LOVE ME THE SAME, MINI-SERIES

LOVE ME THE SAME (5)

2016101121581859144

Tittle                : LOVE ME THE SAME

Cast                 : Im Yoona

Krystal Jung

Tiffany Hwang

Choi Sooyoung

Jessica Jung

Kwon Yuri

Im Nayeon

Kim Taeyeon

Genre              : Gender Bender, Family, Drama, BitterSweet, Romance

Mini-Series

Copyright © royalfams418.2016. Allright Reserved

This is just my imagination & don’t copy paste without permission

—————————————————————-

.

.

Part 5

.

.

Pesta perayaan ulang tahun perusahaan digelar. Berbagai kalangan pebisnis dan media masa mulai berdatangan ke salah satu gedung pencakar langit di kota Seoul. Tampak sekumpulan tamu undangan membentuk lingkaran kecil di masing-masing spot dan berbicara dengan sesama rekan atau pebisnis lain.

.

Beberapa saat kemudian, tak jauh dari pintu masuk hall, Yoong dan keluarganya keluar dari mobil. Pria itu tetap tampan dengan setelan yang dikenakannya meskipun umurnya sudah memasuki 34 tahun. Disampingnya tentu ada Krystal yang terlihat menawan. Keduanya hadir bersama orangtua Yoong dan dibelakang mereka, terlihat dua gadis cantik dengan balutan model gaun yang sama dengan warna yang berbeda.

.

Para tamu undangan menyambut kedatangan keluarga itu terutama hadirnya Tuan Im selaku mantan Presdir sebelumnya sebelum Yoong menggantikan posisinya. Jabat tangan dan ramah tamah dilakukan oleh keduanya terhadap semua kolega yang hadir.

.

Pesta dimulai dan alunan piano serta suara merdu memenuhi seisi hall tempat berlangsungnya acara. Semua tampak terpesona dengan penampilan seorang gadis yang tengah memainkan piano dan menyanyikan sebuah lagu. Dari sekian banyak yang berkumpul, satu spot ditempati oleh Yoong bersama Krystal dan Nayeon, tak ketinggalan Sooyoung dan Tiffany bersama putra tunggal mereka, Taeyeon.

.

“Kyaaa, Unnie benar-benar sangat cantik. Suaranya dan caranya memainkan piano”, Nayeon tiba-tiba menjadi fans berat kakaknya saat melihat Sooyeon tampil memukau malam ini.

.

Yoong tertawa kecil melihat reaksi putri bungsumu. “Apa Nayeonnya Daddy tertarik beralih jurusan setelah ini?”, goda Yoong tanpa mengetahui perubahan raut wajah istrinya.

.

“Ani. Unnie lebih berbakat. Aku tetap tertarik menjadi dokter”, ucap gadis itu sambil menyengir.

.

Sooyoung dan Taeyeon ikut tertawa mendengarnya. Berbeda dengan Tiffany yang memandang ke arah Krystal. Sebelum masuk ke dalam hall, diam-diam keduanya sudah bertemu dan Krystal menanyakan perihal tentang Sooyeon yang mengikuti audisi di HEX.

.

Selesai memberikan sebuah penampilan, tepuk tangan terdengar seiring Yoong melangkah maju ke atas panggung bersama Krystal, Nayeon, dan kedua orangtua Yoong. Keluarga Im berdiri disana dengan Yoong yang mengucapkan beberapa patah kata pada tamu undangan.

.

Tampak senyum kebahagiaan dan kebanggan dari Yoong saat merangkul putri sulungnya dari sisi kanan. Ini pertama kalinya Yoong memperkenalkan Sooyeon dan tak ketinggalan juga Nayeon. Kedua putrinya memang tidak ada yang tertarik dalam dunia bisnis sehingga jarang menghadiri acara bisnis yang diselenggarakan kecuali itu adalah acara dari perusahaan Daddynya.

.

“Daddy bangga padamu, sayang”, ujar Yoong sembari merangkul Sooyeon dan memberikan kecupan di pipi dan kening gadis itu tanpa peduli bahwa kini banyak tamu yang memandang interaksi keduanya. “Kau akan menjadi musisi orkestra terbaik favorit Daddy”

.

“Terima kasih Dad”, Sooyeon tersenyum, senyum yang mungkin tidak ada siapapun yang mengerti artinya.

.

Tak lama, Nayeon memeluk keduanya. Yoong juga tak lupa mengecup pipi putri bungsunya sembari mengusap kepala Nayeon dengan sayang. Tatapan Yoong bertemu dengan Krystal yang berdiri di hadapannya. Istrinya itu melihat interaksi ketiganya dan ada seutas senyuman di bibirnya.

.

.

.

.

——————————

.

“Huft”

.

Helaan nafas terdengar dari bibir mungil Nayeon. Gadis itu sudah memisahkan diri bersama Sooyeon dan mencari ruang yang kosong untuk mereka.

.

“Apa pesta ini penting? Bahkan aku tidak tahu soal bisnis. Sepanjang acara, pasti mereka membicarakan tentang saham dan lain sebagainya”

.

Sooyeon tergelak sebelum memeluk adiknya. “Kau ini. Berusahalah menikmatinya. Unni juga tidak menyukai hal ini”, dan ucapan Sooyeon membuat Nayeon menyengir.

.

“Itulah alasan kenapa aku sangat mencintai Unni”, Nayeon balas memeluknya.

.

Tak jauh dari mereka, tampak Taeyeon berjalan menghampiri keduanya. Namja itu terlihat simple dengan kemeja baby blue tanpa mengenakan jas. Nayeon melihat namja itu dan tersenyum.

.

“Oppa”, sapanya sembari melambaikan tangan. “Apa Oppa juga melarikan diri dari kumpulan orang dewasa itu?”

.

Taeyeon mengangkat bahunya. “Aku akan bosan jika berada disana. Apa kalian mau minuman?”

.

“Huh? Kau bertingkah seolah kau yang memiliki acara ini”, timpal Sooyeon.

.

Mendapatkan reaksi dari gadis itu, Taeyeon hanya tersenyum tapi senyum menyebalkan dimata Sooyeon. Namja itu terlihat memanggil salah satu pelayan dan meminta tiga minuman tanpa alkohol.

.

Ketiganya tiba-tiba terdiam dan menikmati minuman itu dalam keheningan. Belum ada satu kata lagi yang keluar dari salah satunya. Diantara ketiganya, Sooyeon yang terlarut dalam pemikirannya. Ia memandang ke arah Yoong dan Krystal yang kini tampak berbincang dengan beberapa kolega Yoong. Pasangan itu tak berhenti tersenyum.

.

.

“Malam ini, apa Daddy bisa mendengarmu bermain piano, Sooyeon-ah? Mungkin cukup satu lagu. Daddy ingin mendapatkan hadiah dari putri Daddy yang satu ini”

.

Yoong bertanya pada putrinya saat mereka sedang duduk di ruang tamu menunggu Krystal, Nayeon, dan kedua orangtua Yoong untuk bergabung sebelum pergi ke gedung acara.

.

“Apa harus malam ini, Dad?”

.

“Daddy harap kau mau sayang. Sekaligus mengenalkanmu dan Nayeon pada semua rekan bisnis Daddy yang datang”

.

.

.

Sooyeon meneguk lagi minumannya tanpa sadar bahwa Taeyeon kini sedang menatapnya intens. Sooyeon terlalu larut dalam pikirannya, bahkan sepertinya ia tidak mendengar cerita adiknya yang kini sedang berceloteh.

.

“Iya kan Unnie?”

.

Nayeon menoleh ke arah Unnienya dan membuat Sooyeon sedikit terkejut. “Huh? Apa?”

.

Jawaban Sooyeon membuat Nayeon mempoutkan bibirnya. “Aku sedang cerita pada Taeng Oppa kalo Unnie sangat jago dalam bermain musik dan sebentar lagi Unnie akan menjadi salah satu member orkestra populer di Seoul”, jelas Nayeon sekali lagi sambil menunjukkan senyum bangga terhadap kakaknya.

.

“Oh, ya’, jawabnya singkat tanpa lupa membalas senyumnya pada Nayeon.

.

“Tidak tertarik mencoba di luar?”, tanya Taeyeon.

.

Jessica mengendikkan bahunya. “Entahlah”, jawabnya lagi-lagi dengan singkat. “Bahkan aku tidak memiliki pilihan” lanjutnya dalam hati

.

.

.

.

***

.

.

“Minumlah”

.

Segelas cokelat hangat tersaji di depannya. Raut wajah orang tersebut terlihat lelah dan seorang pria yang duduk disampingnya memandang cemas.

.

“Thanks Oppa”

.

Seohyun mengulum senyumnya sebelum mengambil gelas itu dan meminumnya.

.

“Besok malam pertemuannya. Kuasa hukum sudah mengatur semua yang kau butuhkan. Dan pihaknya juga menyetujui hal ini”, jelas pria itu

.

“Hmmm aku akan datang”

.

“Kau yakin? Maksudku, aku tidak menyangka kau sudah bertemu lebih dulu dengan Yoong. Mungkin ini yang mengganggu pikiranmu. Benar begitu?”

.

“Aku tidak bisa menunggu lama Oppa. Visa kita akan segera habis bulan depan dan harus kembali ke Jepang. Kadang aku sendiri lupa, jika sekarang kewarganegaraanku berubah”

.

Pria tersebut mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Seohyun lembut. Menatapnya dengan tatapan yang Seohyun pahami artinya. “Jangan menyimpan bebanmu seorang diri, hmmm. Ingat, aku adalah asistenmu, sahabatmu, sekaligus suamimu. Aku akan merasa tidak berguna jika melihat wanita yang kucintai bersedih seperti ini”

.

“Oppa”, Seohyun menggeleng pelan. “Aku baik-baik saja dan semua ini berkat dirimu yang selama ini memahamiku. Kau yang terbaik, Oppa” Seohyun membalas genggaman tangan itu dan keduanya akhirnya tersenyum.

.

Pria itu mengangkat tangannya yang bebas untuk mengusap wajah Seohyun yang terlihat lelah. “Kadang aku berharap bahwa pria pertama yang kau temui adalah aku, sehingga kau tidak perlu mengalami hal menyakitkan di masa lalumu”

.

“Benarkah? Tapi jika kau yang pertama, mungkin ceritanya akan berbeda Oppa. Biar bagaimanapun aku bahagia jika kau yang terakhir”

.

Pria itu menghela nafasnya lega dan tertawa kecil. Ia merapatkan tubuhnya dengan Seohyun dan mendekapnya hangat. “Ya, kau benar. Mungkin ceritanya akan berbeda. Bisa saja justru aku yang menyakitimu jika aku yang pertama”, Seohyun mengangguk setuju sembari tersenyum.

.

“Apa kau mau istirahat sekarang? Aku cukup khawatir karena besok kau akan bertemu dengan putrimu, sayang”

.

“Gwenchana. Aku ingin seperti ini dulu. Sudah beberapa hari ini kita tidak punya waktu lebih banyak untuk bersantai”

.

“Baiklah jika itu maumu”, Pria itu mendekap lebih erat pada Seohyun dan memberinya ciuman di kening. “Aku yakin kedua orangtuamu di atas sana pasti senang akhirnya kau akan bertemu putrimu dan juga cucu mereka”

.

“Kuharap begitu. Umma dan Appa bahagia melihatnya”

.

“Pasti sayang. Mereka pasti bahagia untukmu”

.

.

.

.

——————————–

.

“Kau yakin?”

.

Tiffany tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya dengan pengakuan Sooyeon. Gadis itu melihat kesempatan bahwa Tiffany bisa diajak bicara. Ia pun mengajak Ibu dari Taeyeon itu untuk keluar sebentar menuju balkon yang tak jauh dari hall dan berbicara berdua saja.

.

“Pikirkan baik-baik Sooyeon-ah. Bukankah kau sendiri yang bilang ingin melakukannya?”

.

Wajah Sooyeon tampak sedih, tapi ada keputusan yang sudah ia pilih malam ini. “Aku merasa belum bisa menjadi putri yang baik buat Daddy dan Mom. Mungkin mereka akan kecewa jika mengetahui apa yang aku lakukan selama ini. Tapi setidaknya, dengan fokus terhadap orkestra, bisa memberikan kebahagian untuk Daddy dan Mommy. Mereka selalu berkata ingin melihatku tampil di panggung besar dan menikmati permainan musikku”

.

Tiffany terdiam. Haruskah ia mengatakan bahwa Krystal sudah mengetahuinya? Kini Tiffany merasa berada dalam dua kubu yang bersebrangan.

.

“Jadi, kau ingin mengundurkan diri dan menolak tawaran Designer Seo?”

.

Sooyeon mengangguk. Memastikan sekali lagi pada Tiffany bahwa ia sudah membuat pilihan.

.

“Sooyeon-ah”

.

“Ya?”

.

Tiffany menghela nafasnya. Mencoba memikirkan kata-kata yang tepat.

.

“Aunty pikir, aunty sudah membantumu merahasiakan semua ini. Tapi siang tadi, Mommymu datang menemui aunty dan menanyakan apa yang kau lakukan di HEX”

.

Sooyeon membulatkan matanya begitu mendengar ucapan Tiffany. “A—Apa…ja—jawaban aunty?”, tanyanya dengan gugup.

.

“Aunty ingin berbohong, tapi Mommymu benar-benar sudah mengetahuinya. Tapi aunty tidak mengatakan bahwa kau mendapatkan tawaran dari Designer Seo, karena aunty tahu itu masih menjadi pertimbanganmu”

.

Tiffany menunggu reaksi Sooyeon namun gadis itu tiba-tiba diam seribu bahasa.

.

“Sooyeon-ah”, panggil Tiffany khawatir.

.

“Eoh, maaf Aunty”

.

Ia mulai tersadar. Tak berapa lama Sooyeon menganggukkan kepalanya pelan dan mengucapkan terima kasih.

.

“Kurasa keputusanku sudah pasti, Aunty. Sebaiknya aku mundur sebelum Daddy juga mengetahuinya. Aku sudah cukup puas bisa bertemu dengan designer Seo walaupun hanya sebentar saja”

.

Dengan begitu Sooyeon membungkuk pada Tiffany dan permisi kembali ke dalam hall. Tiffany yang menatap kepergian Sooyeon hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Sangat disayangkan. Itu yang ada dipikiran Tiffany saat ini.

.

.

.

.

.

“Unnie, apa tidak bisa besok saja?”, Nayeon melihat Sooyeon turun dari mobil

.

Selesai acara, keluarga Im kembali ke rumah namun dengan mobil berbeda. Yoong dan Krystal bersama kedua orangtua Yoong sedangkan Sooyeon bersama Nayeon di mobil lainnya.

.

“Aku janji tidak akan lama, Nayeon-ah”, ujar Sooyeon meyakinkan adiknya. “Lagian Mom sudah mengenal Yul dan rumah kita dengannya tidak jauh. Katakan saja pada Mom, Unnie ada urusan penting dengan Yul. Okay?”

.

Nayeon tampak tak setuju karena ini sudah cukup malam. Tapi akhirnya ia mengangguk. “Berjanjilah Unnie akan segera pulang”

.

“Iya Unnie janji”, ujarnya lalu menatap ke arah supir. “Ahjussi, tolong menyetir dengan hati-hati”

.

Nayeon mulai melepas tangan kakaknya seiring kacang mobil mulai tertutup sebelum akhirnya mobil it melaju pergi meninggalkan Sooyeon seorang diri.

.

Gadis itu melangkahkan kaki melewati komplek perkampungan yang berada tak jauh dari perumahan elite tempat tinggalnya berada. Hanya butuh waktu lima menit, Sooyeon sudah tiba di depan rumah sederhana milik Yuri.

.

.

.

.

.

***

.

.

Dua pelayan terlihat mengeluarkan koper dari dalam rumah menuju bagasi mobil. Disana terlihat Yoong dan Krystal memeluk kedua orangtua Yoong begitu pula dengan Nayeon. Tapi gadis itu segera masuk ke dalam rumah karena ia belum mengganti pakaiannya.

.

Sekembalinya dari acara, Tuan dan Nyonya Im harus pergi ke Paris untuk urusan bisnis.

.

“Jaga kesehatan Appa dan Umma”, ujar Yoong setelah melepas pelukannya.

.

Tuan Im tersenyum dan mengangguk mengerti. Ia memandang putranya itu dengan intens. “Jangan lupa dengan yang Appa katakan Yoong. Segera urus semua kepemilikan harta Appa untuk Nayeon. Hmm”

.

Yoong mendesah pelan tanpa siapapun menyadarinya. “Ya, Appa”, jawabnya singkat tanpa ingin berdebat.

.

“Lihatlah, sudah jam segini anak itu bukannya pulang malah singgah di rumah temannya dan membiarkan Nayeon pulang sendiri. Dia benar-benar memberi contoh buruk”

.

Tiba-tiba saja Nyonya Im ikut menimbrung. Hati siapa yang tidak sakit jika mendengar kata-kata itu. Dan rasanya, Krystal ingin menangis saat itu juga. Tapi ia tahan, tidak di depan mertuanya. Sedangkan Yoong, mencoba untuk tidak memasukkannya ke dalam hati. Ia pun segera membukakan pintu mobil untuk orangtuanya.

.

“Nanti Appa dan Umma ketinggalan penerbangan”, ucap Yoong mencoba mengalihkan pembicaraan.

.

Kedua orangtuanya pun masuk ke dalam mobil dan memberikan salam sebelum akhirnya mobil itu meninggalkan parkiran rumah.

.

Tanpa mengatakan apapun, Krystal berbalik badan. Tapi Yoong lebih cepat bereaksi dan menahan lengannya.

.

“Krys..”

.

Krystal menggeleng sembari menahan airmatanya yang akan jatuh. “Jangan didengar ucapan Umma tadi, kau tahu kan jika mereka—”

.

Tangan Yoong terhempas. Krystal menatapnya tajam dengan mata yang memerah. “Aku tahu, aku bahkan sangat tahu betapa tidak berartinya Sooyeon dimata kedua orangtuamu. Tapi apa kau tidak bisa melakukan sesuatu agar mereka menerimanya? Dia putrimu Yoong, putrimu!! Dan juga…..putriku”, lirih Krystal di akhir ucapannya.

.

Airmata itu tak bisa ia tahan lagi. Cairan bening itu keluar begitu saja. “Kau tahu apa yang selalu kuharapkan tapi tak bisa terwujud? Berharap kedua orangtuaku masih ada bersamaku dan aku akan memohon pada mereka untuk menyayangi kedua putriku, siapapun itu. Kau terlalu takut melakukannya”

.

“Takut? For god sake. Dia orangtuaku, Krys. Umma yang melahirkanku dan mereka yang membesarkanku. Bagaimana mungkin aku melawan mereka? Dan kau pikir aku tidak sedih mereka memperlakukan Sooyeonku seperti itu, hah!”, Suara Yoong meninggi karena mendengar perkataan istrinya sebelumnya.

.

Tanpa mereka sadari, mereka masih berada di teras rumah. Dan yang lebih parah adalah Nayeon berada di ruang tamu dan mendengar semuanya. Ia hendak keluar menemui orangtuanya, tapi yang ia dapatkan adalah pertengkaran orangtuanya.

.

“Krys, aku…” Yoong ingin meraih tangan Krystal tapi Krystal sudah mundur beberapa langkah.

.

“Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi saat ini Yoong. Aku tidak ingin memperkeruh keadaan. Kuharap kau sudah mempersiapkan diri untuk besok”

.

Krystal tak memberikan Yoong kesempatan bicara dan akhirnya masuk ke dalam rumah begitu saja. Yoong yang masih di teras rumah, hanya bisa meremas rambut dan mengacaknya frustasi. “Ya Tuhan! Aku tidak bermaksud membentaknya” sesal Yoong.

.

Merasakan langkah kaki, Nayeon segera bersembunyi di balik salah satu pilar besar yang ada di ruang tamu. Hingga langkah Krystal menghilang ke dalam kamar utama, Nayeon bersandar disana dan terduduk sambil memegang dadanya.

.

“Apa maksud Mommy dan Daddy?”, lirih Nayeon dan ia mulai menangis dalam diam. “Unnie, cepat pulang. Kumohon”

.

.

.

.

.

——————————

.

Untuk kesekian kalinya namja tanned itu mendesah menatap sahabatnya. Ini sudah tiga batang rokok yang Sooyeon hisap, tapi gadis itu tampak tak ingin berhenti dan larut dalam lamunannya.

.

Keduanya kini berada di taman bermain yang sudah sepi, hanya ada mereka berdua dan mereka bersembunyi dari jangkauan orang yang lewat dari arah jalan perumahan.

.

“Apa kau ingin kita membeku disini, Sooyeon-ah?”, Yuri membuka suaranya menatap sedih pada sahabatnya itu.

.

“Sebentar lagi Yul”, balas Sooyeon datar sambil menghisap rokoknya kembali.

.

“Bahkan sedari tadi kau belum berkata apapun. Apanya yang sebentar? Apa kau mengajakku kesini hanya untuk melihatmu menghisap barang itu?”

.

“Kau tidak suka?”

.

Yuri mendesah lagi. Gadis itu mulai sensitive.

.

“Bukannya aku tidak suka, tapi apa kau tidak khawatir orang rumah menunggumu? Bagaimana dengan Daddymu?”, Yul mengingatkannya.

.

Sooyeon tampak mengerang sebelum akhirnya terbatuk. Melihat hal itu, Yuri segera merampas sisa puntung rokok yang ada di tangan gadis itu dan mematikannya. Yuri lalu memberikan sebotol air minum padanya.

.

“Kau bukan perokok dan jangan mencoba lebih dari satu”

.

Sooyeon tak menanggapi ucapan Yuri. Selesai minum ia duduk disebelah Yuri dan menyandarkan kepalanya ke pundak namja itu.

.

“Kha~~ sepertinya aku akan membuang semua majalah dan buku tentang designer Seo. Kemudian cukup mengingat karyanya dalam benakku saja. Setelah itu kembali berlatih serius dengan beberapa instrumen musik”

.

Yuri mendengarnya tapi ia belum berkomentar.

.
“Kurasa setelah pulang ini, aku akan mendengar ceramah dari kedua orangtuaku. Mungkin Mom saat ini sedang menceritakan apa yang aku lakukan pada Daddy. Dan mungkin juga mereka sudah tahu masalah skorsingku”

.

Yuri melirik ke arah Sooyeon disebelahnya yang sedang menatap ke arah depan. Ia bisa merasakan gadis itu kecewa dengan apa yang terjadi. Tapi sekali lagi, seperti perkataannya, Yuri akan mendukung apapun keputusan Sooyeon

.

“Jadi, kau memutuskan menolak tawaran itu karena hal ini?”

.

Sooyeon menggeleng. “Malam ini, aku melihat untuk pertama kali saat Daddy mengenalkanku dan Nayeon dihadapan semua rekan bisnisnya. Ada kebanggaan dalam tatapan dan suaranya saat mengatakan bahwa aku akan menjadi musisi orkestra yang terbaik dimatanya dan juga Nayeon yang berkeinginan menjadi seorang dokter. Entah kenapa, mata Daddy saat itu seolah memukulku telak dan apa yang kulakukan selama ini ternyata salah. Aku bermain-main dibelakangnya”

.

“Dan pilihanmu sekarang adalah membohongi dirimu sendiri”

.

“Hmmmm. Itu lebih baik, membohongi diri sendiri untuk menyenangkan orang lain terutama Daddy, Mommy, dan Nayeon”

.

.

“Tsk, bukankah sudah kubilang satu lolipop lebih baik dari rokok?”

.

.

Yuri dan Sooyeon sama-sama terkejut mendengar suara seseorang. Keduanya kompak menoleh ke arah belakang dan disana berdiri seorang namja dengan jaket tebal dan topi yang dikenakannya.

.

“Kau?”

.

“Ya ini aku”, Taeyeon membuka topinya dan memandang datar ke arah keduanya.

.

“Kau mendengar pembicaraan kami?”, Sooyeon tampak marah dengan kehadiran Taeyeon yang seenaknya saja.

.

“Aku punya telinga, jadi tentu saja aku mendengarnya”

.

Taeyeon terlihat santai menjawab tanpa peduli tatapan marah Sooyeon padanya. Di sisi lain, Yuri menjadi kesal karena ucapan namja tengil yang menjadi murid baru di kelasnya ini.

.

“Ayo pulang”

.

Tiba-tiba Taeyeon berjalan mendekat dan menarik tangan Sooyeon agar berjalan bersamanya.

.

“Apa yang sedang kau coba lakukan?”, Yuri terpancing dengan sikap Taeyeon sedang Sooyeon berusaha melepaskan genggaman tangan Taeyeon darinya namun namja itu ternyata cukup kuat.

.

“Jika aku jadi kau, aku tidak akan membuat dia pulang larut malam” ujarnya datar.

.

“Ini bukan urusanmu, Taeyeon. Lepaskan!”

.

Jessica hendak melepaskan tangan Taeyeon dan Yuri mencoba untuk memukul namja itu. Tapi tanpa mereka sadari, ternyata ada tiga pria yang datang bersama Taeyeon. Dua orang memegang Yuri dan menjauhinya dari Sooyeon maupun Taeyeon. Sedangkan satu orang membantu Taeyeon membawa Sooyeon agar mau ikut bersamanya ke dalam mobil.

.

“YA!!”, Yuri berteriak dan berusaha melepaskan diri tapi dua orang dewasa mampu mencegahnya. Ia akhirnya pasrah saat dua orang itu membawanya jalan ke arah pulang dan melihat Sooyeon yang dibawa masuk ke dalam mobil.

.

.

.

.

.

***

.

.

“Berhenti memikirkan dirimu sendiri”

.

Taeyeon membentak gadis yang bersamanya di dalam mobil. Sooyeon yang hendak turun dari mobil dalam kondisi mobil sedang melaju, membuat Taeyeon hilang kesabaran.

.

“Apa dengan kau merokok itu membuat pikiranmu tenang, huh? Kau bahkan tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan orangtuamu”, ucapan Taeyeon semakin menggebu dan wajahnya merah karena marah.

.

Tanpa ada yang tahu, bukan hanya Nayeon saja tapi dari luar teras rumah, Taeyeon mendengar pertengkaran Yoongkrys dan juga pembicaraan mereka. Namja itu berniat ke rumah keluarga Im untuk mengembalikan sapu tangan Nayeon yang tadi ia pinjam saat pesta. Tapi lagi-lagi Taeyeon berada dalam waktu yang tidak tepat dan harus menjadi saksi atas kejadian yang tidak seharusnya ia ketahui.

.

“A—apa maksudmu?”

.

Sooyeon terbata. Ia sangat terkejut dengan ucapan Taeyeon. Namja itu mengerang dan meremas rambutnya. Taeyeon menjadi bingung, tidak seharusnya ia berada dalam posisi seperti ini.

.

“YA! Katakan padaku, apa maksudmu?”

.

Sooyeon kesal karena Taeyeon seenaknya saja tak menghiraukan dirinya dan justru memandang ke arah jendela mobil dalam diam. Namja itu memejamkan matanya, berusaha mengatur emosi yang kini sedang bercampur aduk menguasainya.

.

“Pulanglah, dan kau bisa melihatnya sendiri”, ucap Taeyeon akhirnya pada Sooyeon.

.

Setiba di depan rumah Taeyeon, Sooyeon segera turun tanpa mengucapkan apapun pada namja itu dan berlari masuk ke dalam rumahnya. Saat membuka pintu rumah dan masuk ke dalam, yang ia dapatkan hanya keheningan.

.

Langkahnya tiba-tiba menjadi berat. Ia melangkah semakin pelan hingga akhirnya ia mendapati satu sosok ada di ruang tengah. Ternyata itu Yoong yang tampak duduk diam namun tangannya memegang gelas dan Sooyeon bisa melihat dua botol minuman beralkohol ada di depan meja.

.

“What the hell?”

.

“Dad, aku pulang”, ia bersuara dengan pelan namun memastikan Yoong mendengarnya.

.

Tatapan Yoong beralih dan melihat kedatangan putrinya lalu menyunggingkan senyum sejenak. Ia mendekat ke arah Sooyeon setelah meletakkan gelas yang dipegangnya. Meskipun tidak terlalu menyengat, tapi gadis itu bisa merasakan bau alkohol dari tubuh Daddynya.

.

“Daddy menunggumu. Sekarang naiklah ke kamar, semuanya sudah tidur”

.

“Maaf Dad, aku sedikit terlambat”

.

Yoong hanya tersenyum lalu memeluk putrinya sejenak. “Naiklah sayang, good night”, ujarnya sembari mengusap pipi Sooyeon.

.

Sooyeon pun menuruti perkataan Daddynya. Ia naik ke lantai 2 dan masuk ke kamarnya. Namun tatapannya terkejut ketika mendapati adiknya tengah tidur diatas ranjangnya dengan posisi menggulung memeluk kedua lututnya tanpa tertutup selimut.

.

Suara serak terdengar saat ia hendak menyelimuti tubuh Nayeon. Mata gadis itu terbuka pelan terlihat merah. “Unnie”, panggilnya pelan.

.

Sooyeon memberikan senyumnya. Ia lalu bergerak ke arah lemari dan mengganti pakaiannya sebelum pergi ke kamar mandi. Tak lama ia keluar dan melihat Nayeon masih pada posisi sama dan matanya belum terpejam.

.

“Hey”, Sooyeon memanggil adiknya dengan ceria sebelum ikut bergabung di sisinya.

.

Nayeon menyunggingkan senyumnya sebelum memeluk Jessica. Tapi detik selanjutnya, gadis itu mengendurkan pelukannya dan mendongak ke atas melihat wajah Sooyeon dengan bingung. “Bukankah Unni ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan sikat gigi? Kenapa sekarang memakan mint?”, tanyanya bingung setelah menghirup aroma mint dari nafas Sooyeon.

.

Sooyeon terdiam. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia baru saja menghabiskan hampir 3 batang rokok.

.

“Hmmm, Unnie hanya ingin memakannya. Sekarang tidurlah”, ujarnya sambil memeluk adiknya.

.

Nayeon mengangguk dalam pelukan itu.

.

“Unnie”

.

“Hmmm?”

.

“Mommy dan Daddy bertengkar setelah grandpa dan grandma pulang”, Nayeon mulai menceritakan apa yang dia dengar dan itu membuat Sooyeon mengepalkan tangan yang berada di belakang punggung adiknya.

.

Sekeras mungkin ia mencoba menahan airmatanya. Bohong jika ia tidak peduli dengan sikap grandpa dan grandma yang tampak tidak menyukai kehadirannya. Tapi selama ini Sooyeon hanya diam dan mencoba menutupi keingintahuannya tanpa mencoba mencari tahu. Pada akhirnya ia terbiasa dengan sikap kedua orangtua Daddynya itu.

.

“Sssh, tidurlah. Hmmm. Mungkin Mom dan Daddy hanya terlibat pertengkaran kecil. Itu hal yang wajar, sama seperti jika Unnie dan Nayeon berkelahi kecil memperebutkan sesuatu”

.

“Benarkah? Tapi Daddy membentak Mom, sedangkan Unnie tidak pernah melakukannya ketika kita bertengkar”

.

Pertanyaan polos Nayeon membuat Sooyeon semakin mendekap adiknya. Sooyeon juga tidak mengerti dengan pertengkaran kedua orangtuanya, dan Nayeon, adiknya masih kecil untuk memahami hal itu.

.

“Unnie juga tidak yakin, tapi Unnie percaya bahwa besok semuanya akan baik-baik saja. Sekarang ayo tidur, Unnie sudah mengantuk”

.

“Good night, Unnie. I love you”

.

“Love you too”

.

.

.

.

—————————–

.

Taeyeon menghela nafasnya kasar sembari membuka pintu rumah. Keadaan sepi sudah biasa ia hadapi di rumah ini. Namja itu memilih langsung ke kamar dan membaringkan tubuhnya disana. Ia tiba-tiba teringat dengan pembicaraan Yoong dan Krystal ditambah ingatannya tentang makan malam sebelumnya dengan keluarga Im.

.

Awalnya dia iri dengan Im bersaudara karena merasakan memiliki grandpa dan juga grandma. Sedangkan ia hanya memiliki grandpa dari pihak Tiffany. Sama seperti kedua orangtuanya, Tuan Hwang juga sibuk dengan bisnisnya meskipun umurnya sudah beranjak tua. Tapi mengingat perkataan mereka tentang Sooyeon membuat Taeyeon tidak lagi tertarik dengan ide itu.

.

“Aish”, ia mengacak rambutnya frustasi lalu mendesah. “Kenapa aku jadi mengingatnya? Dan wajahnya…..” Taeyeon terdiam sejenak. “Cantik. Tapi terlalu banyak luka tersirat disana”

.

Taeyeon benci mengakuinya, tapi mengetahui tentang Sooyeon dan sedikit mengenal gadis itu membuatnya tak berhenti memikirkannya. Merasa tidak bisa tidur, Taeyeon turun dari tempat tidurnya dan menuju kamar utama kedua orangtuanya.

.

Ia mengetuk pelan sebelum membuka pintu itu perlahan. Kepalanya menyembul dan ia mendapati kedua orangtuanya tidak ada di tempat tidur. Tatapannya beralih dan akhirnya ia menemukan Daddy dan Mommynya berada di meja kerja masing-masing yang ada di dalam kamar ini.

.

Sooyoung dan Tiffany tampak sibuk dengan laptop ataupun lembaran kertas yang ada di tangan mereka. Helaan nafas terdengar lagi dari Taeyeon. Ia menyesal memiliki pikiran untuk datang kemari.

.

Namja imut itu akhirnya menutup pintu kamar perlahan tanpa menimbulkan suara. Ia pun memilih ke dapur dan membuat segelas susu hangat lalu kembali ke kamar. Taeyeon memandang sejenak ke arah jam dinding yang sekarang menunjukkan pukul 1 pagi.

.

“Shit”, umpatan keluar darinya. “Apa orang dewasa begitu gila dengan pekerjaan mereka tanpa berniat tidur? Sedangkan aku ingin tidur tapi tidak bisa”, ia mendengus kesal.

.

Taeyeon menyeruput moccacinonya dan beralih ke balkon kamar. Ia hendak duduk namun menyadari satu siluet yang berada di cukup jauh dari balkonnya.

.

“Apa yang dia lakukan di atas atap?”, batin Taeyeon saat menyadari bahwa siluet itu adalah Sooyeon, tetangganya dan rumah mereka persis bersebelahan. Namun karena rumah masing-masing sangat besar, jadi jarak balkon dan tempat Sooyeon berada memang cukup jauh.

.

Taeyeon tidak jadi duduk. Ia memilih bersandar di pinggir balkon dan entah kenapa tatapannya tak lepas dari siluet itu.

.

.

.

Brukk.

.

“Sorry”, ucap seorang namja yang tak sengaja menabrak pengunjung lain di salah satu pusat perbelanjaan LA.

.

Bukannya bersikap baik, tapi namja berwajah bule justru memaki-makinya dan beberapa temannya mengejeknya dengan sebutan yang tidak seharusnya.

.

Ia mendorong keras tubuh namja yang lebih besar darinya itu.

.

“Whats wrong with you? I say sorry”, kesalnya dengan nada marah.

.

“Dude, lets go. He is just asian, not in our level”

.

Salah satu temannya bersuara dan sekumpulan namja itu pergi meninggalkannya. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Sejujurnya ia ingin menangis. Walaupun lahir dan besar di Amerika, tak bisa dipungkiri bahwa ia memiliki wajah asia karena Ayahnya seorang Korea.

.

Sejak kejadian itu, ia terbiasa seorang diri dan menjadi cuek dengan perasaan orang lain. Bahkan dirinya menikmati home schooling ketimbang harus bertemu banyak orang baru di public school.

.

Dia cuek dan tak peduli, tapi dibalik semua itu hanya untuk menutupi luka yang coba ia tutupi rapat-rapat tanpa siapapun tahu bahkan kedua orangtuanya. Taeyeon tak pernah menyesal lahir dari seorang Korea dan Amerika, tapi kenyataan tak sejalan dengan harapannya. Diskriminasi masih terjadi di Amerika, meskipun tak semua orang Amerika melakukannya tapi tetap saja terjadi.

.

.

.

.

Saat tengah melamun, tiba-tiba Taeyeon merasakan panas di punggung tangannya. Ia tidak sengaja menumpahkan sedikit moccacino miliknya. Teriakan Taeyeon, cukup keras dan ternyata Sooyeon mendengarnya.

.

Merasa tertangkap memandangi gadis itu, Taeyeon hanya menggaruk tengkuknya dan melambaikan tangan kepada Sooyeon. Mencoba bersikap biasa dan menyengir sebelum akhirnya ia masuk ke dalam kamar.

.

“Stupid”, batinnya pada diri sendiri.

.

.

.

.

.

TBC

————————————-

Akhirnya bisa update yang ini. Hehehe.

Ada yang ngelap airmata? Kalo ada berarti harus siapin banyak tisu untuk part selanjutnya. Disana masa lalu akan terkuak dan apa yang terjadi sebenarnya

See you~~ Happy holiday

Annyeong!

.

.

by: J418

.

*bow*

125 thoughts on “LOVE ME THE SAME (5)”

  1. Jahat bgt ya ortunya yoong, padahal kan sooyeon cucu mereka juga 😥
    Wahhh taeyeon mulai naruh perasaan nih sama sooyeon kayanya 😂😂

    Like

  2. huhhhh..mangkel bnget aq sama grandpa n grandma..kasian sooyeon..
    selalu di salahkan dlam hal apapun..yoong juga gk mau belain sooyeon..
    😡😡

    Like

  3. Yg ini jeje hehehe belum ya aku udah cek hahah,,

    Liat scen sica ama nayeon berasa liat jungsis uhh bahagianya liat sodara kaya mreka,,
    Tae ciee die diem perhatian uhukkk

    Liked by 1 person

  4. ya ampun taeyeon, pasti ngerasa kesepian ya di rumah, walau soofany ada tapi serasa mereka tak ada,😭😭

    Like

  5. Pas ortunya yoong ngomongin tentang harta buat nayeon dan nyindir2 sooyeon disitu gue udh nyesek dan ngeliat yoongkrys berantem disitu puncaknya nangis , gak kuat ih kesian sooyeon 😭

    Like

  6. Bikin kesel aja tuh ortu yoong ,, sica juga anaknya yoong tau ,,, makin rame nich masalah satu persatu muncul ,,, taey lu jgn cinta ama sica ,, sica cuma punya yul

    Like

Leave a comment