengan kekehan.

.

Yoong yang berada disitu ikut senang melihat kondisi perkembangan Krystal dan tentu ia ikut bahagia karena Irene tidak merasa kesepian lagi dengan hadirnya Krystal.

.

Drrttt…drttt….

.

Yoong merasakan getaran di ponselnya. Ia terkejut dengan pesan yang baru saja diterimanya.

.

From: Sooyoung Hyung

.

Yoong, tawanan kita menghilang dan Mark diserang dan keadaannya kritis. Perintahkan orang-orangmu untuk mencari tahunya. Jessica sangat marah dengan hal ini.

.

.

Yoong beranjak dari kursinya dan mengambil kunci motornya di kamar tamu. Begitu kembali ke ruang tengah, Yuri menatapnya penuh tanda tanya. “Mark diserang dan keadaannya kritis”, ucapnya pelan tanpa membuat Krystal dan Irene mendengarnya.

.

Karena refleks, Yuri segera berdiri. “Bagaimana dengan Sica?”, ia terdengar cemas karena Yuri tahu bahwa Mark adalah orang terpenting Jessica.

.

“Noona sangat marah. Hyung tenanglah, ada Sooyoung Hyung disamping Noona. Aku akan mengabari lagi, sekarang aku harus pergi” Yuri mengangguk begitu Yoong mengatakan hal itu.

.

.

.

.

—————————–

.

“Terima kasih sudah menemaniku kemari”, ucap Tiffany pada Taeyeon.

.

Keduanya sedang berada di kantin rumah sakit. Sambil menunggu pengurusan Jenazah Jihyun, Taeyeon berinisiatif menemani Tiffany menikmati minuman hangat agar wanita itu tak kesepian.

.

“Jihyun sudah seperti sahabat bagiku. Baru pagi tadi kami mengobrol dan sekarang aku tak menyangka kecelakaan itu menimpanya”

.

Suara Tiffany terdengar sangat dalam ketika membicarakan Jihyun. Entah kenapa, Taeyeon jadi ikut merasakan kesedihan itu.

.

“Apa dia mengantuk saat menyetir? Tidak ada kendaraan ataupun orang yang ada di sekitarnya. Bukankah itu cukup aneh jika ia menabrak pembatas jalan?”, Taeyeon mengungkapkan pemikirannya saat Tiffany menceritakan kembali kejadian yang dialami Jihyun dari polisi.

.

“Jihyun tak pernah sekalipun melakukan kecerobohan, apalagi hal sekecil itu”, saat ia mengeluarkan ucapannya, Tiffany tiba-tiba teringat sesuatu. “Apa ini ada kaitannya dengan pelaku penyerangan Perdana Menteri?”, lanjutnya lagi.

.

Taeyeon mengernyitkan dahinya saat Tiffany mengatakan hal itu. Bahkan kelompoknya belum melakukan tindakan lanjutan. Jika Taeyeon berpikir tentang hal itu, apa mungkin ada orang lain di luar kelompoknya yang melakukan hal itu?

.

Taeyeon kembali bersikap normal, seolah ia tak mengerti dengan ucapan Tiffany. “Hmmm, apa Noona sedang menangani kasus besar?”, tanyanya dengan hati-hati.

.

“Eoh”, Tiffany hanya membalasnya singkat. Ia baru sadar jika ia hampir saja mengatakan sebuah kasus pada Taeyeon. Yang Tiffany tahu Taeyeon adalah seorang mahasiswa dan itu akan terlihat aneh jika ia membicarakannya dengan Taeyeon.

.

Keduanya terdiam dan kembali menikmati minuman masing-masing. Tak berapa lama, ponsel Taeyeon bergetar dan ia segera membuka pesan masuk.

.

From: Sooyoung

.

Jessica terlihat sangat marah ketika mendengar kabar tentang Mark. Kami sedang dalam perjalanan ke rumah sakit

.

.

Oh sh t. Taeyeon mulai terlihat panik.

.

“Ada apa?”, Tiffany menyadari perubahan wajah Taeyeon.

.

“Sepertinya aku harus pergi sekarang. Maaf Noona, jika aku tidak bisa menemanimu lebih lama lagi”

.

Tiffany tertawa kecil karena Taeyeon benar-benar cute dengan wajah paniknya. Entah itu karena apa, Tiffany tidak mengerti. Ia lalu mengangguk dan mengatakan baik-baik saja jika Taeyeon tak bisa menemaninya lebih lama.

.

Belum sempat Taeyeon berdiri, Tiffany menyerahkan sebuah kartu nama padanya. “Nomor telponku”, Tiffany tersenyum padanya.

.

Taeyeon dibuat membeku beberapa detik. Namun saat ia menyadari apa yang baru saja ia dapatkan, namja itu tersenyum sangat puas. Setidaknya ia bisa mendapatkan nomor Tiffany.

.

“Terima kasih, Noona”

.

Setelah kepergian Taeyeon, Tiffany kembali mengingat kata-kata Taeyeon. Sebenarnya ia belum percaya sepenuhnya dengan teori Taeyeon. Tapi jika ada yang berusaha menyelakainya dan Jihyun, itu artinya ada kemungkinan besar bahwa pelaku adalah orang yang sama dari kelompok yang menyerang Daddynya. Begitulah kesimpulan sementara yang Tiffany pikirkan.

.

.

.

.

***

.

.

Yoong kembali ke markas dan memeriksa seluruh ruangan bersama dua orang anak buahnya. Ia meneliti setiap sudut ruangan dan meminta salah satu orangnya untuk memeriksa cctv rahasia yang ia pasang.

.

Yoong menelusuri setiap jejak di ruangan sekap yang ditempati Stephanie. “Ada beberapa jejak sepatu yang terlihat disini, Bos”, seorang anak buah yang bersamanya menunjukkan bekas sepatu.

.

Mereka menggunakan kemampuan yang biasanya polisi lakukan untuk mengecek tempat kejadian perkara. Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh Yoong dan satu anak buahnya. Itulah kenapa, setiap Yoong beraksi bersama Jessica dan Taeyeon tak pernah meninggalkan jejak.

.

Satu anak buah Yoong kembali ke ruang penyekapan. “Cctv yang terpasang di seluruh ruangan ini tak merekam apapun saat kejadian”, jelasnya.

.

“Apa??? Bagaimana bisa?”, Yoong terlihat tak senang dengan hal ini.

.

“Sepertinya mereka mengetahui setiap posisi cctv disini. Tapi Bos……”, ia tampak ragu mengatakannya.

.

“Apa?”, tanya Yoong tak sabaran.

.

“Cctv rahasia yang kita pasang berhasil merekamnya”

.

Yoong segera berdiri begitu mendengar hal itu. Ia mengambil usb yang dipegang anak buahnya dan meminta keduanya melakukan pengecekan jejak kaki. Sedangkan Yoong ke ruangan miliknya dan melihat hasil usb itu.

.

Disana tertangkap jelas, ada enam orang menggunakan penyamaran. Yoong tak pernah melihat mereka sebelumnya. Wajah mereka terlihat kurang jelas karena posisi cctv yang menangkap rekaman tersebut terganggu oleh cahaya yang ada di depan ruang penyekapan.

.

Yoong bisa melihat bagaimana salah satu dari mereka menusuk Mark sebanyak tiga kali, dan dua orang dari mereka membawa Stephanie secara paksa dan membiusnya. Ia memukul mejanya dengan sangat keras dan begitu marah melihat orang-orang itu membawa Stephanie.

.

“Sh t” Yoong mendengus kesal.

.

.

.

“Apa kalian akan membunuhku?”

.

Stepahanie terlihat ketakutan saat mendengar suara pistol dari luar ruangan. Yoong menoleh ke arah wanita itu. Tubuhnya mulai bergetar dan berkeringat dingin.

.

Yoong meletakkan satu telunjuknya ke arah bibirnya sendiri. Meminta Stephanie untuk tidak bersuara. Di luar, kelompok Nickhun mencari masalah dengan kelompoknya. (ada di part 3)

.

“Kau tidak akan terbunuh ataupun dibunuh. At least, dengarkan semua kata-kataku. Okay?”

.

Stephanie mengangguk. Biar bagaimanapun Yoong tak pernah menyakitinya. Setidaknya Stephanie bisa mempercayai namja itu meskipun ia tak sepenuhnya yakin. Yoong bagian dari kelompok yang menculiknya.

.

.

.

Lamunan Yoong terbuyarkan saat ia tak sengaja menangkap gerak-gerik mencurigakan dari orang-orang yang menyerang Mark dan membawa Stephanie. Ia menghentikan rekaman itu dan memutarnya berulang-ulang kali hingga akhirnya Yoong menyadari sesuatu.

.

“Tidak mungkin” ucapnya tak percaya saat melihat rekaman itu.

.

.

.

.

—————————–

.

Tiffany pulang ke apartemennya setelah ia memastikan kedua orang tua Jihyun datang membawa jenazahnya. Wanita itu masih terlihat sedih dan terpukul dengan kejadiaan yang menimpa Jihyun. Jika ini bagian penyerangan pelaku, bukankah itu artinya dia dalam bahaya?
.

Sigh..

.

Tiffany masuk ke dalam ruang kerjanya dan melihat berkas-berkas yang sudah ia teliti bersama asistennya. Jihyun sudah bekerja keras membantunya, satu-satunya sahabat yang ia miliki namun takdir membuat mereka berpisah.

.

Saat hendak mengambil ponselnya di dalam tas, sesuatu tertangkap di tangannya. Tiffany segera mengambil benda itu dan terlihat bingung dengan usb yang ada ditangannya.

.

“Apa ini?”

.

Ia mulai menyalakan laptopnya dan memasukkan usb itu. Tiffany dibuat tak berkedip saat melihat apa yang ada di dalam usb. Matanya berusaha mengelak dengan apa yang dia lihat. Ia mencoba mengecek data-data itu, namun sepertinya semuanya adalah asli. Dan Tiffany tak bisa berkata apapun saat semua yang dilihatnya merupakan dana anggaran setiap partai pendukung PM Hwang.

.

Partai Republik, Partai Sosialis, Partai Kerakyatan, dan Partai Liberal termasuk dalam data yang didapatkan oleh Tiffany. Ia segera menutup laptopnya dan masih terkejut dengan semua aliran dana yang masuk.

.

“Ada apa dengan semua ini?”, Tiffany bertanya pada dirinya sendiri. Ia masih belum mempercayainya dan bagaimana bisa usb itu ada di dalam tasnya? Siapa yang memberikannya?

.

Tiffany segera bergerak mengambil berkas yang ada di lacinya. Ia juga kembali melihat video pengancaman pelaku terhadap Daddynya dan partai pendukungnya. Ia membaca berkas itu satu persatu dengan teliti dan mulai menganalisisnya.

.

Berjam-jam Tiffany habiskan untuk mengerti maksud dari semua yang dia dapatkan hingga hari ini. Setelah menganalisis berkas yang ada, ia kembali membuka laptop dan melihat semua aliran dana partai pendukung.

.

Matanya memicing tajam saat melihat dua aliran dana dari dua partai terpecah dan terbagi menjadi beberapa tujuan. Tiffany segera menulisnya dan mencatatkan semua tujuan dana itu.

.

“Jihyun-ah, seandainya kau masih ada”, ucapnya sedih saat menyadari bahwa ia bekerja sendirian.

.

Ia menutup semua pekerjaannya dan memilih ke kamar. Mencoba beristirahat sejenak dan melupakan kesedihannya atas kehilangan Jihyun. Tapi airmatanya berkhianat, berapa kali pun mencoba mengikhlaskan kepergiannya, Tiffany tetap tidak bisa.

.

.

“Jihyun-ah~~”

.

.

.

.

***

.

.

Taeyeon sedikit tergesa-gesa ke ruang operasi, berharap Jessica dan Sooyoung belum datang. Namun harapannya pupus saat melihat Sooyoung berusaha mengendalikan emosi Jessica terhadap anak buahnya.

.

“Sooyeon-ah”, Taeyeon mendekati keduanya dan memberi tanda untuk anak buahnya kembali ke markas.

.

Taeyeon dan Sooyoung memeluk gadis itu untuk menenangkannya. Namun amarah Jessica lebih kuat dari kekuatan kedua namja itu. Jessica mendorong tubuh Taeyeon hingga Taeyeon terjatuh dan melepaskan tangan Sooyoung darinya.

.

Disaat yang bersamaan, Yoong datang dan menghentikan keributan kecil itu. “Noona, tenanglah”, Yoong tahu perasaan Jessica saat ini.

.

Sooyoung menghela nafasnya lega begitu Yoong datang. Ia bersandar di tembok, sedangkan Taeyeon masik terduduk di lantai tak jauh dari Jessica. Yoong membantu Jessica dan Taeyeon untuk berdiri.

.

Mata Jessica memandang ke arah Sooyoung. “Apapun yang dokter katakan setelah ini, bawa Mark ke markas dan tangani dia. Jangan sampai ada yang mencurigaimu”, ucap Jessica dan pergi begitu saja.

.

Yoong dan Taeyeon bertatapan, lalu menoleh ke arah Sooyoung. “Pergilah. Aku akan melakukannya dengan orangku”, jelas Sooyoung. Keduanya langsung menyusul Jessica sebelum kehilangan jejaknya.

.

.

.

Yoong mengikuti Taeyeon dan Jessica masuk ke dalam ruangan Taeyeon. Namja itu mengunci pintu ruangan dan mendekati keduanya. Jessica masih dikuasai amarahnya sedangkan Taeyeon terlihat cemas.

.

“Aku tidak tahu harus memulainya darimana. Tapi lihatlah ini, mereka tidak menyadari ada cctv yang tersembunyi”, ia menunjukkan ponselnya dan memberikan hasil rekaman cctv rahasia milik Yoong.

.

Taeyeon dan Jessica yang awalnya biasa saja melihat rekaman itu, akhirnya dibuat tersentak dengan rekaman terakhir yang mereka liat. “WHAT??” Taeyeon yang paling terkejut.

.

“Ada penyusup dan itu berada di dalam kelompok kita”, jelas Yoong. “Lihatlah rekaman ini”, Yoong menunjukkan bagian tengahnya.

.

“Mereka masuk ke dalam ruang penyekapan tanpa merusak apapun. Begitu menyerang Mark dan mengambil Stephanie, mereka baru merusaknya” lanjut Yoong lagi.

.

“Jadi, maksudmu….” Taeyeon menutup mulutnya tak percaya.

.

“Hmmm dia pelakunya” Yoong menunjuk dua sosok dari keenam orang itu. “Mark melihat mereka terlebih dulu, sehingga tidak ada kecurigaan. Begitu dia diserang, keempat lainnya masuk dan mengambil Stephanie”

.

“Sh t”, kali ini Taeyeon yang terlihat marah karena mereka kehilangan Stephanie dengan mudahnya.

.

“Jangan katakan pada siapapun. Hanya kita bertiga yang tahu tentang hal ini. Aku ingin menunggu Mark sadar dan memberitahukan kita siapa yang menyerangnya”, Jessica mulai terlihat tenang namun tatapan matanya penuh emosi.

.

“Yoong, segera temukan wanita itu”, perintah Taeyeon.

.

“Eoh. Aku pergi dulu Hyung, Noona”, pamit Yoong pada keduanya.

.

Tak lama setelah Yoong pergi, Taeyeon menoleh ke arah Jessica. Ia menggenggam tangannya dengan hati-hati. “You okay? Maafkan aku Sooyeon-ah. Aku berada di markas tapi terlambat mengetahuinya”

.

“Ini bukan salahmu Taeng. Maaf karena reaksiku”

.

“Its okay. Aku tahu Mark begitu penting untukmu. Aku yakin, Sooyoung bisa menyelamatkannya”

.

“Huumm, i hope so”

.

Taeyeon tersenyum dan merangkul Jessica. “Ah aku lupa”, ia teringat sesuatu. “Aku sudah menyelinapkan usb itu untuk Noona sexy”, ia tersenyum bangga.

.

“Kau ini”, Jessica menyikut perutnya pelan. “Good job Taeng. Setelah ini, kita akan lihat apa yang akan dia lakukan” jelas Jessica.

.

“Tapi ada satu hal yang mengganjal?”

.

“Apa?”

.

“Sepertinya ada orang lain yang ingin menyerangnya. Pagi tadi asistennya terlibat kecelakaan tapi tak ada kendaraan atau orang yang melintas di sekitarnya. Ia menabrak pembatas jalan dan tewas dalam perjalanan ke rumah sakit. Yang lebih mengejutkan, asistennya menggunakan mobil Tiffany” jelas Taeyeon.

.

“Kalo begitu, ada orang lain yang terlibat Taeng. Kita harus lebih waspada”

.

“Apa kita jalankan saja rencana selanjutnya? Kupikir kita lebih baik menyingkirkan salah satu partai pendukung Bumsoo. Pria tua itu keras kepala untuk mengakui perbuatan partainya. Apa harus memulainya dari Partai Sosialis?”

.

“Tidak.. Jangan mereka. Masih ada yang kuperlukan disana. Target kita adalah partai kerakyatan. Jika rakyat mulai tidak mempercayai mereka, kupikir pamor partai akan menurun drastis” tolak Jessica.

.

“Oke ide bagus. Aku akan memberitahukan seluruh orang-orang kita untuk bersiap”

.

Keduanya sama-sama mengangguk dan menyetujui rencana. Tak lama, Jessica merapatkan tubuhnya dengan Taeyeon dan memeluknya.

.

“Kuharap semua ini bisa membuat rasa sakitmu di masa lalu menjadi terobati Taeng”

.

“Hummm, gomawo. Kau sudah mendukungku sejauh ini” Taeyeon mengeratkan pelukan mereka.

.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan muncullah Yul dengan wajah paniknya. Ia melihat Taeyeon dan Jessica berpelukan. Mereka melepaskan pelukan itu dan Yuri duduk di sebelah Jessica.

.

“Syukurlah”, Yuri bernapas lega karena Jessica baik-baik saja di ruangan ini bersama Taeyeon. Ia menggenggam tangan Jessica dan menatapnya lembut. “Yoong mengatakan padaku bahwa Mark diserang. Bagaimana keadaannya?”

.

“Dia masih berada di ruang operasi. Luka tusuknya parah. Setelah ini Sooyoung akan membawanya kemari”, jelas Jessica.

.

“Aku percaya dia kuat dan akan bertahan” Yuri memeluk Jessica dan itu membuat Jessica merasakan ketenangan lebih ketika Yuri berada di sisinya.

.

“Kalian terlihat menyebalkan jika seperti itu”

.

Jessica tertawa melihat Taeyeon mulai bersikap childish lagi. “Kemarilah”, Jessica menarik tangannya dan akhirnya ketiganya berpelukan.

.

“Don’t be jealous huh” Yuri tertawa.

.

“Yeah yeaah, i know” balas Taeyeon cuek.

.

.

.

Ketiganya pun tertawa bersama dalam pelukan itu.

.

.

.

TBC

——————————

HAI ^^

Bosen gak ada moment? Namanya juga genre action. Hahhaha XD
Sekarang udah mulai fokus sama masalah

Weih, ada kelompok lain nih nongol. Hahhahah sehebat apa ya mereka?

Jawabannya sampe ketemu di next update

Kkkkkkkkkkk

Annyeong!

.

.

.

by: J418

.

*bow*

193 thoughts on “BUTTERFLY (6)”

  1. Ada banyak pihak disini hmm
    Yg ngebunuh jihyun gengster suruan yg jahat ya? Untung bukan fany yg mati
    Yulsic LDR dong:(
    Kok yulsic sama tae lucu ya kalo pelukan bertiga wkwk

    Like

Leave a comment