SERIES, WHY?

WHY? (15)

1481875768277_1481876049894

Tittle                : WHY?

Cast                 : Kim Taeyeon

Kwon Yuri

Tiffany Hwang

Jessica Jung

Im Yoong

Seo Juhyun

And the others

Genre              : Gender Bender, Drama, Romance, Mature, BitterSweet

Credit Pic by K.Rihyo

Series

Copyright © royalfams418.2017. Allright Reserved

This is just my imagination & don’t copy paste without permission

——————————————————————–

.

.

Part 15

.

.

California, 2 years ago…

.

.

“Kau mau kemana?”, seorang gadis bangun dari tidurnya dan menyelimuti tubuhnya hingga mencapai leher.

.

“Aku harus pulang”

.

Jawaban orang itu membuatnya mendengus. “Kau masih saja kembali pada gadis itu”, ujarnya dengan raut kesal.

.

“Bukankah kau sepakat hubungan kita seperti ini? Lagian aku hanya menolongmu untuk mengusir rasa kesepian. Sebagai teman yang baik, aku mengabulkan keinginanmu. Jadi jangan pernah menghinanya. Dia satu-satunya gadis yang aku cintai”

.

“Cih. Kau bahkan tidak pernah tertarik dengan sebuah pernikahan. Cepat atau lambat dia akan pergi. Karena aku yakin dia menginginkan sebuah keluarga”

.

“Aku tidak tertarik berdebat denganmu. Aku pulang dulu”

.

“YAH!!”
.

Gadis itu berteriak kesal namun lawan bicaranya tak berniat untuk menoleh lagi dan menutup pintu kamar begitu saja.

.

.

.

.

.

———————————–

.

Present

.

Kejadian dua hari lalu, masih menyisakan tanda tanya besar. Namun tak ada yang bisa Taeyeon perbuat selain menunggu kabar dari Tiffany. Sayangnya, gadis itu kini bahkan menghilang dan tak satupun yang tahu tentang keberadaannya. Kecuali, mungkin hanya Yuri saja.

.

“Belum ada kabar dari Tiffany?”

.

Sebuah suara menyadarkan lamunannya. Ternyata itu Erick yang baru saja masuk ke dalam ruangan Taeyeon dan duduk di kursi yang berada tepat di depan meja kerja miliknya.

.

“Dia menghilang”, desahnya. “Dan sekarang aku tidak bisa menghubunginya sama sekali”

.

Lawan bicaranya itu mengangguk paham. “Siapapun yang berada di posisinya, aku yakin orang itu pasti akan marah dan terluka. Apa kau juga tidak bisa menghubungi, Yuri?”

.

“Hmm. Kurasa, Tiffany saat ini bersama dengan Yuri. Benar atau tidak, dugaanku dia kembali ke Cali”, jelas orang itu sambil menerawang ke depan. Tatapannya kosong, dan pikirannya sedang berkeliaran bebas.

.

“Mungkin saja, mengingat jika Yuri bersamanya. Dia benar-benar tipikal pemarah. Aku saja masih mengingat pukulannya malam itu saat Stephy ditemukan tidak bernafas lagi”, jelas Erick.

.

“Terkadang Yuri tidak suka kompromi. Ngomong-ngomong, apa Sera sudah kembali ke hotel?”

.

“Eoh. Aku menjemputnya dari terapi dan dia langsung istirahat. Sera menanyakanmu, Taeng”

.

“Kurasa dia juga sedang marah padaku”, ia menghela nafasnya kasar sembari menyadarkan tubuhnya di kursi.

.

“Dia hanya terkejut dengan apa yang terjadi dua hari lalu padamu. Kau tidak menjelaskan apa-apa padanya. Kau tahu betapa khawatirnya dia”

.

“Dokter bilang dia tidak boleh banyak pikiran selama terapi. Jadi aku tidak memberitahunya sama sekali”

.

“Ya, tapi kuharap kau bisa meyakinkan Sera tentang apa yang sedang kau lakukan. Soal Tiffany dan sahabat-sahabatmu, aku tidak akan ikut campur”, komentarnya. Tak lama, ia pun mengeluarkan sesuatu dari saku baju dan memberikan sebuah card pada Taeyeon. “Aku sudah mengurus identitasmu yang asli. Orang kedutaan tetap akan melindungimu. Bagaimana pencarianmu sejauh ini?”

.

“Aku belum memutuskannya. Untuk saat ini aku akan tetap berada di Liivtt. Biar bagaimanapun, disana cukup nyaman dan membuatku betah berada di Atlanta. Hanya saja akhir-akhir ini kasus drugs trafficking membuat keadaan sedikit berantakan”

.

Namja itu tertawa kecil mendengar penjelasan Taeyeon. “Disini cukup banyak hal seperti itu terjadi, Taeng. Bahkan di party sekalipun, akan selalu ada oknum disana. Well, anak-anak seusia kita pasti akan tertarik dengan barang seperti itu. Mereka seperti penenang yang membawa kedamaian tanpa menyadari bahwa itu petaka”

.

“Yeah, dan aku tidak percaya anak band sepertimu bisa terbebas dari barang semacam itu”

.

“Hahahaha, mungkin keberuntungan sedang berpihak padaku. Jadi aku belum pernah terlibat sedikitpun”

.

“Geez. Full of yourself, Erick”

.

“Thanks brother”, Erick tertawa puas dan Taeyeon hanya bisa menggeleng heran.

.

Setelah mengobrol cukup lama, Erick pun berpamitan pada Taeyeon. “Sebelum aku bertemu denganmu, sebenarnya aku ke Cali”, ujarnya pada Taeyeon.

.

“Mengunjungi makam Stephy?”

.

Erick tersenyum kecil. “Mungkin untuk terakhir kali. Aku sudah mengikhlaskan kepergiannya dan sekarang aku tidak akan mengunjungi makamnya lagi”

.

“Ya, kurasa itu pilihan terbaik. Kau sudah melangkah maju, Erick. Jangan pernah mencoba untuk mundur”

.

“Hmmm, I know”

.

Kedua namja itu berbagi pelukan sejenak sebelum akhirnya Erick pergi. Setelah keadaan sepi, Taeyeon kembali mencoba menghubungi Tiffany. Hasilnya ternyata tetap sama. Nihil.

.

“Kau bisa menjelaskannya, Taeng. Tapi tidak sekarang”

.

Perkataan Yuri membuatnya menghela nafas lagi. Sudah dua hari, tapi tak satupun dari keduanya yang bisa dihubungi. Bahkan Yoong yang notabene paling dekat dengan Yuri juga tidak tahu keberadaannya.

.

.

“Aku belum mendapatkan kabar darinya”, jawaban Yoong diseberang telpon membuat Taeyeon mendesah pelan. “Mungkin Fany sedang menenangkan diri. Kau sendiri juga sudah tahu sifat Yuri seperti apa”

.

“Hmm thanks Yoong. Ngomong-ngomong, apa ada perkembangan baru dari kepolisian?”

.

“Mereka sedang mengejar beberapa orang yang diduga sebagai pengedar. Klub malam menjadi sangat rawan untuk beredarnya barang tersebut”

.

“Kuharap akan ada kabar baik secepatnya”

.

Taeyeon hendak menutup telponnya, tiba-tiba Yoong kembali bersuara.

.

“Kau tahu, sejujurnya aku sangat marah padamu. Tapi entah kenapa aku begitu bodoh memaafkanmu begitu saja”

.

Taeyeon tertawa kecil. Antara berterima kasih karena ucapan Yoong, atau karena dia merasa tidak enak pada namja itu. Yoong memang bukan tipikal orang yang akan ikut campur. Pertengkarannya dengan Tiffany dan Yuri, tak membuat namja itu ikut menjauhi dirinya.

.

“Aku tidak tahu ini benar atau salah, Taeng. Tapi dugaanku, malam sebelum kejadian Stephy meninggal, dia bersama seseorang. Dan aku rasa itu bukan Erick”

.

“Kenapa kau mengatakan ini padaku?”, Taeyeon sedikit terkejut. Ia tidak menduga bahwa Yoong akan berbagi cerita tentang hal ini padanya.

.

“Entahlah, aku merasa kau perlu tahu. Setiap orang memiliki masa lalu yang sama atau bisa juga berbeda. Tapi terkadang kita tidak bisa memprediksi takdir, Taeng. Bahkan siapa yang sangka bahwa kau dan Erick saling mengenal. Orang yang paling dibenci oleh Yuri dan mungkin juga Tiffany”

.

Penjelasan Yoong membuat Taeyeon tanpa sadar ikut mengangguk setuju.

.

“Terima kasih Yoong. Aku akan menghubungimu lagi”

.

.

.

.

.

.

————————————

.

Ceklek…

.

Gadis itu membuka pintu apartemennya dan mendapati suasana yang hampir sama sejak dua hari lalu. Sepi.

.

“Aku minta maaf, Jessi. Mungkin untuk beberapa hari, aku tidak akan kembali ke apartemen”

.

Isi pesan singkat Tiffany membuatnya bertanya-tanya dengan apa yang terjadi. Tapi saat ia sudah mencoba menghubungi sahabatnya itu, namun gagal. Menghubungi Yuri pun, jawabannya sama saja.

.

“Halo Hyuni. Apa kau sudah mendapatkan kabar?”, sebuah pertanyaan keluar dari mulutnya saat Seohyun menghubunginya.

.

“Tidak ada, Unni. Aku juga sudah bertanya pada Yoong, Oppa. Dia juga belum mengetahui keberadaan keduanya”

.

Jawaban Seohyun membuatnya menghela nafas kasar. Entah kenapa, tiba-tiba saja rasanya Yuri dan Tiffany seolah menjauh dengan apa yang sekarang sedang mereka tutupi. Ia menutup panggilan Seohyun sebelum akhirnya duduk di meja belajar miliknya sambil menatap sebuah foto.

.

.

“Kenapa kau pindah ke Atlanta? Kupikir San Fransisco jauh lebih baik dari kota ini”

.

“Aku sedang menginginkan ketenangan dan meninggalkan masa lalu”

.

“Apa itu mungkin? Maksudku, meninggalkan masa lalumu begitu saja tidak akan ada penyelesaiannya. Masa lalu lah yang menciptakan masa depan”

.

“Apa kau pernah mencintai seseorang begitu dalam, Tiff?”

.

“Ya. Aku mencintai Stephy, bahkan mungkin lebih besar daripada rasa cintaku pada Taeyeon. Dan saat Stephy pergi, rasanya bagian dari diriku lenyap seketika. She’s my twin, my best soulmate”

.

“Aku mencintainya, Tiff”, satu kalimat itu mengalir begitu saja. “Bahkan aku tidak pernah membayangkan hidup tanpanya. Tapi….”

.

Tiffany memicingkan mata menunggu kalimat selanjutnya dari gadis itu. “Aku takut suatu saat dunia membenciku dan dia melakukan hal yang sama”

.

“Kau melarikan diri, Sica”

.

.

.

.

.

“Kau benar, Tiff. Aku memang melarikan diri”, Ia mendesah pelan. Menatap foto dirinya bersama Tiffany saat-saat pertama mereka mengenal dulu. “I wish you were here, because i want to tell you something”

.

Tiffany satu-satunya yang mengetahui masa lalu Jessica. Entah itu buruk atau baik dimata orang lain, tetapi Tiffany menerimanya. Meski tidak sepenuhnya berpihak, tapi Tiffany bersikap realistis.

.

.

“Kau mencintai Yuri?”

.

Pertanyaan Tiffany tiba-tiba membuatnya berhenti mengunyah sarapannya dan memandang Tiffany dengan wajah bingung.

.

“Yuri memiliki perasaan padamu, Sica. Kau pasti tahu itu. Bahkan semua orang yang mengenal Yuri, bisa mengetahuinya tanpa dia harus bicara. Aku tahu cerita tentangmu dan aku jauh lebih tahu apa yang Yuri pikirkan. Dia menjaga perasaanmu dan tetap berada pada zona nyamanmu. Tapi sometimes, semua bisa berubah karena Yuri tidak tahu keadaanmu sebenarnya”

.

“Apa status itu perlu?”, Jessica justru balik bertanya.

.

“Bagimu dan bagiku, mungkin tidak. Tapi bagi Yuri, itu perlu. Karena dia menyukai ide untuk memiliki orang yang dicintainya seorang diri tanpa ada orang lain yang menginterupsi. Jangan terbebani dengan perkataanku. Aku hanya ingin kau tidak terjebak dalam perasaanmu”

.

Jessica hanya mengangguk lalu memilih diam tanpa membalas ucapan Tiffany. Apa yang terjadi di masa lalunya, bukanlah hal mudah. Meskipun mungkin banyak orang akan mengalami hal yang sama seperti dirinya. Tapi bukan itu persoalannya. Ini tentang rencana masa depan yang ingin dia bangun. Dan jawabannya tak pernah ia temukan di masa lalu.

.

.

.

.

.

***

.

.

Suasana sarapan pagi ini masih sama seperti kemarin. Hanya ada suara dentingan piring dari sendok dan garpu yang beradu disana. Keempat orang yang berada di ruangan ini, memilih diam dan menikmati sarapan hingga tuntas.

.

Selesai menyantap makanannya, salah satu dari mereka berdiri dan mengambil sebotol air putih dari dapur lalu kembali lagi.

.

“Aku akan pulang sore ini. Mungkin aku akan kesini lagi setelah Tiffany menginginkan kembali”, namja itu membuka suaranya.

.

“Aku bisa pulang sendiri, Yul. Kau tak perlu menjemputku”

.

Yuri menggeleng cepat dan menolak jawaban itu. “Daddy dan Mommy pasti tidak akan setuju. Bukan begitu?”, tanyanya pada dua orang dewasa di meja makan. Pria paruh baya yang ada disana meneguk minumannya dan mengelap sudut bibirnya.

.

“Daddy tidak tahu apa yang terjadi padamu, sayang. Tapi melihat kau disini bersama Yul tanpa Taeyeon, Daddy rasa Daddy sudah tahu jawabannya. Daddy tidak ingin apa yang terjadi pada Stephy terulang lagi. Jika kisah cintamu membuatmu menderita, sebaiknya akhiri saja. Daddy hanya ingin kau bahagia”

.

“Dad…..”

.

Tiffany hendak bersuara, namun Yuri lebih dulu menginterupsi. “Kupastikan Tiffany tidak akan menderita, Dad. Bahkan sekalipun jika itu Taeyeon, aku tidak membiarkannya melukai Tiffany”

.

“Good. Sekarang berhentilah bersikap kekanakan Tiffany Hwang. Daddy tidak suka melihat matamu sembab”, Daddy Hwang berdiri dari kursinya dan hendak pergi. Namun sebelum melangkah, ia melihat ke arah Yuri dan tersenyum. “Kau satu-satunya yang Daddy percaya, Yul”

.

“Hmmm, aku mengerti”

.

Daddy Hwang kembali tersenyum padanya. Ia pun menoleh ke arah istrinya sebelum berpamitan untuk pergi ke kantor. Suasana ruang makan kembali hening. Melihat kondisi itu, Mommy Hwang menghela nafas panjang dan menoleh ke arah putrinya.

.

“Daddymu hanya khawatir melihatmu tiba-tiba pulang dengan raut wajah seperti itu”, ujarnya lembut pada anak gadisnya. “Ditambah kau tidak menceritakannya pada kami”

.

“Aku tahu Mom. Daddy benar. Aku memang kekanakan. Kembali pulang karena masalah seperti ini”

.

“Itu wajar, sayang. Kau hanya butuh pembelajaran. Tapi Mom mohon, jangan mengabaikan sesuatu yang penting hanya karena ini. Mommy dan Daddy tidak melarangmu berhubungan dengan siapapun. Yang terpenting, kebahagianmu. Itu yang orangtua inginkan dari seorang anak”

.

“Benar kata, Mom”, Yuri menimbrung. “Jika Taeyeon tidak bisa memberimu penjelasan yang memuaskan, sebaiknya akhiri hubungan kalian sebelum aku membuatnya berantakan”

.

“YAH! Kwon Yuri!”

.

“Wae?”, Yuri mendengus. “Kau masih saja membelanya”

.

“Sudah, sudah. Jangan berdebat”, Mommy Hwang menengahi keduanya. “Yul, bukankah kau ingin ke makam Stephy? Pergilah sekarang, setelah itu beristirahatlah sebelum ke bandara”

.

Yuri tidak bisa membantah. Ia pun mengangguk dan memeluk wanita paruh baya itu sebelum mengusap kepala Tiffany. Membuat gadis itu bereaksi kesal.

.

“Hapus airmatamu. Kau jelek sekali seperti itu”

.

“Aish, kau memang menyebalkan Kwon!”

.

.

.

.

.

———————————

.

Selesai sarapan, Tiffany memilih ke kamarnya. Ia berbaring di atas kasur sembari memainkan ponsel ditangannya. Sudah dua hari ia tidak memegang benda itu dan kini pergulatan batin menghinggapi dirinya. Antara ingin mengaktifkan atau tetap membiarkannya seperti itu.

.

“Aku mencintaimu, Phany-ah. Apapun yang terjadi, kumohon percaya padaku”

.

Kalimat Taeyeon kembali teringat olehnya. Hal itu membuat perasaan Tiffany menjadi gambang. Entah harus percaya atau tidak. Tapi saat ini egonya masih menang. Apa yang dilihatnya dua hari lalu, benar-benar membuatnya kecewa. Biar bagaimanapun Taeyeon sudah berbohong.

.

Kini, wajah Sera mengusik batinnya. Mengingat gadis itu, seolah banyak pertanyaan dalam benaknya. Bahkan tak bisa dipungkiri, Sera terlihat pantas berada disamping Taeyeon terlebih pertemuannya dua hari lalu menunjukkan perhatian Taeyeon pada gadis itu.

.

.

“Kita harus mencobanya”

.

“Aku tidak mau. Kenapa kau jadi berubah pikiran?”, Tiffany kesal pada ide yang Yuri katakan padanya.

.

“Yoong hanya memberiku saran, Fany-ah. Tidak ada salahnya mencoba”

.

Tiffany menutup matanya sejenak, berusaha agar tidak terpancing amarah jika mengingat Erick. Bahkan saat kepindahan Erick di Liivtt, gadis itu sudah berusaha mati-matian untuk terlihat biasa saja menanggapi kehadiran namja itu kembali dalam hidupnya.

.

“Aku masih membencinya, Yul. Meskipun aku tidak yakin alasannya”

.
“Aku tahu. Kau berhak melakukannya, Fany-ah”

.

“Jika saja menemui Erick bisa mengembalikan Stephy…..”

.

Yuri menghentikan ucapan Tiffany. Ia memeluk gadis itu dan menenangkannya. “Itu tidak akan pernah terjadi, Fany-ah. Stephy sudah pergi”

.

Tak ada lagi jawaban Tiffany. Hanya suara isakan yang dapat Yuri dengar dalam dekapannya.

.

.

Setelah memikirkan itu, tak lama Tiffany bergerak menuju telpon rumah yang ada di kamarnya. Ia menekan beberapa nomor sebelum sebuah suara menjawabnya.

.

.

“Ini aku, Tiffany”

.

“Oh, Fany-ah”, suara itu terdengar terkejut. “Ada apa?”

.

“Apa Stephy pernah bercerita padamu tentang orang lain selain Erick, Yuri, dan Yoong saat kau kembali ke Cali?”

.

Ada keheningan disana, sebelum suara itu menjawab. “Stephy terlalu banyak memiliki teman setelah kita semua memilih pergi ke Liivtt, Fany-ah”

.

“Apa mungkin dia memiliki kekasih selain Erick?”, Tiffany menggigit bibir bawahnya karena ia merasa ragu dengan pertanyaan itu.

.

Helaan nafas terdengar dari seberang telpon. “Sejujurnya aku….. menduga hal itu mungkin terjadi. Dia mencintai Erick, tapi pergaulannya sangat luas. Jadi tidak menutup kemungkinan. Ditambah lagi mereka jarang bertemu saat Erick disibukkan dengan latihan band nya”

.

“Bagaimana jika Erick sebenarnya tahu? Atau mungkin itu penyebab putusnya mereka?”

.

“Pertanyaan itu bukan untukku, Fany-ah. Bisa jadi Erick mengetahui jawabannya”

.

“Terima kasih, Rose. Aku tutup telponnya”

.

Lagi. Ia mendesah pelan. Setelahnya Tiffany mengakhiri sambungan telpon itu dan kembali larut dalam pikirannya.

.

.

.

.

.

.

***

.

.

Kembali ke Liivtt. Suasana sekolah tetap berjalan normal seperti biasanya. Murid-murid giat beraktivitas dengan kegiatan akademik maupun ekskul mereka. Ini sudah hampir mendekati ujian akhir semester, artinya semua murid sedang berusaha keras mendapatkan hasil maksimal sebelum menikmati libur panjang.

.

Jessica baru keluar dari loker miliknya dan mendapati Yoong dan Seohyun sedang mengobrol di koridor kelasnya. Menyadari kesempatan ini, ia pun mendekati keduanya dan menatap ke arah Yoong.

.

“Apa kita bisa bicara, Yoong?”, tanyanya hati-hati sembari melirik ke arah Seohyun.

.

Ada keraguan dari raut wajah Yoong. Tapi melihat Jessica yang seperti itu, membuatnya mengangguk.

.

“Hyuni, maaf”

.

Seohyun tersenyum pada Jessica dan menggeleng pelan. Ia mengerti apa yang Jessica inginkan pada Yoong. Gadis itu pun kembali ke dalam kelas, sedangkan Yoong dan Jessica pergi ke tempat yang cukup tenang.

.

“Jika kau ingin menanyakan keberadaan Yuri atau Tiffany, jawabanku tetap sama, Sica. Aku tahu kau meminta Seohyun bertanya padaku sebelumnya”, Yoong membuka percakapan mereka.

.

“Bukan itu yang ingin kutanyakan padamu. Aku menyerah, dan sebaiknya aku menunggu Tiffany hingga kembali ke apartemen”

.

“Lalu apa yang ingin kau tanyakan?”

.

“Apa kau mengenal orang ini?”

.

Pertanyaan Jessica di luar ekspektasi namja itu. Namun apa yang Jessica tanyakan cukup menarik perhatiannya. Gadis itu menunjukkan sebuah foto dari ponselnya. “Semalam aku mencari tahu tentangnya dan tidak sengaja melihat foto ini dari sebuah akun sns”

.

“Dia salah satu staff lapangan di Youngstar. Tapi setelah Yuri kembali, tak berapa lama setelahnya dia mengundurkan diri. Ada apa?”

.

“Ternyata selama ini, dia ada disini”

.

Jessica tampak berpikir sebelum kembali memandang Yoong. “Ada satu rahasia yang ingin kukatakan padamu. Entah kenapa, aku ingin seseorang mendengarnya”

.

Yoong mengerutkan dahi. “Maksudmu aku? Kenapa?”

.

“Aku merasa kau bisa kupercaya”

.

Jawaban Jessica tentu membuat Yoong terkejut. “Ini cukup aneh bagiku jika harus mendengar rahasiamu, Sica. Kita baru kenal dan aku belum mengenalmu dengan baik. Tapi kalau kau merasa yakin, silahkan. Aku siap mendengarnya”

.

“Ternyata selama ini aku tidak sadar jika Stephy yang Tiffany maksud adalah Stephany Hwang. Apa aku benar?”

.

“Ya, kau benar”, Yoong mengangguk. Masih dengan tatapan bingungnya. “Lalu ada hubungan apa kau menunjukkan foto ini dan Stephy?”

.

“Sebenarnya…..”

.

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja tubuh Jessica berkeringat hebat dan itu membuat Yoong khawatir. Ia hendak mendekati Jessica tapi gadis itu mencegahnya.

.

“Sica, ada apa?”

.

Jessica menggeleng. Ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Bayangan yang tidak ingin diingatnya justru kembali lagi dalam pikirannya. “Se…sebenarnya…..”

.

“Hey, tenanglah”, Yoong terpaksa memeluk gadis itu. Wajahnya tiba-tiba pucat dan Jessica menjadi terengah saat berbicara. “Tenanglah, dan katakan padaku apa yang ingin kau katakan”

.

Sebisa mungkin Yoong membantunya untuk tenang. Tapi karena suara Jessica tak bisa keluar dengan lantang, ia pun membisikkan sesuatu di telinga Yoong. Detik itu juga, Yoong terdiam. Apa yang baru saja Jessica katakan padanya membuatnya diam seribu bahasa dengan raut keterkejutan yang terlukis di wajahnya.

.

.

.

.

.

.

———————————-

.

Di sebuah apartemen, seorang gadis baru saja keluar dengan pakaian casualnya. Baru saja hendak menuju mobil, tiba-tiba seorang pria muncul dari arah jalan dan mendekat ke arahnya.

.

“Ternyata kau ada disini, Am”

.

Gadis yang disapa itu mengerutkan keningnya sebelum ia sadar siapa orang yang berada di tak jauh di depannya.

.

“Ada apa kau menemuiku?”, ucapnya dengan nada menahan amarah.

.

“Apa salah seorang kakak mengunjungi adiknya?”

.

Amber berdecak sebelum tertawa kecil. “Kakak? Kau bahkan menelantarkan keluargamu dan memilih bersenang-senang dengan para berandalan yang tidak memiliki masa depan”

.

“Jaga kata-katamu itu. Aku masih menganggapmu sebagai keluarga dan jangan sampai—”

.

“APA? Kau mau mengajakku berkelahi? Silahkan. Aku tidak takut padamu”

.

Amber segera bersiap pada posisinya. Melihat hal itu, tiba-tiba saja tatapan pria itu berubah. “Bantu aku, Am. Aku membutuhkan uang”, jelasnya dengan lirih sembari menatap Amber intens. “Bisnisku sedang terpuruk”, lanjutnya lagi.

.

“Kau sebut itu bisnis?”, Amber menggeleng heran. Ia memandang kakaknya dengan tatapan menggelikan.

.

“Perbaiki hidupmu terlebih dahulu”

.

Amber memilih tak ingin berdebat. Ia segera melangkah menuju mobilnya. Sayang, suara pria itu menghentikan langkahnya.

.

“Kau tahu bukan, apa resikonya jika kau tidak mengabulkan keinginanku? Jangan sampai kau menyesal, Am”

.

Seketika, Amber mengepalkan kedua tangannya dan rahangnya mengatup keras karena ia mengeri maksud pria ini. Yeoja berambut pendek ini lalu membalikkan badan dan menatap penuh amarah.

.

“Katakan, berapa yang kau mau dan setelah itu pergilah menjauh dari hidupku”

.

Pria itu akhirnya menyeringai puas. Setelah ia menyebutkan nomor rekeningnya pada sang adik dan jumlah nominal, ia pun mendekat ke arah Amber untuk memberikan sebuah pelukan perpisahan dan terima kasih.

.

Namun…..

.

Jleb!

.

Amber menahan kesakitan di perut bagian kanan. Tiba-tiba sebuah benda tajam menusuknya. Ia tidak menyadari jika kakaknya memiliki sebuah pisau di saku celananya.

.

“Ini pelajaran untukmu, Am. Jangan pernah mengajariku sesuatu. Kau tidak jauh berbeda denganku”

.

“K—kau…..”

.

Pria itu tak mempedulikan Amber yang menahan kesakitan. Ia terduduk di sisi pintu mobil dan melihat kepergian kakaknya yang seolah tak melihatnya lagi. Dengan menahan sakitnya, Amber mencoba mengambil ponselnya untuk meminta bantuan.

.

.

.

.

.

.

***

.

.

Taeyeon mengatur nafasnya sejenak sebelum membuka pintu yang berada di depannya. Sesaat, ia pun masuk dan berjalan tenang mencari seseorang disana. Senyumnya mengembang begitu melihat sosok yang dicari sedang duduk sembari fokus dengan alat lukis yang dipegangnya.

.

“Hey”, ia menyapa gadis itu dan duduk di sebelahnya.

.

“Oh, Taeng”

.

Hanya balasan singkat yang Taeyeon dapat. Ia mengerti jika Sera marah karena sesuatu yang ia sembunyikan selama ini.

.

“Maafkan aku, aku hanya tidak ingin membebanimu”

.

Sera meletakkan kuas yang dipegangnya lalu memandang ke arah Taeyeon setelah menarik nafas panjang. “Kau berbohong, Taeng”, ucapnya dengan tenang. “Dan kau…. kau mengkhianatiku”

.

“Sera-ya”, Taeyeon mengambil tangan Sera dan menggenggamnya. “A…aku…..”

.

“Tapi aku sudah memaafkanmu”, Sera memotong ucapan namja itu. “Saat ini, aku hanya sedikit kesal”

.

Taeyeon menundukkan kepalanya dengan menyesal. Dua hari yang lalu adalah pertama kalinya bagi Sera melihat Taeyeon dipukul seperti itu. Kini ia sudah tahu, siapa namja yang memukul Taeyeon dan juga gadis yang menampar wajahnya.

.

“Kau selalu mementingkan kebahagiaanku terlebih dulu. Itu yang membuatku kesal. Sedangkan kau?”

.

“Jangan berkata seperti itu”, ia menggeser duduknya sembari menggeleng cepat. Menolak apa yang Sera katakan barusan.

.

“Aku bahagia jika kau juga bahagia. Itu sudah cukup”

.

“Apa dengan yang kau lakukan saat ini, akan membuatku bahagia setelah aku tahu kenyataannya?”

.

“Dengarkan aku, Sera”

.

“Taeng”, Sera melepaskan genggaman tangan itu dan membingkai wajah Taeyeon. “Kau yang harus mendengarkanku. Hmmm. Berhentilah sebelum terlambat. Aku tidak ingin kau kehilangan impianmu dan kembali ke Brisbane dengan tangan kosong”

.

“Itu tidak akan terjadi. Bukankah aku sudah berjanji padamu?”

.

“Tapi lihatlah sekarang. Orang-orang yang tidak memahamimu, kini marah dan menjauh. Jika saja kau katakan—”

.

“STOP! STOP!”

.

Taeyeon berteriak dihadapan gadis itu. Tak lama, airmata keluar dari sudut mata Taeyeon. Tangannya kini terangkat memegang tangan Sera yang masih berada di wajahnya. “Jangan minta aku untuk berhenti. Kumohon”

.

“Tapi….tapi kau….mencintainya, Taeng”

.

Taeyeon terdiam. Ia mengelap airmatanya. Andai saja Tiffany tahu dan bersedia memahami keterbatasannya. Tapi apa itu mungkin? Bahkan sekarang Tiffany menghilang dan belum memberikan kabarnya.

.

.

Braak..

.

.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka kasar. Seorang namja masuk begitu saja dan mendekati keduanya dengan wajah panik. “Erick ditahan polisi atas dugaan percobaan pembunuhan”

.

“WHAT??”

.

Wajah sedih itu berubah menjadi terkejut. Hal serupa juga dilakukan oleh Sera.

.

“Apa yang kau bicarakan, Max. Nonsense!!”

.

“Aku serius, Taeng. Dia sekarang dibawa ke kantor polisi”

.

“Shit!”, Taeyeon segera mengambil jaket, ponsel, beserta kunci mobilnya dan kembali mendekat ke arah Sera. “Aku akan pergi. Jangan khawatir. Disinilah bersama Max, hmmmm”

.

“Tapi…”

.

“Aku janji aku akan segera mengabarimu”, pinta Taeyeon. “Max, tolong jaga Sera”

.

“Kau yakin, aku dan Sera tidak perlu ikut?”

.

“Eoh. Kumohon Max”

.

Max akhirnya mengangguk setuju. Setelah mengenakan jaketnya Taeyeon pun memberikan pelukannya untuk Sera sebelum ia pergi meninggalkan keduanya menuju kantor polisi.

.

.

.

.

.

.

————————————-

.

Khaaa~~

.

Namja tanned itu menghirup udara malam yang cukup segar. Setelah mendarat di Atlanta, ia pun menunggu taksi yang sudah dipesannya untuk langsung mengantarnya ke tempat tujuan.

.

Sepanjang perjalanan, Yuri mencoba menghubungi satu nomor tapi belum ada jawaban. Setelah mengaktifkan kembali ponselnya, ia mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari orang yang sama.

.

Perasaan bersalah pun menyelimutinya karena ia tak mengatakan apapun pada Jessica. Dan setelah melihat Tiffany mulai membaik, ia memutuskan untuk pulang dan menemui Jessica. Setidaknya, ada beberapa yang harus ia jelaskan pada gadis itu.

.

“Apa dia marah?” Batinnya sembari mencoba mendial nomor Jessica lagi.

.

Merasa tidak ada jawaban, Yuri pun memilih menunggu hingga ia tiba di apartemen Jessica dan Tiffany.

.

.

.

.

.

.

.

“Terima kasih Yoong”, Jessica tersenyum kecil pada namja kurus yang bersamanya sekarang.

.

Cukup lama Yoong mendengarkan apa yang Jessica ceritakan padanya. Setelah mengobrol banyak di sekolah, ia pun mengantar Jessica pulang dan mereka melanjutkan pembicaraan sebelumnya.

.

“Its okay. Setidaknya aku cukup terkesan karena kau bersedia mengatakan itu padaku. Sekarang kau tahu dimana keberadaannya?”

.

Jessica menggeleng pelan. “Itulah yang aku khawatirkan. Dia bisa melakukan apa saja untuk keinginannya. Mendengar apa yang terjadi belakangan ini, aku tiba-tiba berpikir tentangnya”

.

“Bisa jadi, Sica. Semua ada kemungkinannya. Apa yang kau katakan sudah kuberitahukan pada polisi dan itu bisa menjadi bahan pencarian. Ngomong-ngomong, kau pernah bertemu Stephy secara langsung?”

.

“Tidak pernah. Hanya beberapa kali mendengar nama Stephany tanpa tahu wajahnya. Itu pun dari sahabatku. Sedangkan kalian semua memanggilnya Stephy”

.

“Dia gadis yang baik. Salah satu sahabat terbaikku juga. Sayangnya, saat high school, persahabatan kami mulai renggang karena perbedaan jarak dan sekolah. Aku minta maaf atas apa yang terjadi pada sahabatmu”

.
Jessica mengangguk. “Tidak apa, Yoong. Itu sudah berlalu. Lagipula aku percaya sekarang dia bahagia bersama Tuhan”

.

“Mempunyai sahabat itu menyenangkan, bukan? Berbagi banyak hal meskipun terkadang perselisihan tak bisa dihindarkan”

.

“Ya aku setuju”, Keduanya tersenyum bersama.

.

Saat keheningan menyelimuti suasananya, dari arah pintu terdengar suara bel apartemen berbunyi. Jessica pun berdiri dari sofa dan berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.

.

“Yuri???”

.

Ia mempersilahkan Yuri masuk meskipun raut wajahnya masih terlihat surpise dengan kedatangan namja yang dua hari lalu tak bisa ia hubungi. Sesampai di ruang tamu, Yuri mengernyitkan dahinya melihat Yoong ada disana.

.

Melihat kedatangan Yuri, Yoong pun mengarahkan pandangannya ke arah pintu. Hal itu membuat Yuri menyadari maksud Yoong. “Aku pulang sendiri. Tiffany masih berada di Cali”, jelasnya tanpa Yoong bertanya secara langsung.

.

“Kau dan Tiffany ke Cali?”

.

“Hmmm”, kali ini ia menjawab pertanyaan Jessica lalu duduk di sofa dan berhadapan dengan posisi Yoong.

.

“Kau mau minum sesuatu, Yul?, tawar sang tuan rumah.

.

“Tidak usah Sica, nanti saja”

.

Mengerti dengan ucapan Yuri, Jessica lalu memilih duduk di sebelah namja itu. Tak lama, Yuri kembali bersuara. “Sejak kapan kalian terlihat akrab?”, bingungnya dengan tatapan menyelidik ke arah Yoong dan melirik ke arah Jessica.

.

Suara tawa khas milik Yoong menggema di ruang tamu. “Geez, apa kau sedang cemburu, huh?”, goda sahabatnya itu.

.

“Aish, bukan itu maksudku”, dumel Yuri pada Yoong.

.

.

Drrtt….drtttt….

.

.

“Ah, aku permisi dulu”

.

Yoong pergi menjauh dari ruang tamu untuk menerima panggilan dari ponselnya. Meninggalkan Yuri dan Jessica disana.

.

“Maaf Sica, aku tidak bisa menjawab panggilanmu dua hari kemarin”, Yuri memulai pembicaraannya.

.

“Kau tidak perlu minta maaf Yul. Ini bukan salahmu. Lagipula pasti ada alasan kau melakukan itu”

.

Yuri mendesah pelan seraya menganggukkan kepala. “Tiffany dan Taeyeon bertengkar. Dia tidak ingin kau melihat situasinya karena permasalahan mereka berbeda dari sebelumnya. Aku menyampaikan salamnya untukmu”

.

“Aku mengerti. Lalu bagaimana Tiffany sekarang?”

.

“Hmmm sudah lebih baik. Hanya saja dia masih merasa kecewa”

.

“YUL!!”

.

Suara Yoong mengiterupsi keduanya. Yoong datang masih dengan menggenggam ponselnya. “Polisi menemukan salah satu orang yang diduga menjadi pengedar”

.

Yuri dan Jessica yang mendengar itu langsung refleks berdiri. “Dan….”, Yoong menahan kalimatnya untuk memperhatikan raut wajah Yuri lalu Jessica.

.

.

.

.

“Erick ditahan karena dugaan percobaan pembunuhan”

.

.

.

.

.

.

TBC

————————————————–

Hai ^^ Long time no see, WHY

Sorry gue baru bisa update sekarang. Bagaimana?

Hmmmm gue rasa benang merah udah semakin mulai kelihatan jelas hubungan antar cast disini. Seperti yang gue bilang, kasus kematian Stephy akan membuka semua masa lalu para cast. Secara kode, gue udah kasih tahu banyak hal disini. Ya semoga, gue berharap ada yang bisa membaca kode itu XD

Buat SIDERS, keluar dong kalo berani. Ngomong di kolom komentar. Jangan cuma beraninya email ke gue dan minta pw doang.

Oke deh buat readers gue, See you di LMTS.

Yang mau baper di ff itu, sabar ya hehehehe

.

.

.

by: J418

.

.

*bow*

113 thoughts on “WHY? (15)”

  1. Berhasil bener bikin penasaran n kemal mana pakai bisik2 segala kan reader jd nggak bisa denger 🙄
    Jangan2 cowok yg ngangguin sica ada hubungannya sm kematian stephy??
    Si tae agen rahasia?? Identitas aslinya siapa??
    (Jangan salahkan diriku yg jadi kemal) 😂

    Like

  2. Masalalu yg paling atas kayaknya masalah si cowok ‘pemaksa’ jess deh, soalnya kan di pt. 14 diceritain klo cowok itu nganggep nikah untuk apa kalo dia tetep bisa ngikat jess.

    Ntalah..
    Semakin kesini sifat Tae sama Jess ada kemiripan.

    Sama-sama gak cukup satu.

    Like

  3. yg nusuk amber siapa tuh?pngen tau rahasia apa yg di sembunyikan sica..jgan2 cwok yg sllu di temuin sica itu..

    Like

  4. Aloha…… Gue kembali lg buat komen nih thor…. Wkwkwk…. Udh lama jg gue ngilang, krn kesibukan yg menguras tenaga dan otak yg hrs gue jalanin.. #plakk.. Author: ‘bodo amat -_-

    Hehhehe…. Oke gue langsung aja, hmm… Whatts?? 😱😱. Si tae agen rahasiiaaa??? Terus siapa sebenernya taetae?? Dan sica jg. Siapa cowok yg gangguin sica? Huwaaa…..baca nih ff semakin buat otak gue kriting thor.. 😖😖

    Liked by 1 person

  5. Yg nusuk amber siapa dah? Tampaknya bisnisnya itu yg negative
    Sih sica segala bisik2 kan gua kagak tau itu apaan-_- cepet ge kebongkar
    Lu baca ff ini harus mikir keras, authornya pasti lebih mikir keras wkwkw👍

    Like

Leave a comment