SERIES, The Heirs

THE HEIRS (17)

Tittle                : THE HEIRS

Cast                 : Kim Taeyeon

Kwon Yuri

Jessica Jung

Im YoonA

Tiffany Hwang

Choi Sooyoung

Girls Generation Member and Others

Genre              : Gender Bender, BitterSweet, Drama, Romance

 

Series

—————————————————————————-

.

.

PART 17

.

.

“Yul, kemarilah”

.

Sooyoung memanggilnya dan Yuri pun ikut berpelukan dengan Jessica dan Sooyoung. Yuri menghapus airmatanya dan membantu Jessica dengan menggunakan ibu jari.

.

“Seharusnya aku saja yang menangis. Kenapa Oppa dan Yul juga menangis?”, Jessica mulai mencairkan suasana. Sooyoung dan Yuri jadi ikut tertawa.

.

“Aigoo, my little girl benar-benar sudah dewasa huh?”

.

“Tentu Oppa, aku sudah jadi dokter”, Jessica mempoutkan bibirnya karena Sooyoung menggodanya.

.

Yuri dan Sooyoung tertawa lagi karena ucapan Jessica. Mereka akhirnya bisa tertawa dan bercanda setelah 1 jam saling membuka kebenaran pada Jessica.

.

“Sekarang keputusan ada pada kalian, bicarakanlah. Aku tidak akan ikut campur”

.

Jessica dan Yuri mengangguk mengerti apa yang Sooyoung bicarakan. Akhirnya Sooyoung keluar dari ruangan Jessica dan meninggalkan keduanya untuk memutuskan apa yang mereka inginkan tanpa campur tangan siapapun.

.

.

Yuri menggeser posisi duduknya dan menyamping untuk menatap Jessica. Ia mengambil tangan gadis itu dan tersenyum. Melihat masih ada sisa airmata di sudut mata Jessica, Yuri mengusapnya dengan ibu jarinya.

.

“Yul”

.

“Yes?”

.

“Thank you for everything you’ve done to me. I really happy”

.

“Really?” Jessica mengangguk.

.

“Because you always stay by my side, even both of us got hurted”

.

“No, don’t said like that Sica. I really happy too, but i guess we are not meant to be”, balas Yuri dan Jessica mengangguk lagi.

.

“Tapi Yul, bagaimana dengan orangtua kita?”

.

“Kita pikirkan jalan keluarnya. Sekarang apa kau ingin melepas cincin ini?” Yuri bertanya seraya memegang jari kiri Jessica.

.

“Tidak, tidak untuk saat ini. Aku ingin melakukannya dengan cara yang benar. Apa kau setuju?”

.

“Tentu. Mari kita lakukan dengan cara yang benar”, keduanya lalu tersenyum.

.

Jessica lalu teringat sesuatu. “Yul, kupikir aku akan melepas mahkota ini untukmu”, Yuri jelas sangat terkejut dengan apa yang Jessica katakan.

.

“Jangan lakukan itu, mahkota ini milikmu”

.

“Tapi aku ingin memberikannya padamu. Aku tidak menginginkannya Yul. Aku merasa ini bukan pilihanku” ucap Jessica.

.

Yuri menghela nafasnya lagi. “Jangan gegabah, pikirkan baik-baik, hmm”, Yuri mengusap pipinya dan mencium kening Jessica sebelum dia berdiri. “Aku pulang dulu, lanjutkan pekerjaanmu. Kita bertemu lagi besok”

.

Jessica ikut berdiri dan tersenyum. Ia juga memeluk Yuri sebelum namja itu keluar dari ruangannya. “Hati-hati Yul”

.

Jessica memandang kepergian Yul yang sudah menghilang di balik pintu ruang kerjanya. “Kenapa rasanya tidak menyakitkan?”, Jessica merasakan detak jantungnya.

.

Semuanya terasa normal, bahkan ia merasa lega dibandingkan terluka akibat kebenaran itu. Jessica pun melihat jam di tangannya. Dan dia segera meninggalkan ruangannya untuk memeriksa pasien-pasiennya.

.

.

.

.

—————————-

.

Sooyoung membuka pintu rumahnya dan mendapati keheningan. “Apa Fany sedang tidur?”, pikirnya. Ia pun membuka sepatunya dan memakai slipper lalu mencari keberadaan sang istri. Tidak ada di kamar, Sooyoung mencari di dapur tapi tidak juga menemukannya.

.

“Fany-ah!!!”, teriaknya memanggil sang istri.

.

“Fany-ah!!!”

.

Tak lama, dari halaman belakang Baro muncul. “Tuan sudah pulang”, ucapnya. “Nyonya Tiffany ada di taman belakang”, lanjutnya lagi.

.

Sooyoung langsung menuju taman belakang dan melihat Tiffany duduk di kursi santai sambil memegang sebuah koran. “Hey”, ucapnya seraya memberikan kecupan di pipi.

.

Tiffany menoleh dan ia terlihat menitikkan airmatanya. Sooyoung yang tidak tahu apa-apa jadi ikut panik. “Kenapa sayang? Ada apa?”, Tiffany tidak menjawab, justru menyerahkan surat kabar yang ia pegang pada Sooyoung.

.

Sooyoung segera membacanya. Ia tak kalah terkejut dengan berita yang mengisi headline hari ini. “Ba-bagaimana bisa?”, Sooyoung segera memanggil Baro, asistennya.

.

“Cari tahu apa yang terjadi dengan Hwang Group dan tolong atur pertemuanku dengan Krystal” perintahkan pada Baro.

.

“Baik Tuan, saya permisi dulu”

.

Setelah Baro pergi, Sooyoung berdiri di samping Tiffany dan memeluk istrinya. “Kita akan cari tahu apa yang terjadi, hmmm”, Tiffany mendongakkan kepalanya untuk bertatap muka dengan Sooyoung.

.

“Aku khawatir dengan Daddy, Youngi. Apa kita perlu mengunjunginya?”, tanya Tiffany hati-hati.

.

“Kau yakin ingin bertemu Daddy?”

.

Tiffany menghela nafas. “Aku yakin tapi aku takut, bagaimana jika Daddy melakukan sesuatu?”

.

Sooyoung mengusap punggungnya. “Tunggu laporan dari Baro, setelah itu kita pergi menemuinya. Tenang saja, aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada kita”, ucapnya menenangkan Tiffany.

.

“Kau tahu, kau memang yang terbaik. I love you”, ucap Tiffany.

.

Chu~

.

Sooyoung mengecup bibirnya. “I love you more”

.

Aaawwwwww. Tiffany sedikit mengaduh karena tendangan dari little Choi. Sooyoung terkekeh lalu ia berjongkok di hadapan Tiffany dan tepat berhadapan dengan perut istrinya.

.

“Daddy juga mencintaimu, nak”, Sooyoung mencium perut Tiffany dan Tiffany ikut tertawa bersamanya. “Dia cemburuan, sama sepertimu, huh?” goda Sooyoung.

.

“Ish”, Tiffany memukul lengan suaminya dan Sooyoung tertawa lagi.

.

“Kajja, kita masuk. Aku sudah lapar, sayang”, Sooyoung mengajak Tiffany masuk ke dalam rumah namun ia membuat Tiffany terkejut karena Sooyoung membopongnya dengan bridal style.

.

.

Seperti biasa, Tiffany menyiapkan makanan di atas meja dan Sooyoung membantunya. Mereka terkadang sedikit bercanda atau saling menggoda. Setelah beberapa menit, semuanya sudah tersaji di atas meja dan Sooyoung mulai memimpin doa sebelum makan.

.

“Terima kasih untuk makanannya, sayang”, Sooyoung tersenyum dan Tiffany membalasnya.

.

Sooyoung makan dengan sangat lahap. Apapun yang dimasak Tiffany, dia sangat menyukainya. Sang istri semakin tersenyum melihat suaminya terlihat bahagia ketika menikmati masakannya.

.

“Oh ya, bagaimana pertemuanmu dengan Sica? Apa dia baik-baik saja?”

.

“Hmmm, dia baik-baik saja. Kurasa kita harus siap jika Sooyeon kembali. Dia semakin menginginkan ingatannya dan Daddy Jung mendukung”

.

“Pertunangannya dengan Yul?”

.

“Untuk saat ini hanya mereka yang tahu keputusannya. Kita hanya bisa menunggu sampe mereka memberitahunya. Aku hanya berharap ini tidak merusak hubungan keluarga Jung dan keluarga Kwon”, ucap Sooyoung.

.

“Aku jadi sedikit menebak, kenapa Sica memanggilmu Alain?”, Sooyoung mengerutkan keningnya mendengar pernyataan istrinya.

.

“Wae?”

.

“Kau memang tampan dengan rambut pirang ini dan cara bicaramu yang bijaksana membuatmu semakin tampan. Aku bahkan tidak menyangka jika Choi Sooyoung yang aku temui 4 tahun lalu ternyata sedewasa ini”

.

Ucapan Tiffany sukses membuat Sooyoung tertawa. Ia meletakkan sendok di tangannya dan menggenggam tangan Tiffany sebelum mengecupnya. “Pujianmu itu sungguh manis, Nyonya Choi”

.

“Hahahaha, terima kasih juga Tuan Choi”

.

Keduanya kembali tertawa.

.

.

.

.

4 years ago…

.

“Oh shit”, Seorang namja kurus membanting botol birnya dengan kesal dan membuat seseorang disebelahnya menoleh ke arahnya.

.

Sebuah tangan tiba-tiba melingkar di lehernya. “Kau terlihat kesal, huh. Apa kau butuh hiburan?”, ucapnya dengan nada seductive.

.

Namja itu membalikkan tubuhnya dan melihat seorang wanita dengan dress merah yang membentuk tubuh indahnya sedang berbicara padanya.

.

“Oh really? What do you want?”

.

Yeoja itu menggigit bibir bawahnya dengan sangat sexy. “YOU”

.

.

.

Namja itu terbangun dari tidurnya dan mendapati teman kencannya semalam sudah duduk di sofa yang ada di kamar ini dengan berbalut jubah tidurnya.

 .

“Kupikir kau sudah pergi dari sini”, ucapnya lalu duduk d atas kasur.

.

“Aku bukan wanita-wanita lainnya seperti yang pernah kau kencani”

.

Ia tertawa kecil. “Kau sungguh menarik, Miss Hwang. Hmmm kupikir calon dokter sepertimu tidak akan bermain seperti ini”

.

“Ya setidaknya aku bermain dengan orang-orang berkelas dan kau salah satunya. Walaupun aku tahu kau sangat brengsek”

.

“Hahahaha, terima kasih untuk pujiannya”, Sooyoung turun dari kasurnya dan segera memakai jubah tidur miliknya. Ia mengambil wine dan meminumnya.

.

“Aku punya penawaran untukmu”, Sooyoung tak menanggapinya. Ia membiarkan Tiffany melanjutkan ucapannya. “Friend with benefit. Bagaimana?” Tiffany mengangkat gelas wine miliknya dan masih duduk di sofa.

.

“And the reasons?”, tanya Sooyoung.

.

“Entahlah. Aku merasa kau orang yang menyenangkan ketika bermain di atas ranjang”

.

Sooyoung tergelak lalu tertawa kembali. Tiffany mendekatinya dan duduk di pangkuan Sooyoung. “So, apa kau setuju dengan penawaranku?”

.

Sooyoung belum menjawab. Ia justru memainkan rambut Tiffany dan merapikannya. “Kau tahu? Kau semakin sexy jika menggodaku seperti ini”, detik selanjutnya mereka kembali berciuman dan sexy time kembali terulang.

.

.

.

.

“I love You”, tiga kata yang Sooyoung ucapkan membuat Tiffany terpaku. Ia menatap mata Sooyoung, mencari kebohongan disana namun nihil.

.

Tiffany membingkai kedua wajah Sooyoung yang berada diatasnya. “Apa kau sedang menyatakan cinta padaku? Oh my god Choi Sooyoung, kau sangat sangat tidak romantis. Menembakku setelah kau bercinta denganku, bahkan disaat tubuh kita masih menyatu” protes Tiffany.

.

“Ini lebih dari romantis, nona Hwang. Jika kau mengatakan YA, aku bisa saja langsung memberimu hadiah. Round 3 misalnya, bagaimana?”

.

“Kau terkadang menyebalkan. Tapi baiklah, kau boleh menjadi kekasihku”, dengan begitu Sooyoung menyengir lalu ia kembali melanjutkan aktivitas mereka.

.

“I Love You, Tiffany Hwang”

.

“And I Love You too, Choi Sooyoung”

.

.

.

.

***

.

Seperti biasa, setelah dari panti asuhan, Yoong pergi menemui kekasihnya di CS Group. Setelah kepemilikan CS Group menjadi miliknya, Krystal memang terlihat lebih sibuk dari Yoong yang lebih menyukai kegiatan sosial daripada mengurus perusahaan.

.

Sepanjang perjalanan, ia terus tersenyum saat mendengar berita hari ini kembali dirilis. REUS telah resmi mencabut sahamnya dari Hwang Group dan itu membuat Yoong sangat puas. Setidaknya ia ingin membuat Mr. Hwang merasakan apa yang dulu kakeknya rasakan saat pria itu tak segan-segan hampir membuat bisnis kakeknya mengalami kehancuran.

.

Tak sengaja matanya menangkap sebuah toko bungan dan cokelat yang tak jauh dari tempatnya saat ini. Ide memberi kejutan untuk sang kekasih pun terlihat di pikirannya. Ia segera membeli kedua item itu dan kembali melajukan mobilnya menuju CS Group.

.

Saat membuka pintu ruangan Krystal, ia tersenyum mendapati kekasihnya sedang beristirahat dan duduk di sofa. “Tadaaaa~”, ucapnya dengan gaya dork.

.

Krystal mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah kekasihnya. Ia memicingkan alisnya. “For me?”

.

“Of course, princess”, Yoong duduk disebelahnya dan memberikan bunga beserta cokelat yang ia bawa.

.

“Thanks”

.

“No problem”, Yoong dengan cepat mencuri ciuman darinya dan mendapat pukulan dari Krystal.

.

“Kau selalu mengharapkan imbalan, huh?”

.

“Hahahaha tidak juga. Hanya saja bibirmu terasa lebih manis dari cokelat yang kubawa”

.

Krystal semakin memukulnya. “Kau memang bermulut manis, huh”

.

“Hanya untukmu, princess”, Yoong menahan tangan Krystal agar tak memukulnya lalu memeluknya lagi.

.

.

Mereka duduk bersama dan memakan cokelat yang Yoong bawa. “Jadi, kapan kau akan menemui Mr. Hwang? Kupikir dia sangat marah”

.

“Hmmm, sepertinya begitu. Secepatnya aku akan menemuinya dan tak sabar melihat wajah marahnya”

.

“Jangan bercanda”, Krystal memukulnya lagi. “Aku serius. Apa dia tidak akan berbuat sesuatu padamu?”

.

“Tidak akan, percayalah. Aku bisa mengatasinya”, Yoong tersenyum. “Lupakan tentang Hwang Group. Lalu, apa kau sudah memikirkan tentang pertemuan itu?”

.

Krystal mengangguk. “Tapi…..”

.

“Tapi apa?”

.

“Aku sangat gugup. Apa orangtuamu sudah mengetahuinya?”

.

“Huum, bahkan mereka tidak sabar bertemu denganmu. Setelah aku menyendiri, mereka tampak cemas untuk segera menikahkanku. Oh god, bahkan ide itu seperti mimpi buruk. Aku hampir bertunangan dengan Tiffany Hwang.”

.

Krystal justru tertawa mendengar cerita Yoong. “Kau memang tidak laku, Yoong. Beruntunglah aku menerimamu”, ejeknya.

.

“Ya ya ya, kau mulai besar kepala huh? Rasakan ini”, Yoong segera menggelitikinya dan sukses membuat Krystal berteriak meminta ampun namun Yoong tak menghentikannya dan semakin tertawa.

.

Pintu ruangan terbuka dan muncul lah Taeyeon diambang pintu. Krystal dan Yoong menghentikan candaan mereka dan melihat wajah Taeyeon yang terlihat kusut. Ia membawa sebuah map yang cukup tebal. Taeyeon duduk di hadapan mereka dan meletakkan map itu.

.

“Seriously?? Memory Syndrome?”, ucapnya dengan nada kesal.

.

“Ada apa Hyung?”, Yoong mengambil map itu dan Krystal ikut melihatnya. Mereka mengerutkan kening karena tak mengerti dengan rekam medis yang baru saja mereka lihat.

.

“Jessica mengalami memory syndrome dan itu sebabnya ia tak mengingatku. Tapi kenapa hanya aku? Urrgggh, kupikir dulu dia menyukaiku”

.

“Jessica?”, Krystal kembali membaca beberapa berkas dari map itu.

.

“Eoh, Jongsuk berhasil mendapatkan rekam medis milik Jessica. Sekarang aku jadi tidak tahu bagaimana caranya membuat dia kembali mengingatku”, ucap Taeyeon. Kali ini dengan nada sedih.

.

Yoong menatap Taeyeon dengan seksama. Ia dapat menangkap bahwa Taeyeon tak main-main dengan kata-katanya. “Kau benar-benar mencintainya, Hyung?”

.

“Lebih dari yang kau bayangkan, Yoong. Tapi sepertinya aku mendapat karma dari masa laluku yang begitu gelap?”, Taeyeon menghela nafasnya lagi.

.

“Jangan bicara seperti itu, Oppa. Manusia membuat kesalahan, dan kau tidak melakukannya lagi” jelas Krystal.

.

“Entahlah, rasanya aku tidak pantas mendapatkan hatinya dan ingin menyerah. Tapi saat membayangkan wajahnya, senyumnya, dan tawa khas dari dirinya membuat sebagian diriku mengatakan bahwa aku harus mendapatkannya”

.

“Kalau begitu tunjukkan padanya tentang perasaanmu, Oppa. Jessica bukan tipikal gadis yang suka menebak. Ia lebih menyukai pria yang berterus terang”, Krystal memberinya saran.

.

“Sekalipun dia sudah bertunangan?”, tanya Taeyeon.

.

“Oh ayolah Hyung. Ini bukan kau. Kim Taeyeon yang kukenal adalah Kim Taeyeon yang tak pernah menyerah”

.

“Aku setuju dengan kekasihku yang menyebalkan ini, Oppa. Kau belum mencobanya, lagian mereka belum menikah” Yoong mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Krys.

.

Taeyeon menyengir melihat kelakuan keduanya. “Kalian terlihat manis jika kompak seperti itu”

.

“Terima kasih Hyung”, Yoong berhigh five bersama Taeyeon dan Krystal hanya bisa memutar bola matanya melihat kelakuan mereka.

.

“Aku serius, Oppa. Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?”

.

Taeyeon tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Krystal. “Kupikir aku akan memulainya dengan hal-hal kecil. Seperti yang pernah aku lakukan dulu bersamanya”.

.

“Nice choice. Katakan padaku jika kau membutuhkan bantuanku, Oppa”

.

“Eoh, thanks Krys”

.

.

Braak..

.

Pintu ruangan Krystal terbuka dengan kasar. Mereka bertiga terkejut namun detik selanjutnya merasa aneh melihat Jongsuk yang terengah-engah.

.

Hosh hosh…. “Taeng….” hosh hosh. “Kita…kita harus…ke rumah sakit. Woobin… kembali kritis”

.

Ucapan Jongsuk sontak membuat ketiganya berdiri. “APA?” Taeyeon segera pergi dari sana diikuti Jongsuk dan juga Yoonkrys.

.

.

.

.

—————————-

.

Yejin terlihat senang dan bersemangat. Ia membawa map yang dipegangnya dan segera menemui Yuri yang sedang berada di gedung utama Ritz. Sampai dilantai kerja Yuri, Yejin melihat Yuri sedang melamun sambil memainkan rubik kesayangannya.

.

“Congrats Yul, projectmu dengan perusahaan China itu berhasil”, Yejin meletakkan map itu di meja dan duduk di kursi di hadapan Yuri.

.

Namja itu menghentikan gerakan tangannya dan meletakkan rubik yang sedang ia mainkan. “Thanks Yejin-ah”, ucapnya tanpa bersemangat.

.

“Hey, ada apa dengan wajahmu Yul?”

.

“Its okay, i’m fine”, bohongnya

.

Yejin tak mempercayai begitu saja. “Kau bisa menceritakannya padaku Yul”

.

Yuri menghela nafasnya. “Aku sedang berpikir bagaimana caranya menghentikan kegilaan Appaku”, ucapnya. Beruntunglah di ruangan ini hanya mereka berdua.

.

“Apa beliau kurang puas lagi dengan kinerja kita?”

.

“Bahkan kinerja kita jauh lebih baik dari yang dibayangkan” Yuri tertawa. “Dia tidak akan puas jika kita tidak bisa menguasai perusahaan partner”, lanjut Yuri.

.

“Apa separah itu? Maksudku….kupikir dengan kita memenangkan project dan meningkatkan nilai saham perusahaan, itu sudah menjadi nilai keberhasilan”, Yejin tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

.

“Kau tak mengenalnya dengan baik, Yejin-ah. Ritz harus selalu menjadi terbaik dari yang terbaik, itulah yang diinginkannya”

.

Yejin terdiam dengan apa yang Yuri katakan padanya. Ia tak tahu harus berkata apa lagi.

.

“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Ini bukan menjadi urusanmu”

.

“Maaf Yul, aku tidak tahu harus berbuat apa”

.

“Cukup kau berada di dekatku, itu sudah sangat membantu. Aku tidak salah memilihmu sebagai asistenku”, ucap Yuri. “Terima kasih Yejin-ah”

.

Yejin tersenyum. “Sudah menjadi tugasku Yul”

.

“Lalu, kapan jadwal meeting kita di China?”, Yuri kembali dalam pembicaraan bisnisnya.

.

“Mereka memberikan penawaran lusa. Apa kau setuju?”

.

“Eoh, lebih cepat lebih baik. Siapkan keberangkatan kita ke China” Yejin mengangguk mengerti. Ia pun segera keluar dari ruangan Yuri.

.

.

.

***

.

Wajah pria paruh baya itu benar-benar sudah kehilangan kesabaran. Perusahaan yang ia bangun kini berada dalam kondisi buruk dan lebih parahnya ini diakibatkan oleh ulah namja bernama Im Yoong.

.

“Anak itu benar-benar menusukku dari belakang”, geramnya saat membaca artikel yang dirilis tadi pagi.

.

“Dia akan menemui anda secepatnya, tuan. Begitu pesan yang saya dapat”, ucap sang asisten.

.

“Eoh, bawa dia padaku dan aku tak sabar untuk memberinya pelajaran karena telah mempermainkan saham Hwang Group”, Mr. Hwang mengenggam gelas yang ia pegang seakan ia ingin memecahkannya karena kesal.

.

Saat mereka sedang berbicara serius, salah satu maid datang ke ruangan Mr. Hwang. Ia tampak terburu-buru. “Tuan, maaf saya mengganggu waktu anda”, ucapnya dengan nafas tersengal.

.

“Ada apa?”

.

“Ada tamu untuk Tuan”, Mr. Hwang Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 8 malam. “Mereka mengatakan ingin makan malam bersama Tuan”, jawabnya lagi.

.

Mr. Hwang menoleh ke asistennya. “Apa kita punya jadwal pertemuan malam ini?”

.

“Tidak ada Tuan” balas sang asisten.

.

“Siapa mereka?”

.

“Seorang pria dan wanita didampingi beberapa bodyguard yang mengawalnya. Sang wanita mengatakan bahwa ia bernama Tiffany” jawaban maid itu membuat Mr. Hwang berdiri dari kursi kerjanya dan segera menuju ke depan rumah.

.

Saat ia tiba disana, Mr. Hwang tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Benar, wanita muda yang berdiri di teras rumahnya adalah putri bungsu kesayangannya. Ia meneteskan airmatanya begitu juga dengan Tiffany saat keduanya saling berpandangan.

.

Tapi satu kenyataan menusuknya ketika ia menatap seseorang yang ada di sebelah putrinya dan mereka bergandengan tangan. Tatapan Mr. Hwang beralih ke bagian perut Tiffany yang membesar. Ada rasa marah dalam dirinya yang kembali menguak.

.

“KAU—”, Mr. Hwang menunjuk Sooyoung dengan tatapan amarahnya. Ia mendekati keduanya dan langsung menampar Sooyoung dengan keras hingga ia terjatuh.

.

“DAD!!”, Tiffany terkejut dan segera membantu suaminya berdiri. Semua bodyguard Sooyoung segera bergerak namun Sooyoung memberikan tanda untuk tidak bertindak apapun.

.

“Are you okay?”, tanya Tiffany penuh kecemasan.

.

Sooyoung mengecup tangan Tiffany yang berada di pipinya yang baru saja ditampar Mr. Hwang “Aku baik-baik saja”, ia tersenyum pada Tiffany.

.

“BERANINYA KAU MENUNJUKKAN WAJAHMU DIHADAPANKU, HUH?” Mr. Hwang bersiap kembali menampar Sooyoung tapi Tiffany memeluknya.

.

“Aku mohon Dad, hentikan. Kami datang kesini dengan baik-baik. Apa Daddy tidak merindukanku?”, Tiffany terisak sambil memeluknya Daddynya.

.

Amarah Mr. Hwang mulai mereda meskipun tatapannya pada Sooyoung masih penuh ketidaksukaan. Tiffany mengendurkan pelukan mereka dan memegang pipi Daddynya. “Bagaimana kabarmu Dad?”, tanyanya lembut.

.

“Tidak sebaik saat kau ada bersama Daddy”, ucapnya tak dapat menyembunyikan rasa bahagia bahwa putrinya kembali menginjakkan kaki di rumah ini.

.

“Tapi aku sudah pulang dan sekarang ada disini, Dad”, Tiffany membalikkan badannya dan tersenyum pada Sooyoung. Ia mengambil tangan Sooyoung dan menggenggamnya. “Aku menemuimu bersama suamiku dan…”

.

Tiffany menggunakan tangannya yang bebas untuk mengambil tangan Mr. Hwang dan meletakkannya di perutnya yang besar “your soon to be grandson, Dad”, Tiffany tersenyum pada Ayahnya.

.

Sooyoung segera membungkuk memberi hormat pada pria paruh baya itu. “Senang bertemu dengan anda lagi, Tuan Hwang”, ucapnya sopan.

.

Mr. Hwang menghembuskan nafasnya kasar. “Masuklah, Daddy tak ingin udara dingin di luar sini membuatmu sakit”, Mr. Hwang berjalan lebih dulu diikuti Tiffany dan Sooyoung di belakangnya.

.

Tiffany menatap mata Sooyoung dan Sooyoung hanya memberikan senyumannya lalu mengeratkan genggaman tangannya pada Tiffany. “Semua akan baik-baik saja. Trust me”, ucap Sooyoung.

.

Keduanya masuk ke dalam rumah. Tiffany melihat sekeliling rumah yang sudah ia tinggal lebih dari 1 tahun belakangan. Tak ada yang banyak berubah, mungkin hanya beberapa maid baru yang belum pernah ia temui sebelumnya.

.

“Siapkan makan malam”, ucap Mr. Hwang pada salah satu butler yang bertanggung jawab di rumah ini.

.

Selama makan malam berlangsung, Mr. Hwang tak berhenti bertanya pada putrinya dan sesekali mengusap perut Tiffany yang membesar. Kedua tertawa bersama dan saling bercerita. Meskipun begitu, sesekali Tiffany melirik Sooyoung yang sedari tadi hanya diam dan tersenyum sambil memperhatikan Ayah dan anak itu.

.

Mr. Hwang tak sekalipun memandang Sooyoung ataupun mengajaknya bicara. Setiap Tiffany memanggil Sooyoung, ia mengalihkan perhatian putrinya agar bicara lagi padanya. Tiffany terlihat merasa bersalah dengan Sooyoung, namun suaminya memberikan tatapan bahwa ia baik-baik saja.

.

Sooyoung tidak mempermasalahkan perlakuan Mr. Hwang padanya. Ia seperti memaklumi perasaan Mr. Hwang yang marah padanya karena membawa kabur Tiffany dan menikahinya. Melihat istrinya tersenyum dan tertawa bersama sang Ayah, sudah cukup membuat Sooyoung ikut bahagia.

.

Permintaan Mr. Hwang akhirnya membuat Tiffany dan Sooyoung harus menginap malam ini. Meskipun sekamar, Mr. Hwang mengultimatum Sooyoung agar tidak tidur satu ranjang bersama putrinya. Awalnya Tiffany memprotes karena ayahnya cukup keterlaluan tapi Sooyoung meyakinkannya bahwa semua baik-baik saja.

.

“Kupikir Daddy sudah berubah”, ucap Tiffany dengan nada lirih.

.

Sooyoung yang berbaring di sebelahnya, merapikan rambutnya lalu mendekapnya dengan hangat. “Daddy hanya butuh waktu. Aku akan berusaha agar dia menerimaku, hmm. Jangan khawatir”, balasnya seraya mengecup puncak kepala Tiffany.

.

“Maafkan aku Youngi, aku pikir dengan menemui Daddy akan membuat semuanya lebih baik”, Tiffany meneteskan airmatanya. Kejadian di meja makan tadi membuatnya sedih. Sooyoung seolah-olah tak terlihat disana.

.

“Sssh, jangan begitu. Itu hal wajar yang dilakukan seorang Ayah yang menyayangi putrinya”

.

“Bodoh” Tiffany kembali terisak dan memukul pelan dada bidang Sooyoung. “Seharusnya kau marah, bukan membela Daddy”

.

Sooyoung terkekeh. “Kau menjadi cengeng sayang. Sekarang tidurlah, dan aku tidak ingin melihat airmata ini lagi hmmm. Jika besok pagi matamu bengkak, Daddymu bisa lebih mengomel lagi padamu”

.

“Ishhh”, keduanya kembali terkekeh.

.

“Tidurlah, setelah ini aku akan pindah ke sofa”

.

“Daddy benar-benar menyebalkan. Aku tidak mempunyai guling yang hangat malam ini”, ia mengerucutkan bibirnya dan Sooyoung mengecupnya.

.

“Besok pagi kupastikan guling hangatmu akan menyambutmu saat membuka mata”

.

“Hmmm i know. Goodnite Alain”, ucap Tiffany disertai kekehannya dan membuat Sooyoung tertawa.

.

“Goodnite my wife”

.

Setelah Tiffany tertidur pulas, Sooyoung segera berdiri dengan pelan tanpa membuatnya terusik. Dengan hati-hati ia merapikan bantal yang mengelilingi Tiffany dan merapatkan selimut tebal yang digunakan Tiffany.

.

Sooyoung lalu berjalan ke sofa yang tak jauh dari tempat tidur. Disana ia tersenyum menatap Tiffany yang terlihat tenang dalam tidurnya. Tak lama, ia merogoh ponselnya dan melihat email yang masuk.

.

.

From: Krystal

To: Choi Sooyoung

Subject: Meeting and New Project

.

Ada perusahaan ternama dari Dubai yang ingin bekerja sama dengan CS Group. Kurasa ini cocok untuk Oppa menanganinya. Kau lebih mengerti perusaha penerbangan ketimbang aku. Semua berkas sudah kuberikan pada Baro. Dan mengenai pertemuan kita, Oppa bisa datang kapan saja ke kantor. Aku tidak melakukan perjalanan bisnis dalam minggu ini.

.

.

Reply.

To: Krystal

Terima kasih Krys atas informasinya. Aku akan menghubungimu lagi.

.

.

.

——————————–

.

Di rumah sakit.

.

Keadaan malam ini cukup mencekam dan diliputi rasa cemas dari semua orang yang menunggu di depan ruang operasi. Taeyeon tak hentinya menenangkan sang Umma dan memeluknya. Sedangkan Krystal dan Yoong memberi dukungan untuk Seohyun yang sedari tadi terus menitikkan airmatanya.

.

Di dalam ruang operasi, Jessica bersama timnya terus berkonsentrasi melakukan yang terbaik. Pencangkokan jantung untuk Woobin terpaksa dilakukan mengingat kondisinya semakin kritis.

.

Meskipun begitu, pencangkokan jantung bukanlah solusi mudah untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Semua itu tergantung bagaimana tubuh Woobin menerima pencangkokan. Jika cocok, maka kemungkinan bertahan hidup agar terbuka lebar namun jika tidak, kemungkinan terburuk akan segera terjadi.

.

“Berapa lama untuk menunggu reaksinya, Dok?”, tanya salah satu Jessica.

.

“Sekitar 30 hingga 45 menit dan pastikan semua organ vital lainnya tetap stabil. Perhatikan kondisi pasien dengan lebih teliti”

.

“Baik”, semua tim menjawab serempak.

.

Jessica izin keluar dari ruang operasi. Taeyeon dan Mrs. Kim segera berdiri mendekatinya diikuti Yoong, Krystal dan Seohyun.

.

“Pencangkokan sudah kami lakukan, aunty”, ucapnya pada Mrs. Kim. “Tapi dengarkan aku, ini bagian terpenting dari operasi ini. Jika cocok, kemungkinan kondisi Woobin bisa menjadi lebih baik. Tapi jika tidak cocok, kita hanya bisa berdoa yang terbaik. Semua tergantung pada tubuh Woobin dan juga takdir Tuhan” ucap Jessica.

.

“Lakukan yang terbaik Sica, apapun hasilnya kami siap menerima”, ucap Mrs. Kim.

.

Pandangan Jessica bertemu dengan Taeyeon. Namja itu justru tersenyum menatapnya. “Jangan terlalu terbebani dengan hasilnya. Ada sesuatu yang tak bisa kita lawan atas kehendak-Nya. Aku yakin kau sudah melakukan yang terbaik”, ucapnya pelan namun Jessica masih mendengarnya.

.

“Terima kasih Taeng”, ia membalas senyuman Taeyeon. “Kalo begitu, aku akan kembali ke dalam”, Jessica pamit dan kembali masuk ke dalam ruang operasi.

.

Di dalam, salah satu asistennya melapor. “Dok, kondisi detak jantungnya mulai tidak stabil”

.

Jessica segera melihat alat pengukur detak jantung. “Bagaimana tingkat kesadarannya?” tanyanya pada ahli anestesi.

.

“Pengaruh obatnya mulai berkurang 40 persen dan kesadarannya belum kembali”

.

“Laporkan padaku setiap 1 menit sekali, berapa detak jantung yang dihasilkannya dan juga denyut nadinya”, perintahnya lagi pada sang asisten. “Berikan padaku rekam medis sang pendonor”, asisten lainnya memberikan berkas yang Jessica pinta.

.

Ia begitu serius meneliti rekam medis sang pendonor dengan hati-hati. Sekali lagi, melakukan pencangkokan bukan hal yang mudah terlebih jantung yang dipilih harus benar-benar sehat. Sehingga tidak sembarang orang dapat menjadi pendonor.

.

Tiba-tiba alat pengukur detak jantung berbunyi beberapa kali dengan menghasilkan interval yang berbeda-beda.

.

“Kesadarannya mulai kembali, Dok”

.

“Perhatikan dengan  baik semua kondisi organ vitalnya”, Jessica segera mendekati Woobin dan ia memeriksa denyut nadinya.

.

“Dok, detak jantungnya baru saja berhenti sekitar 5 detik dan mulai kembali lagi”, lapor sang asisten.

.

“Kita harus memberikan tekanan sedikit padanya. Tolong atur dan perhatikan setiap detiknya”, Jessica dan asistennya mulai bergerak dengan sangat hati-hati.

.

“Dok!”, salah satu asisten berteriak karena terkejut. “Denyut jantungnya menurun drastis dan mulai kehilangan ritme”

.

“Tambah tekanannya lagi!”

.

Semua tim bergerak dengan keahlian yang mereka miliki dan berusaha untuk mengembalikan kesadaran Woobin dan detak jantungnya yang mulai menurun. Tekanan-tekanan terus diberikan agar detak jantung Woobin kembali pada ritme.

.

.

Tiiiit…. Tiiiit….—— Tiiiit…. Tiiiit…..

.

Tiiiit…..Tiiiit…..——- Tiiiit….

.

….Tiiiit….. Tiiiit….

.

——–Tiiiit…..

.

Tiiiit——-

.

Tiiiit——–

.

.

.

.

.

.

“Dok! Kita kehilangan ritmenya”

.

.

.

.

.

TBC

————————————–

Hai ini Jeje ^^ kekekeke

Thank You udah mampir dan membaca cerita ini. Semoga puas dengan moment semua cast.

Sabar ya, tinggal beberapa part lagi. FF ini memang panjang dan menguras pikiran. Hahaha

Gue berharap, yang nungguin FF ini gak akan lelah XD

Sampe ketemu di RAIN

.

See you guys

.

.

Annyeong!!!

.

by: J418

.

*bow*

110 thoughts on “THE HEIRS (17)”

Leave a comment