DAFTAR FANFICTION, SERIES, Voice Of The Nu Star

Voice Of The Nu Star (1)

Tittle                : VOICE OF THE NU STAR

Cast                 : Choi Jiyeon

                          Bae Sujong

                          Park Hana

                          Liu Ludy

                          Han Sol-A

                          Son Dawon

Genre              : Drama, Friendship

Series

Copyright © royalfams418.2023. Allright Reserved

This is just my imagination & don’t copy paste without permission

——————————————————————–

.

.

Part 1

.

.

Selanjutnya….: Voice Of The Nu Star (1)

“You Are More THAN Who You Were”

.

.

.

.

.

.

Cut!

.

“Kerja bagus. Syuting hari ini kita akhiri sampai disini”

.

Seorang pria yang duduk di depan layar monitor memberikan acungan jempol pada sesosok gadis yang baru saja menyelesaikan scene terakhirnya. Beberapa staf yang ada di sekitarnya juga memberikan tepuk tangan padanya.

.

Gadis itu tersenyum dan membungkuk sopan sebelum seorang wanita berkacamata menghampirinya dan memberikan selimut di sekitar tubuhnya.

.

“Gomawo, Unnie”

.

“Kajja”

.

Keduanya meninggalkan lokasi syuting dan masuk ke dalam sebuah mobil van. Ia menyandarkan tubuhnya sembari mengecek ponselnya. Pandangannya fokus pada grafik yang ada di layarnya saat ini.

.

“Apakah kau puas dengan rating episode kemarin?”

.

Pertanyaan sang manajer membuatnya hanya tersenyum menanggapi.

.

“Lanjut pulang?”

.

Gadis itu masih menatap ponselnya sembari berpikir. “Aku ingin berolahraga sebentar di tepian sungai Han bersama Jim”

.

“Bukankah sebaiknya kau beristirahat?”

.

“Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menyegarkan pikiranku”

.

Keduanya berada dalam perjalanan menuju tempat tujuan. Gadis itu baru saja berganti pakaian dan melihat sejenak ke arah sang manajer sembari mengulum senyumnya.

.

“Berhentilah cemberut, Unnie. Aku janji akan beristirahat dengan baik setelah ini”

.

“Tapi kau belum tidur dengan layak selama seminggu dan aku bisa membayangkan apa yang akan kau lakukan setelah ini”

.

Gadis itu kini hanya tertawa tanpa berniat menyanggah perkataan sang manajer.

.

“Jiyeon-ah”

.

Suara sang manajer menghentikan langkahnya sekali lagi begitu ia sudah siap berlari. Mengerti arti nada suara panggilan itu, ia tersenyum meyakinkan sang manajer. “Sampai bertemu lusa, Unnie. Beristirahatlah dengan nyaman”, ujarnya kemudian segera berlalu dari hadapan sang manajer yang mengkhawatirkannya.

.

Sepeninggalan sang manajer, ia berjalan pelan memulai pemanasan sebelum akhirnya seseorang memanggilnya.

.

“Choi Jiyeon”

.

Panggilan itu membuatnya menoleh. Ia melambaikan tangan begitu mendapati sosok pria yang memanggilnya sedang menyengir lebar dan berlari dengan cepat ke arahnya. Keduanya tersenyum dan saling menyapa.

.

“Apa kau sebaiknya beristirahat dengan nyaman di rumah?”

.

“Tempat ini juga nyaman untukku”, jelasnya tersenyum sembari melihat ke arah sekitar yang tidak terlalu ramai karena waktu memasuki pukul 2 pagi. “Gwenchana?”, lanjutnya lagi

.

“Hmmm not bad. Hari-hariku berjalan seperti biasanya. Apa syutingmu belum selesai?”

.

“Masih ada beberapa scene lagi untuk take adegan terakhir”

.

Sosok itu mengangguk mendengar jawaban Jiyeon. Keduanya pun memulai langkah kecil mereka untuk melakukan jogging di pagi buta. Jiyeon memakai syal dan topi untuk menutupi wajahnya sementara sosok itu mengenakan hoodie favoritnya.

.

Jiyeon mengawali pembicaraannya dengan bercerita tentang hal-hal yang terjadi di lokasi syuting. Sementara sosok itu hanya mendengarkan dan sesekali tertawa karena hal-hal yang konyol dan lucu.

.

Hampir 1 jam mereka jogging, keduanya pun memutuskan untuk berhenti di salah satu bangku yang tak jauh dari mini market yang ada di kawasan tersebut. 2 porsi ramyun dan gimbab segitiga tersaji dihadapan keduanya. Makanan terbaik setelah berolahraga.

.

“Apa kau sedang membuat lagu?”

.

Sosok itu mengangguk sembari membuka penutup kepala hoodienya. Seorang namja berambut pirang tersenyum padanya. “Sepertinya manajemen ingin menjadwalkan comeback group”

.

“Aku tidak menyangka secepat itu”

.

“Hmmm tapi mereka belum memenuhi ekspektasiku. Jadi aku harus menyiapkan beberapa lagu pengganti” ujar namja itu sembari menghabiskan suapan terakhirnya. “Kau ingin melihat daftar lagunya?”, lanjutnya lagi. Namun langsung dibalas gelengan kepala oleh Jiyeon.

.

Gadis itu menyelesaikan suapan terakhirnya sebelum ia berdiri dari kursinya. “Jangan beritahu aku apapun tentang itu karena aku bukan bagian dari DC”, Jiyeon tersenyum lalu mengajak sang namja beranjak dari sana.

.

.

.

.

.

.

.

——————————————–

.

“YA!”

.

“Oh sh*t”

.

Seorang gadis tampak berlari sekuat tenaga untuk menghindari kejaran dari beberapa orang. Keributan tak dapat dihindarkan dan suasana menjadi ricuh. Ia berlari melewati beberapa orang sebelum akhirnya keluar dari kerumunan.

.

Merasa belum tenang, ia memilih masuk ke dalam lingkungan yang memiliki beberapa gang kecil sehingga peluangnya melarikan diri sangat besar. Dengan hoodie hitamnya yang kebesaran, gadis itu terus berlari sembari berteriak kesenangan.

.

“Kalian tidak akan bisa menang” ucapnya dengan mengejek.

.

.

.

.

.

.

.

Drttt…. Drtttt…

.

“Halo?”

.

“Ngghh, Nona Hana”

.

“Hmm, wae?”

.

“Nona Sujong membuat masalah lagi”

.

Sosok bernama Hana itu segera berdiri dari kursi ia bersantai dan wajahnya tampak sangat terkejut.

.

“Tunggu aku dan jangan lakukan apapun disana”

.

Begitu mengakhiri panggilan itu, Hana bergegas mengambil kunci mobilnya. Begitu tiba. ia segera menemui sosok yang menelponnya dan tampak serius mendengarkan apa yang sedang dibicarakan sosok tersebut.

.

“Ini rekaman CCTV yang berhasil saya dapat. Dari sekian CCTV, hanya dua kamera yang tidak menunjukkan wajahnya tetapi terlihat jelas apa yang dilakukan. Sementara bukti lainnya sudah berhasil saya amankan”

.

“Dimana Sujong?”

.

Sosok berjas itu menundukkan kepalanya dan tampak menyesal. “Saya sudah mengirimkan beberapa orang untuk mencari Nona besar. Tapi korban sepertinya tidak puas dan menuntut jalur hukum. Jika ini diselidiki lebih lanjut, saya khawatir jika ada CCTV lain yang mungkin bisa muncul tanpa kita sadari.

.

Hana terlihat menghela nafasnya kasar. Ia mengecek ponselnya dan menghubungi seseorang disaa sebelum ia kembali fokus pada pria dihadapannya.

.

“Tolong kabari aku perkembangannya dan pastikan semua CCTV yang menunjukkan wajah Sujong dapat kita miliki sebelum korban melihatnya”

.

“Baik Nona Hana. Saya akan berusaha semaksimal mungkin”

.

Hana mengangguk paham dan segera undur diri. Sepanjang perjalanan, ia tampak berbicara serius dengan seseorang. Hampir setengah jam mengemudi, mobilnya berhenti di sebuah apartemen mewah dan seorang gadis tampak menunggu di basement utama.

.

“Kau habis berolahraga, Jiyeon-ah?”, tanya Hana dengan heran melihat sosok dihadapannya berkeringat. Jawaban Jiyeon membuat Hana menghela nafasnya. “Maaf jika aku mengganggu waktumu”

.

“Hey, its okay Han. Aku tadi bersama Jim dan dia sudah pulang. Kau yakin itu Sujong?”

.

“Hmmm. Apa dia tidak datang kesini?”

.

Jiyeon menggeleng. “Aku sudah memeriksanya dan dia tidak datang kemari. Tenanglah, Sujong melakukan sesuatu seperti itu pasti ada alasannya”

.

“Aku tahu, tapi yang dilakukannya tetap tidak dibenarkan” Hana menghentikan ucapannya dan terlihat kesal. “For god sake, Choi Jiyeon. Sujong memecahkan kaca mobil seseorang dengan 4 botol soju yang terisi penuh” ujar Hana berteriak, lalu ia berjongkok di hadapan Jiyeon.

.

“Aku tahu kau sangat kesal saat ini, tapi setidaknya dengarkan alasan Sujong”, Jiyeon mencoba menenangkan Hana. “Hana-ya. Mungkin dia melihat sesuatu yang paling dibencinya. Jadi kita harus pastikan langsung darinya, hmmm??”

.

Setelah mengatakan itu, yang ada hanyalah keheningan. Hana sedang meredam suasana hatinya sementara Jiyeon tampak berpikir. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi, beruntunglah suasana di basement masih sangat sepi.

.

“Kau belum tidur?”

.

Hana menggeleng menjawab pertanyaan Jiyeon dan ia masih dalam posisinya. Jiyeon mengulurkan tangan dan membantu Hana berdiri. “Kajja, kita cari Sujong dan kau harus beristirahat”, jelas Jiyeon sembari melangkah masuk ke dalam kursi pengemudi mobil milik Hana namun Hana menahannya.

.

“Bagaimana dengan jadwalmu?”

.

Jiyeon tersenyum. “Hari ini aku kosong. Kajja”, lanjutnya kemudian berpindah masuk ke dalam mobil disusul Hana dan meninggalkan basement utama apartemennya.

.

“Kita akan segera menemukannya”, ujar Jiyeon disela-sela fokusnya menyetir.

.

Hana yang masih diam sedari tadi, hanya melihat ke arah luar jendela.

.

“Kita akan membersihkan masalah Sujong seperti biasa, Han”, lanjut Jiyeon dan mendapatkan helaan nafas dari Hana.

.

“Aku tahu. Tapi bagaimana jika kali ini tidak baik-baik saja?”

.

Kini giliran Jiyeon terdiam atas pertanyaan Hana. Matanya masih fokus tapi ia sadar bahwa Hana sedang menatapnya dengan menyerah. “Kau tahu ini akan berbeda cerita jika sampai ke jalur hukum, apapun alasannya”

.

“Aku… Aku yang akan bertanggung jawab untuknya”

.

.

.

.

.

.

***

.

.

1 2 3 4 5 6 7 8

.

Hitungan itu berulang-ulang digumamkan di dalam hati sembari telinganya fokus mendengarkan musik yang mengalun. Tak lama setelah pemanasan, ia kembali fokus memulai gerakan koreo yang baru saja diciptakannya.

.

Tariannya begitu indah dan enerjik disaat yang bersamaan, Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama musik seakan-akan keduanya sudah menyatu satu sama lain. Hal yang sama terus dilakukannya berulang kali hingga tak terasa sudah 2 jam sudah berlalu.

.

Hossshhh…hosshh….

.

Sembari mengatur nafasnya, ia mengambil duduk di pojokan dan memeriksa ponselnya. Ternyata ada sebuah notifikasi pesan masuk beberapa menit lalu. Setelah membuka pesan itu, tampak sebuah senyuman tersungging di bibirnya.

.

Drrtttt….

.

“Halo?”

.

“HAN Sol-A!! Congratulation”

.

Teriakan dari sambungan telpon itu membuatnya tertawa. “Gomawo. Tapi kau terlambat mengucapkannya”

.

“Hehehe mian, aku sangat sibuk dengan tugas-tugas kampus. Apa kau berada di studio? Oh my god, itu terlalu pagi”

.

“Aku sedang berlatih gerakan baru yang kuciptakan”

.

“Beristirahatlah dan jangan terlalu kelelahan. Seharusnya kau menggunakan waktu libur untuk bersantai sejenak”

.

“Tenanglah, aku menikmati liburku dengan baik. Bagaimana Amerika? Apa Unnie melakukan hal yang menyenangkan lagi sebagai hobi barumu?”

.

“Hahaha. Aku sedang sibuk mempersiapkan ujian semester. Dan tidak ada hal menarik yang aku lakukan saat ini kecuali belajar”

.

“Aigooo~~ Mahasiswi teladan”, ejek Sol-A dengan kekehannya. “Kapan kau akan ke Seoul, Unnie? Kau harus mengunjungiku di asrama”

.

Ada keheningan disana. Sebelum akhirnya sang kakak kembali bersuara. “Maaf, aku belum bisa menjawabnya. Tapi akan aku usahakan untuk mengunjungimu. Bersikap baiklah pada Ibu. Kau mengerti?”

.

“Hmmmm”

.

Tak bisa dipungkiri ia sedikit kecewa mendengar jawaban sang kakak. “Unnie, sepertinya aku harus pulang. Studio ini sebentar lagi akan dipakai yang lain”

.

“Berhati-hatilah, Sampaikan salamku untuk Ibu jika dia mengunjungimu”

.

“Ne, aku mengerti. Bye Unnie”

.

Sol-A mengakhiri panggilan itu dengan helaan nafas. Rasa kecewa yang ia rasakan masih tersisa.

.

“Something happen?”

.

Seseorang berdiri diambang pintu dengan membawa 2 cup Hot Americano dan menghampirinya.

.

Sol-A menggeleng meyakinkan dan menerima cup Americano untuknya. “Maaf Oppa, kau jadi datang sepagi ini”

.

“Gwenchana. Apa tidurmu nyenyak?”

.

“Hmm. Kajja, kita pulang Oppa”, ajaknya pada pria itu namun sebuah tangan menahannya.

.

“Kau harus ke rumah sakit” ujarnya dan menatap Sol-A serius.

.

“Oppa, aku baik-baik saja”

.

“Kau tidak baik-baik saja. Kali ini dengarkan aku dan kita ke rumah sakit”, tegasnya dan menarik lembut tangan Sol-A. Sementara gadis itu masih berusaha menolak tetapi kekuatan sang manajer lebih kuat darinya.

.

.

.

.

.

.

——————————————

.

“Jadi apa yang kau lakukan kali ini Sujong?”

.

Seseorang menatapnya serius begitu mendapati sesosok gadis duduk dengan wajah kesal di depan meja bartender dan meminta sebotol minuman.

.

“Aku hanya sangat marah melihat seseorang diperlakukan seperti itu”, adunya pada pria di hadapannya. “Tapi sepertinya aku sudah keterlaluan”, jelasnya lagi sembari memainkan jemarinya.

.

“Bukankah kau seharusnya bertanggung jawab dan meminta maaf?”

.

Jawaban pria itu membuat Sujong menggumam kesal. “Dia tidak pantas mendapatkannya dariku”

.

Mendengar perkataan Sujong, pria itu tersenyum tampak mengerti. “Apa kau datang sendiri dengan mobilmu?”

.

Sujong menyengir lalu tertawa kecil. “Tentu saja tidak. Kau harus membayarkan biaya taksiku. Ahjussi taksi sedang menunggumu di luar”

.

Begitu mendengar ucapan Sujong, pria itu pun terkejut dan bergegas keluar meninggalkan bar untuk menemui sopir taksi yang dimaksud sebelum membayar biaya yang dibicarakan Sujong.

.

“Khaa~~ jadi kau cuma menemuiku untuk melarikan diri huh?”

.

“Tentu saja tidak. Aku juga merindukanmu, aku serius”, ujarnya dengan senyum yang lebar.

.

“Aigoo~~ aku tidak percaya itu. Pergilah ke rooftop dan bersantai disana hmm. Aku akan menutup bar satu jam lagi”

.

Sujong mengangguk mengerti. Ia membawa sebotol minuman dan gelas dari bar dan menuju ke rooftop di lantai 3 yang notabene ada sebuah rumah milik pria yang berbicara dengan Sujong tadi dan merupakan sang pemilik bar.

.

“Khaaa~~~ sangat menyenangkan udara pagi ini”, ujar Sujong seorang diri sembari merebahkan badannya di sebuah sofa yang ada di luar. Ada beberapa kursi panjang dan meja disana. Tak lupa, beberapa pot tanaman berjejer di area rooftop yang menambah suasana jadi segar.

.

Sembari menikmati waktunya, Sujong meneguk minuman yang dibawanya dari bar, mendengarkan musik yang ia putar dari ipod miliknya dan mengisap sebatang rokok yang ia keluarkan dari jaketnya.

.

“Sempurna”

.

.

.

.

.

.

***

.

.

“Kha~~~”

.

Seorang gadis baru saja menghela nafasnya sembari menjatuhkan tubuh mungilnya di atas tempat tidur dan menatapan langit-langit kamarnya dengan sebuah tatapan nanar.

.

.

.

“Kau kembali lebih cepat, Ludy. Bukankah seharusnya kau beristirahat dengan cederamu itu?”

.

“Aku hanya ingin membuat tubuhku tetap beraktivitas seperti biasa”, gadis bernama Ludy itu tersenyum. “Setidaknya lebih menenangkan disini Ssaem”

.

“Jangan memaksakan dirimu. Tubuhmu harus menerima batasannya”

.

Ludy mengangguk. Tatapannya melihat ke sekeliling ruang dance yang dipenuhi cermin dinding yang memantulkan bayangan mereka berdua.

.

“Kau membuatku merinding, hmmm. Dengan senyumanmu itu, sangat tidak cocok dengan suasana hatimu Ludy. Mind to share?”

.

“Tidak ada yang ingin kukatakan Ssaem. Jangan khawatir, dokter bilang aku cukup beristirahat dan tidak melakukan latihan berat untuk sementara” ujarnya lagi dengan tenang membuat sang pelatih dance menggeleng heran.

.

Tak sengaja, pandangan mata Ludy mengarah ke sebuah tablet yang ada di meja. Ia melihat tablet itu beberapa saat sebelum kembali ke posisinya semula dan memulai latihannya dengan gerakan-gerakan sederhana.

.

“Kau yakin kau baik-baik saja Ludy?”, Tanya sang pelatih sekali lagi.

.

Gadis itu menoleh dan menunjukkan wajah tersenyumnya yang membua sang pelatih menghela nafas kasar.

.

.

.

.

.

“Maaf, aku belum bisa menemuimu. Apa kau sudah kembali ke kamar?”, suara bersalah seseorang terdengar dari ponsel miliknya. Sementara Ludy masih dalam posisi baringnya.

.

“Hmmm, aku hanya memulai latihan sederhanaku”

.

“Kau dari studio dance? Ludy-ya—”

.

“Ssaem baru mengomeliku beberapa saat lalu. Apa kau sekarang juga ingin melakukannya padaku?”

.

“Mian. Aku hanya khawatir”

.

Ludy menatap langit-langit kamarnya dengan senyum tipis sembari merespon sang lawan bicaranya. “Aku hanya frustasi dengan aktivitasku. Aku baik-baik saja”, lanjut Ludy lagi.

.

“Aku tahu”

.

Ada keheningan disana. Ludy diam menatap foto-foto yang ada di langit-langit kamarnya. Tanpa Ludy tahu, seseorang yang berada di seberang sana sedang menghela nafasnya dalam diam.

.

“Aku akan ke RUGA besok. Jaga dirimu Ludy, hmm?”

.

“Arraseo”

.

Ludy mematikan sambungan telpon itu. Detik selanjutnya ia menutup matanya dan menenangkan pikirannya beberapa saat lalu yang sedang mengusiknya. Hampir setengah jam ia menikmati momen itu.

.

“Sepertinya… tubuhku ingin beristirahat sejenak dari semua ini”

.

.

.

.

.

.

————————————

.

“Kau membiarkannya minum Josh?!!”

.

Pria itu terdiam menggaruk tengkuknya. Menggigit bibir bawahnya dan seperti mencari sebuah kalimat yang harus keluar dari mulutnya.

.

“Aku tidak menduga dia menghabiskan sebotol whiskey itu sendirian, Jiyeon-ah”

.

Jiyeon mendengus kesal lalu melirik ke arah Hana yang diam tak bergeming. Pandangan Jiyeon kembali ke Josh dan keduanya seolah sedang melakukan telepati. –Oh great Josh. Kau tidak memberitahuku bahwa Sujong disini dan sekarang Hana harus melihatnya seperti itu–

.

Setelah mencari Sujong ke beberapa tempat yang memungkinkan, akhirnya Jiyeon mengambil sebuah kesimpulan. Jika orang-orang Hana juga tidak bisa menemukannya, artinya gadis itu sedang tidak di Seoul. Dan tebakannya benar. Disinilah mereka sekarang berada, di rooftop rumah Josh dengan kondisi Sujong sedang tidur dengan lelap. Sementara di atas meja, ada beberapa puntung rokok dan sebotol whiskey yang kosong.

.

“Hana, seriously. Kupikir Sujong hanya sedang kesal. Tapi aku tidak menduga bahwa ia akan seperti ini. Dan sorry, aku tidak menelpon kalian karena kupikir bukan masalah besar”, jelas Josh dan segera membersihkan barang-barang yang ada di meja.

.

“Apa dia datang sendiri?” akhirnya Hana membuka suaranya dan ditanggapi anggukan oleh Josh. Di sisi lain, Jiyeon membantu pria itu membersihkan meja.

.

“Dia datang dengan wajah kesal dan memintaku untuk membayar taksi. Tapi aku tidak sempat menanyakan lebih lanjut lagi karena bar belum tutup”

.

“Gomawo Josh”, Josh sedikit terkejut dengan ucapan Hana. Jiyeon yang ikut mendengar, hanya tersenyum kecil. “Setidaknya Sujong tidak pergi ke tempat yang tidak akan kita ketahui”

.

“Dengan senang hati, Hana”, lanjutnya kali ini dengan cengiran lega. “Lalu bagaimana prosesnya? Apa korban mau menerima kompensasinya?”

.

“Masih belum Dia masih sangat kesal dan bersikukuh meminta polisi untuk menemukan pelakunya”, jelas Hana lalu berjalan mendekat ke arah sofa dan duduk di sisi Sujong sembari merapikan selimut yang sebelumnya diberikan oleh Josh.

.

Dengan pelan dan hati-hati, Hana merapikan rambut Sujong yang berantakan dan menatapnya intens. Di sisi lain, Jiyeon yang sudah selesai membereskan ikut duduk di sisi meja sehingga dia kini berhadapan dengan Hana dan Sujong yang masih terlelap.

.

“Apa kita harus memindahkannya?” tanya Josh yang sudah kembali setelah membuang sampah.

.

“Tidak usah Josh. Aku akan membangunkannya sebentar lagi”

.

Mengerti maksud Jiyeon, Josh pun mengangguk dan memilih masuk ke dalam rumahnya untuk membuat sarapan untuk mereka berempat. Ditambah menyiapkan ginseng merah karena ia tahu Jiyeon dan Hana belum tidur semalaman.

.

“Sujong-ah”, Jiyeon menepuk pelan pipi Sujong dan membuat gadis itu menggeliat.

.

Sebuah suara menyambutnya lembut begitu gadis itu membuka matanya. Sujong bangun dari tidurnya dan mendapati dua sosok sedang bersamanya dan menatap ke arahnya.

.

“Syukurlah. Apa tidurmu nyenyak?”, suara lembut itu kembali menggema. Kali ini, ia merasakan seseorang berdiri dan memeluknya. Itu Jiyeon

.

Kalimat barusan membuat Sujong membalas pelukan itu dengan erat.

.

“Jangan bertindak gegabah lagi hmm. Kau membuatku dan Jiyeon khawatir”, suara lain ikut menimbrung dan mengusap punggung Sujong.

.

Ucapan Hana membuat membuat Sujong mengangguk dalam pelukan Jiyeon. Baik Jiyeon dan Hana kini duduk di sisi Sujong, sementara gadis itu menceritakan semua yang terjadi.

.

“Kemarahanmu itu tidak dibenarkan, Sujong”

.

“Khaa~~ aku tahu”, Sujong menyesal.

.

“Sujong-ah”, Jiyeon meraih lembut tangan itu. “Tolong jangan lakukan apapun lagi yang membahayakanmu”

.

Sujong mendesah kasar. “Aku hanya sangat marah melihat semua itu”, ujarnya lalu mengambil ponselnya dan memberikan pada Jiyeon. Sujong melanjutkan ceritanya sembari Jiyeon dan Hana melihat ponsel milik Sujong.

.

“Aku hanya ingin membalasnya saja. Apa seseorang berhak diperlakukan seperti itu?”

.

Baik Jiyeon maupun Hana terkejut melihat sebuah video yang ada di ponsel Sujong. Apa yang diceritakan Sujong tidak sebanding dengan video yang mereka saksikan. Hana menjauh dan segera menghubungi seseorang.

.

“Maaf karena kami tidak tahu yang sebenarnya”, Jiyeon menggenggam tangan Sujong dan tersenyum. “Tapi berjanjilah, kau tidak main hakim sendiri hmmm?”

.

“Jiyeon-ah”, Sujong berbisik kemudian tatapannya beralih ke Hana yang sedang berbicara dengan seseorang. “Apa Hana sangat marah padaku?”

.

“Ani. Hana hanya cemas, hmmm. Jangan dipikirkan, masalahnya akan selesai. Aku dan Hana yang akan menyelesaikannya”

.

Tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan membuat Jiyeon maupun Hana terkejut.

.

“Sujong-ah??”

.

Sujong memegang kepalanya dan merintih. Melihat reaksi Sujong, Jiyeon memeluknya lagi. “Jangan dipikirkan, hmmm”

.

Di sisi lain, Hana terdiam.

.

.

.

“Sujong-ah!!!!”

.

Sebuah mobil terbalik akibat menabrak pagar pembatas. Dua orang terlempar dari mobil begitu mobil itu meledak dahsyat. Kegaduhan tak terhindarkan, suara-suara klakson kendaraan mengiringi tragedi di siang hari itu.

.

Dan seseorang, menangis dengan sangat keras.

.

.

.

.

.

TBC

Leave a comment