ANOTHER DAY, SERIES

ANOTHER DAY (1)

Tittle                : ANOTHER DAY

Cast                 : Jung Sooyeon

                          Kim Haerim

                          Baek Hayoung

                          Kwon Woobin

                          Kim Yoontae

                          Han Jaeyi

Genre              : Love Story, Drama, Mature, Friendship,

Series

Copyright © royalfams418.2022. Allright Reserved

This is just my imagination & don’t copy paste without permission

——————————————————————–

.

.

Part 1

<Selanjutnya...>

.

.

SEOUL, 2022

“Apakah hari ini kita meeting tanpa Direktur lagi?”

.

“Khaa~~ Sepertinya begitu. Aku tidak berhasil menghubunginya. Mungkin dia sedang tidak ingin diganggu”

.

Kedua pria berjas itu tampak menghela nafas saat memikirkan kemungkinan yang ada dipikiran mereka tentang ketidakhadiran Direktur di rapat penting.

.

X3Entertainment, merupakan salah satu agensi berkumpulnya para pesohor ternama Korea di bidang music, tv series maupun perfilman. Kehebatan mereka tidak diragukan lagi saat mampu melakukan ekspansi di industri hiburan ke negeri China hingga Amerika.

.

“Ini bukan kali pertama kalian harus menghadapi situasi ini “, sahut seorang staf lainnya.

.

“Ya, kau benar Jaeyi-ya. Tetapi setelah itu kita hanya perlu bersiap dua kali lipat lebih sibuk dari biasanya”

.

Para staf tersebut kembali menghela nafas. Saat mereka sedang mempertanyakan keberadaan sang Direktur, sebuah suara mengejutkan dari sisi koridor yang lain. Lebih tepatnya sesosok pria muncul dari arah elevator dan berlari tergesa menghampiri ketiganya.

.

“Ini berita besar”, ujarnya sembari mengatur nafasnya yang memburu.

.

“Apa? Berita kencan salah satu artis kita lagi? Atau ada yang terekspos melakukan bullying?”, tebak salah satu dari mereka dengan nada malas.

.

Tanpa menjawab, pria itu menggelengkan kepalanya cepat. “Kalian tahu….” jelasnya masih tersengal. “Aku melihat Sooyeon-ssi di lobby. Ah maksudku… Jung Sooyeon sekarang ada di lobby!!” Ujarnya sedikit meninggikan suara karena excited menyebutkan nama itu.

.

“APAAAAAAA????!!!”

.

.

.

.

.

—————————————–

.

Tik..tik…tik…

Hanya keheningan yang terasa di dalam ruangan. Sementara, jarum panjang jam dinding terus menerus berdetak. Salah satu maid terlihat berdiri dalam diamnya, menunggu sang majikan yang membaca dokumen untuk membuka suara.

.

“Khaaa~~”, satu kata itu akhirnya muncul.

.

Gadis berwajah mungil dengan rambut hitam tergerai itu pun menutup dokumen yang dibacanya dan menoleh ke arah maid. “Aku akan ke studio. Jika Jaeyi atau siapapun dari X3 mencariku, katakan aku tidak ingin diganggu”

.

“Tapi Direktur…”

.

“Wae?”

.

“Sedari tadi ponsel ini terus bergetar. Sepertinya anda—”

.

Gadis itu menatap dengan serius lalu tersenyum. “Abaikan saja. Aku pergi dulu”

.

.

.

.

.

.

“Aish, dia membuatku gila”

.

Sementara di sisi lain seorang pria berkacamata memainkan ponselnya dan terus menghubungi seseorang yang sedari tadi tak merespon panggilannya.

.

“Ayolah Direktur, kau harus mengangkatnya. Ini berita besar”, gumamnya sembari menatap ponselnya.

.

“Kau sedang membicarakanku?”

.

“Wae—”, ucapannya terhenti begitu menyadari sosok yang berdiri di sebelahnya dengan setelan blazer yang menawan. Bahkan kemeja yang dikenakannya tampak membuatnya terlihat luar biasa.

.

“Direktur Kim!!!”, sapanya dengan sangat senang. “Kenapa ponsel anda tidak bisa dihubungi? Kau bahkan tidak hadir di meeting direksi pagi ini”, lanjutnya dengan nada protes walaupun sebenarnya ia merasa lega.

.

“Aku yakin kalian bisa menghandlenya”, jawabnya cuek lalu melangkah menuju parkiran diikuti pria yang datang ke rumahnya itu.

.

“Anda tahu siapa yang ada di X3 saat ini?”, tanyanya antusias sembari menyamakan langkah kaki sang Direktur.

.

Sosok itu memilih tak menanggapi ucapan stafnya. Terlihat jelas di raut wajahnya bahwa ia sangat lelah, namun berusaha menutupi kelelahan itu sebisa mungkin tanpa disadari orang lain. Tiba-tiba langkahnya terhenti dan membuat pria berkaca mata itu hampir menabraknya.

.

“Saat ini aku tidak ingin membicarakan apapun tentang X3. Sekarang pergilah ke kantor dan katakan pada Jaeyi untuk mengurus segalanya. Kau tidak perlu repot-repot kemari, hmmm”

.

Setelah kalimat itu berakhir, hanya ada keheningan. Tatapan pria berkaca mata itu hanya menurut dan dengan berat hati ia pun kembali ke kantor.

.

.

.

.

.

***

.

.

Penyanyi sekaligus produser music ternama Jung Sooyeon terlihat berada di Seoul pagi ini. Kedatangannya di bandara tentu cukup menghebohkan. Gadis keturunan Korea-Amerika itu belum lama ini menjadi pembicaraan hangat diantara musisi dunia. Muda dan berbakat, ia menjadi salah satu penyanyi sekaligus produser yang tak diragukan karyanya di Amerika, bahkan di Seoul, kota masa kecilnya.

.

Klik..!

.

.

Seseorang memperhatikan berita itu sedari tadi tanpa melepaskan konsentrasinya pada sebuah map yang berada di tangannya. Lembar demi lembar ia baca dengan serius, walaupun beberapa kali ada kerutan heran di dahinya.

.

“Apa Haerim sudah melihatnya?”

.

“Direktur hari ini tidak berada di kantor, Miss. Tapi menurut informasi yang didapat, Jung Sooyeon mengunjungi X3”

.

“Baiklah aku mengerti”, jelasnya lalu menandatangani dokumen-dokumen yang sudah disetujuinya. “Buat janji dengan Haerim, aku ingin bertemu dengannya”

.

“Nggh… apakah itu perlu, Miss?”

.

Pertanyaan itu membuatnya tertawa sembari menatap ke wajah bingung sang asisten. “Kau pikir dengan Haerim menjadi Direktur X3, aku bisa sesuka hati bertemu dengannya?”

.

“Tidak Miss, hanya saja—”

.

“Hahahaha I know I know. Sekarang pergilah, dan jangan lupa memastikan jadwal pertemuanku dengannya”

.

Setelah kepergian sang asisten, ia bersantai sejenak di kursi kebesarannya lalu tampak memikirkan sesuatu. Ruangan yang besar ini terasa sangat hening. Hanya lukisan-lukisan indah yang terpajang di sisi kanan dan kiri, beberapa bunga hiasan tersusun rapi, dan sebuah rak buku besar yang tertata dengan baik.

.

Drtttt…..

.

“Hmmm, wae?”

.

“Apa kau perlu menjawabnya sedatar itu Presdir?”

.

“I’m not in good mood”, balas gadis itu lebih datar lagi.

.

Di sisi lain, sang penelpon tertawa kecil lalu berdehem sebelum berbicara dengan nada serius. “Aku yakin anda sudah melihat berita. Bagaimana pendapatmu?”

.

“Pendapatku untuk apa? Jangan berbasa-basi. Katakan keperluanmu Kwon Woobin”

.

Ada suara tawa lagi dari sang penelpon. “Kuharap anda setuju dengan projectku berikutnya. Aku yakin ini akan menjadi hot topic dan keuntungan buatku maupun X3. Tolong pertimbangkan dengan baik”

.

“Kha~~ seharusnya kau bicarakan itu dengan Tim Manajermu dan Direktur Kim”

.

“Tapi aku ingin mengatakannya pada anda. Keputusan anda bisa mengubah banyak hal. Jadi tolong pertimbangkan dengan baik. Aku tidak akan menelpon anda jika bukan karena Direktur Kim. Dia terlalu kolot soal masalah ini”

.

“Ck, perhatikan bicaramu. Kau artis dan dia Direktur di agensimu”

.

Woobin terdengar cuek. “Aku mengandalkan anda, Presdir”, ujarnya sebelum mengakhiri panggilan itu.

.

Gadis itu mendesah kasar dan menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Ia menatap lagi ruangan sekelilingnya dalam diam.

.

“Jung Sooyeon”, batinnya.

.

.

.

.

.

———————————–

.

Suasana X3Entertainment kembali normal setelah seminggu berlalu. Kini orang-orang di agensi menjalani aktivitas pekerjaan mereka seperti biasa. Di lobby utama, sang Direktur muda nan kharismatik itu turun dari Audi hitam miliknya.

.

Sapaan demi sapaan terdengar di sekitar lobby ketika beberapa pegawai menyadari kehadirannya. Kim Haerim, merupakan Direktur X3Entertainment yang terkenal pendiam namun memiliki ide-ide brilian serta dikenal tegas dalam setiap pekerjaan. Namun sisi lain darinya, ia menjadi musuh beberapa artist di agensinya karena seringkali menentang ide-ide artist tersebut.

.

Menetap di Seoul, adalah pilihannya yang tidak diduga oleh siapapun bahkan oleh sang Presdir. Selama ini, Kim Haerim tinggal di Beijing. Ia terpilih menjadi Direktur X3Entertainment bukan karena kedekatannya dengan sang Presdir, melainkan prestasinya yang mampu membuat X3Entertainment berkembang hingga ke China bahkan Amerika.

.

Namun selama kepemimpinannya, ia jarang berkunjung ke Seoul jika tidak ada urusan mendesak. Dan belum lama ini, ia memutuskan untuk berada di Kantor Pusat X3Entertainment yang ada di Seoul.

.

“Selamat pagi Direktur Kim”, seseorang menyapanya. Haerim berdecak begitu melihat sosok itu.

.

“Han Jaeyi siap membantu anda”, ujar sosok tersebut tertawa.

.

“Berhentilah memasang wajahmu seperti itu, Jaeyi-ya”

.

Jaeyi kembali tertawa sebelum akhirnya dia menyampaikan jadwal sang Direktur dan keduanya pun berjalan bersama menuju ruangan sang Direktur. Begitu tiba di meja kerja, Haerim segera mengecek dokumen yang baru saja diserahkan oleh stafnya itu.

.

“Sepertinya Presdir Baek mulai menunjukkan tanda-tanda kemurkaannya. Seminggu kau tidak ingin dihubungi siapapun bahkan olehnya”

.

“Aku akan siap mendengar amarahnya. Bagaimana dengan semua jadwal?”, Haerim terlihat tampak cuek dengan komentar asistennya tentang sang Presdir. Gadis itu tampak tak peduli dengan apapun yang akan terjadi hari ini karena kedatangannya setelah absen selama 1 minggu.

.

“Semuanya sesuai jadwal. Beberapa kontrak brand yang perlu diperbaharui sudah kusiapkan sesuai permintaanmu”

.

Jaeyi merapikan beberapa tumpukan dokumen di sisi kanan yang berada di meja Haerim untuk dibaca dan ditandatangani gadis itu. Tapi tak lama, Jaeyi akhirnya mendesah lalu berdecak sembari berkacak pinggang.

.

“Kau benar-benar membuat masalah, Haerim-ah”, ujarnya kali ini dengan santai karena mereka sudah selesai membahas pekerjaan.

.

Han Jaeyi. Gadis yang lebih tua dari Haerim dengan segala sikapnya yang dewasa dan bijaksana. Hanya dia satu-satunya orang yang bisa Haerim percaya selama berada di Seoul. Culture yang sedikit berbeda dengan yang ia hadapi saat tinggal di Beijing membuat gadis itu tak terbuka pada siapapun kecuali Jaeyi, asisten pribadinya.

.

“Tidak sekarang, Unnie”, balasnya dengan lelah.

.

“Sampai kapan kau menghindari Hayoung, huh? Dia menerorku setiap hari untuk tahu keberadaanmu. Bersikaplah professional padanya, Haerim-ah”

.

“Aku tahu apa yang dipikirkannya”, Haerim mendesah lalu menatap Jaeyi dengan serius. “Kau lebih tahu dari siapapun, Unnie”

.

.

.

.

.

.

.

Di tempat lain….

.

“Kuharap kau mengerti, Oppa”

.

“Tapi kau tidak membicarakannya denganku. Apa yang membuatmu tiba-tiba ke Seoul dan membatalkan beberapa pekerjaanmu?”

.

Ada helaan nafas pelan dari bibir gadis itu setiap ia mendengarkan lawan bicaranya berkomentar tentang keputusannya. “Aku tahu seharusnya aku tidak melakukan itu. Aku minta maaf, hmmm. Ada tawaran pekerjaan di Seoul yang menarik minatku. Jadi kumohon, kali ini biarkan aku mengurusnya dengan baik”

.

“Aku tidak bisa menang darimu soal ini. Tapi biarkan aku mengirim Minho ke Seoul dan dia akan mengurus segala keperluanmu. Kali ini, kau tidak boleh menolaknya”

.

“Hmmm, baiklah. Aku mengerti, gomawo Oppa”

.

Gadis itu baru saja menutup telponnya dan kembali melanjutkan langkahnya untuk masuk ke sebuah kafe yang terlihat tampak sepi. Seorang pelayan menyapanya dan hendak memberikan buku menu. Namun gadis itu menghentikannya dan langsung memesan sesuatu disana. Seperti sesorang yang sudah sering berkunjung kemari.

.

Selesai dengan pesanannya, ia berjalan menuju sebuah meja yang terletak di sisi kaca jendela dan duduk disana. Tatapan matanya terhenti pada sebuah tulisan yang berada di sisi tembok. Bukan hanya satu dua coretan, tetapi kafe ini memang menyediakan bagian sisi tembok untuk ditulis oleh para pengunjung yang datang ke kafe ini. Entah hanya sekedar doa, curhatan, atau kata-kata yang ingin ditulis pelanggan disana.

.

.

“Apa keinginan terbesarmu?”, sosok di depannya itu bertanya tanpa menoleh karena sibuk dengan kegiatan lain.

.

“Berada di sisimu selama yang kau inginkan”, seorang gadis berseragam SMP menjawabnya dengan lantang dan membuat sosok itu tertawa.

.

“Yaa~~ Pikirkan tentang cita-citamu saat kau menjadi dewasa nanti”, protes sosok itu dan meminta sang gadis kecil untuk kembali memikirkan pertanyaannya.

.

“Jawabanku akan tetap sama” balasnya santai dengan cengiran. Tak lama ia berdiri dari kursinya dan menuju ke sisi lain lalu menuliskan sesuatu disana.

.

“Aku baru saja menuliskan cita-citaku saat aku menjadi dewasa nanti. Kau puas, Unnie?”, tanyanya lagi pada sosok itu.

.

“Good girl. Kau pasti bisa mewujudkan itu. Ngomong-ngomong, apa yang kau tulis disana?”

.

Gadis itu tersenyum nakal lalu menggeleng dengan bangga. “Hanya aku dan Tuhan yang tahu”, ujarnya dengan kekehan dan membuat sosok disampingnya itu mempoutkan bibir. Saat hendak melihat apa yang ditulis gadis itu, ia tidak dapat menemukannya karena terlalu banyak tulisan lain disana yang menumpuk. Dan itu membuatnya semakin kesal dan penasaran.

.

.

.

.

5 years later….

.

Hujan lebat membasahi Seoul siang ini. Sesosok gadis berlari dengan tergesa dan masuk ke dalam sebuah kafe dengan pakaiannya yang terlanjur basah. Sang pemilik kafe melihatnya dan memberinya sebuah handuk untuk mengeringkan tubuhnya.

.

Ia memesan minuman favoritnya seperti biasa dan menuju meja langganannya. Siapapun yang melihatnya akan menyadari bahwa gadis itu habis menangis hebat meskipun air hujan sudah cukup menghapus airmatanya.

.

Hampir satu jam ia disana dan memandangi harapannya yang sudah pupus seperti debu yang tersapu air hujan.

.

-Karena kita berbeda- satu kalimat ini terus terngiang dibenaknya. Hingga ia dengan sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak jatuh untuk kesekian kalinya.

.

“Kau berbohong dengan segalanya”

.

.

.

.

.

Hosh…..hoshhh……

.

Ia tersentak begitu menyadari lamunan panjangnya mendadak menyakiti dadanya. Tangannya yang satu terangkat untuk mengusap bagian itu sembari menyesap minuman dihadapannya. Karena kafe masih terlalu sepi, tidak ada yang menyadari keadaannya saat ini. Nafasnya memburu dan ia masih memegangi jantungnya yang terus berdegup cepat. Ia seperti tercekik dan tenggelam dalam lamunan barusan.

.

Hossshhh……hosshhhh…..

.

“Seharusnya aku tidak seperti ini”, gumamnya. “Ternyata rasanya masih sama. Menyakitkan”

.

Pandangannya kembali ke arah luar jendela dan melihat kendaraan maupun orang-orang berlalu lalang disana. Hampir 15 menit ia tak bergeming dengan posisi yang sama. Bahkan gadis itu kembali tenggelam dalam pikirannya lagi.

.

Karena kita berbeda…

.

Satu kalimat yang kembali menyakitinya.

.

.

.

.

.

.

***

.

.

“Apa begitu caramu menghindariku, Kim Haerim?”

.

Helaan nafas Haerim kembali terdengar. Sudah 30 menit dia berusaha tidak mengangkat ponselnya yang bergetar hingga akhirnya ia terpaksa melakukan itu. Dan satu kalimat yang baru saja didapat membuatnya mendesah pasrah.

.

“Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Presdir? Sebaiknya katakan saja di telpon, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu saat ini”

.

“YAH!! Kau bercanda? Berhentilah bersikap seperti itu”

.

“Kau yang harus berhenti bersikap seperti itu, Baek Hayoung! Dan lagi, pelankan suaramu. Kau ingin membuat telingaku rusak?”

.

“Aku tidak akan berhenti berteriak dan menelponmu jika kau menunjukkan wajahmu padaku sekarang di Delight”

.

“Aku ada meeting. Selamat bersenang-senang dan jangan pulang dalam keadaan mabuk berat”

.

Tutttt……tuuuuttttttt…..

.

.

“YAHHH!!! KIM HAERIM. Ohh shit”

.

Ia membanting ponselnya kesal karena panggilannya dimatikan begitu saja oleh Haerim.

.

“Apa dia mematikan ponselnya lagi?”

.

Anggukan itu membuat lawan bicaranya tertawa keras ditengah kebisingan suasana saat ini. Orang-orang disekitar tampak menikmati musik dari sang DJ dan beberapa lainnya sudah mulai dikendalikan oleh alcohol yang menguasai tubuh mereka.

.

“Dia sangat tidak asyik. Berhentilah mengharapkannya untuk datang kesini”

.

Hayoung masih tampak kesal karena sikap Haerim barusan. “Aku muak, sebaiknya kita pergi dari sini”

.

“Kau akan pergi semudah itu?”

.

“Tentu saja tidak. Kita akan pergi ke tempat biasanya”

.

Sosok itu tertawa lagi dengan keras dan mengacungkan jempolnya pertanda setuju. “Ini Baek Hayoung yang aku kenal”, ucapnya dengan cengiran.

.

“Just shut up, Yerim-ah”

.

.

.

.

.

TBC

——————————————————–

Hi ^^

I know… its take a long time.

Keinginan kadang tidak sejalan dengan harapan.

But, its not problem. I keep trying to be here.

Selamat Membaca untuk siapapun yang berkunjung disini ^^

Thank you

.

.

.

by: J418

Leave a comment