SERIES, WHY?

WHY? (10)

1471669406314

Tittle                : WHY?

Cast                 : Kim Taeyeon

Kwon Yuri

Tiffany Hwang

Jessica Jung

Im Yoong

Seo Juhyun

And the others

Genre              : Gender Bender, Drama, Romance, Mature, BitterSweet

Credit Pic by K.Rihyo

 

Series

Copyright © royalfams418.2016. Allright Reserved

This is just my imagination & don’t copy paste without permission

——————————————————————–

.

.

Part 10

.

.

Lonceng pintu kafe berbunyi ketika seseorang masuk ke dalam. Beberapa pegawai yang sedang bersiap-siap pun menoleh dan memberikan salam pada orang tersebut. Tak lama, seorang namja muncul dari ruangannya yang berada di sudut kafe dan mendekat.

.

“Anda datang berkunjung, bos”, kekeh namja bernama Kai yang merupakan manajer disini.

.

Orang itu tertawa dan menepuk pundak Kai dengan pelan. “Dasar kau ini”, balasnya dan Kai menyengir.

.

Ia memperhatikan sekeliling kafe. Meskipun tidak terlalu luas, tapi ia cukup puas dengan kafe yang baru didirikannya dalam dua minggu ini. “Bagaimana antusias pengunjung dalam dua minggu, Kai?”, tanyanya

.

“Cukup positif. Meskipun belum sangat ramai. Tapi aku yakin dengan promosi yang menarik, pengunjung bisa datang kesini dan menikmati layanan dari kafe kita dengan baik”

.

Wajahnya tersenyum sembari menganggukkan kepala dan senang mendengar progres yang diceritakan Kai.

.

“Ah, dan satu lagi. Besok kafe ini sudah dibooking untuk sebuah pesta. Bukankah ini tanda yang baik untuk permulaan?”

.

“Woah, benarkah? Kerja bagus, kawan”

.

Keduanya melakukan high five sebelum akhirnya sama-sama berhenti tertawa. Orang itu kembali sibuk memperhatikan setiap detail kafenya. Itu memang sifatnya, dia tidak pernah berhenti untuk memikirkan ide.

.

“Ngomong-ngomong bagaimana soal permintaanku sebelumnya? Kau sudah mendapatkan informasi tentang Erick disini?”

.

Kai mengangguk. Ia masuk ke ruangannya lalu keluar lagi dan membawakan beberapa lembar kertas dan foto. Orang itu menerima dan langsung membacanya sembari Kai menjelaskan.

.

“Erick murid baru di Liivtt. Dia populer disana bukan karena dia melakukan sesuatu untuk Liivtt, tapi karena sebagian siswi Liivtt adalah penggemar NES. Kudengar ada seorang gadis yang digosipkan dengannya tapi tidak beredar di kalangan media. Cukup seantero Liivtt dan itu tersebar di SNS khusus kalangan mereka. Seperti yang sudah kukirimkan padamu sebelumnya”

.

“Dari mana kau mendapatkan info ini?”

.

“Salah temanku dan kebetulan dia memiliki teman di Liivtt”

.

“Ah jadi begitu”, responnya. “Lalu, apa Erick dan gadis itu berpacaran?”

.

“Tidak. Kenyataannya adalah Erick sudah memiliki seorang kekasih. Tapi hubungan mereka memang tersembunyi dari publik. Erick mencintainya dan dia tidak ingin kekasihnya terlibat dengan media”

.

“Wow this is new. Erick sebelumnya bukan orang seperti ini”

.

“Kurasa ini karena kejadian buruk yang pernah dia alami. Jadi, dia tidak ingin kejadian yang sama terulang. Makanya dia menutup diri dari hal-hal yang bersifat pribadi. Lagipula gadis itu sedang dekat dengan seorang namja yang juga murid Liivtt”

.

“Maksudmu, Erick dan gadis itu hanya berteman?”

.

Kai mengangguk mengiyakan. “Kesimpulanku seperti itu. Tapi…”, Kai tersenyum misterius dan membuat orang itu menatapnya tak sabaran. “Ada sesuatu menarik diantara Erick dan kedua orang ini. Ketiganya adalah murid Liivtt”, Kai menunjukkan sebuah foto Erick bersama seorang gadis dan satu foto lagi, seorang namja dan dua orang gadis”

.

Damn it!!

.

Orang itu menatap tak percaya dengan informasi yang didapatkannya. Kai melihat bosnya dengan cengiran menyebalkan karena senang bisa berhasil memberikan apa yang diinginkan orang itu darinya.

.

Tak lama, senyum mengembang dari orang itu. Dia memberikan high five sekali lagi pada Kai lalu berpamitan pergi.

.

“Kerja bagus Kai. Berikan aku kabar selanjutnya”, jelasnya lalu pergi menuju pintu keluar.

.

“No problem. Semoga harimu menyenangkan”

.

.

.

.

.

—————————–

.

Sepulang sekolah, Yuri langsung menuju mobilnya dan saat itu juga ponselnya berdering. Namja tanned itu menghirup nafas dan membuangnya kasar sebelum menerima telpon tersebut. Wajahnya tampak serius dan pembicaraan itu sedikit lebih lama dari yang diperkirakannya.

.

“Mom merindukanmu, sayang”

.

“Aku tahu dan aku juga merindukanmu Mom. Tapi ini masih sulit untukku dan aku belum bisa. Daddy cukup membantuku meskipun rasanya sulit namun aku akan melakukannya”

.

Ada helaan nafas dari seberang telpon. Yuri cukup tahu bahwa kini ia baru saja membuat ibunya sedih.

.

“Apa sekolahmu berjalan lancar?”

.

“Ya, cukup lancar. Ide kembali ke asrama dan sekolah, cukup membuatku melupakannya perlahan. Meskipun terkadang aku memimpikan hal itu”

.

“Sayang—”

.

“Mom, please. Don’t. Aku tahu apa yang ingin Mom katakan”

.

Tokk…tokk….

.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu mobil Yuri. Namja itu menoleh dan mendapati Jessica yang tersenyum menyapanya. Yuri membuka pintu dari dalam dan Jessica pun masuk. Namja itu tak lupa memberikan kecupan di pipi Jessica.

.

“Mom, aku akan menghubungimu lagi hmmm. Sampai nanti, i miss you too”

.

Tanpa menunggu jawaban ibunya, Yuri mematikan telpon. Ia lalu menyapa Jessica dan posisi duduknya sedikit ke samping sembari menghadap Jessica.

.

“Hi Yul. Your Mom?”, tanya Jessica karena mendengar kalimat terakhir dari Yuri sebelum menutup telponnya.

.

“Ya. Bertanya mengenai sekolahku dan juga kabar putra tampan satu-satunya ini”, kekeh Yuri dengan ucapannya sendiri.

.

“Dork. Full of yourself”, Jessica memutar bola matanya sembari tertawa kecil.

.

Yuri hanya menyengir menanggapi balasan Jessica. Tak lama, ia memperhatikan wajah Jessica sebelum ia menyadari sesuatu. Gadis itu mengikat rambutnya dengan model ponytail dan itu membuatnya berbeda. Terutama pada bagian leher putihnya yang terekspos.

.

“Ada apa?”, Jessica menatap heran Yuri saat namja itu mengerutkan hidungnya. Kebiasaan Yuri saat tidak menyukai sesuatu.

.

“Ugh, bisakah kau mengurai rambutmu saja? Aku tidak suka semua mata akan melihatmu seperti ini”

.

Yuri benci mengakuinya tapi Jessica terlihat sangat cantik dan sexy dalam waktu bersamaan dengan model rambut seperti itu. Pernyataan Yuri justru membuat Jessica menatap dengan tatapan menyelidik.

.

“Semua mata atau…..”, Jessica berhenti sejenak. “Atau matamu saja yang tidak bisa berhenti melihatnya dan mulai memikirkan sesuatu yang lain, huh?”

.

Yuri meremas rambutnya dan mendesah. “Jadi ini caramu untuk membuatku kalah?”, tanyanya dan dibalas Jessica dengan mengangkat bahunya cuek.

.

“Aku suka kemenangan”

.

Yuri berdecak sebelum akhirnya tertawa kecil. “Percayalah Sica, saat aku menciummu dengan benar dan tepat, aku tidak akan melepaskanmu meskipun kau memohon untuk berhenti”. Setelah berkata seperti itu Yuri menyengir lalu kembali tertawa tanpa menyadari perubahan wajah Jessica.

.

“Sica…”

.

Sebuah tangan menyentuhnya dan membuat Jessica tersadar dari lamunan sesaatnya. Yuri memandang dengan khawatir.

.

“Are you okay?”

.

Jessica mengangguk. Kini ia tersenyum tipis sebelum sebuah kalimat keluar dari mulutnya.

.

“Can you kiss me right now?”

.

Yuri terdiam sebelum ia mencari jawaban dari mata gadis itu. Tatapan Jessica sangat effortless, biasa namun penuh makna. Yuri tidak tahu apa yang terjadi pada gadis itu, tapi ia tak berpikir untuk menolaknya.

.

Yuri mendekatkan wajahnya dan tatapannya tetap melihat Jessica. Mungkin saja Jessica akan berubah pikiran. Tapi bukan itu yang Yuri dapat, ia justru menyadari ada yang berbeda. Namun sekali lagi, egonya melupakan itu dan pada akhirnya Yuri menciumnya dengan lembut. Tak ada perang lidah ataupun ciuman agresif. Kedua bibir mereka hanya saling bersentuhan dan Yuri menekannya sedikit namun tetap dengan kelembutan.

.

.

.

.

.

***

.

.

Dahinya mengkerut begitu ia mendapati ruang tamu rumahnya tampak kosong. Tak ada tanda-tanda keberadaan seorang pun. Ia lalu melanjutkan langkahnya ke dalam sembari membawa kopernya masuk dan memanggil orang rumah. Tapi tetap tak ada jawaban apapun.

.

“Apa semuanya masih belum pulang?”, herannya.

.

Ia mengangkat bahunya dan berjalan menuju kamar. Tujuannya hanya satu, membaringkan tubuhnya di tempat tidur karena ia cukup lelah dengan perjalanannya tadi. Belum saja sampai di depan pintu, tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan kasar dan keluarlah sosok gadis dengan tergesa-gesa hingga tubuh keduanya saling bersentuhan.

.

“Steph? Apa yang kau lakukan?”

.

Ia membantu gadis itu berdiri. Namun tangan Stephy menepisnya. Walau hanya sebentar, ia merasakan tangan Stephy berkeringat dan dingin. Merasa aneh, ia pun berusaha memegang gadis itu tapi Stephy justru mendorongnya dan membuat tubuhnya tersungkur ke lantai dan koper yang dibawanya ikut terjatuh.

.

“YA! STEPHY. Kau mau kemana?”, teriaknya begitu melihat Stephy langsung menuruni anak tangga dan pergi tanpa mempedulikannya.

.

“Ada apa dengannya? Semakin kesini dia semakin menyebalkan”

.

.

.

.

.

3 days later…

.

“APA???”, Seorang wanita paruh baya terduduk dilantai dengan tangisannya yang pecah. Sedangkan pria di sebelahnya segera jongkok untuk membantu agar wanita itu berdiri.

.

Perkataan polisi barusan membuat dunia mereka seakan runtuh dalam hitungan detik. Tubuh yang terbujur kaku dihadapan mereka mengalami overdose obat-obatan sedangkan beberapa namja di sekitar mereka merintih kesakitan karena luka pukul.

.

Bukan hanya wanita dan pria itu saja yang hancur mendengar berita ini. Seorang gadis terdiam dengan airmata yang terus mengalir. Tak mempercayai apa yang sudah terjadi padanya dan keluarganya.

.

“Stephy….why? WHY?????”

.

.

.

.

.

——————————

.

“Sudah mau pergi?”

.

Namja itu mengangguk seraya mengancingkan kemejanya. “Mungkin besok aku tidak bisa menemuimu. Tapi lusa, aku janji kita akan pergi menikmati kota Atlanta”

.

Sera mengangguk mengerti. Ia memberikan senyumnya sebelum membantu Lexy memakai dasinya. Lexy memperhatikan gadis itu dan cukup bersyukur bahwa Sera mau mengerti tentang kesibukannya.

.

“Katakan pada temanmu, tidak perlu datang menemaniku. Aku baik-baik saja Lex, dan mungkin aku hanya akan berdiam diri dan menikmati suasana di sekitar hotel”

.

“Kau yakin?”, Lexy menatap sangsi.

.

“Seratus persen yakin. Sekarang pergilah. Sebelum ponselmu kembali berdering”

.

Lexy mengangguk. Ia mengambil tas kerjanya yang harus dibawanya. Sera menunggu sembari melihat gerak gerik Lexy. Selesai dengan barang bawaannya, Lexy kembali pada Sera.

.

“Ngomong-ngomong, bagaimana dengan permintaanku? Kau mau kan kita memeriksakan kakimu lagi? Mumpung kau ada disini, aku ingin menemani pengobatanmu. Mungkin alat medis di Atlanta jauh lebih baik”

.

Lexy menghela nafasnya begitu tak mendapatkan jawaban.

.

“Aku ingin kau tak menyerah. Meskipun sulit untuk berjalan normal tapi setidaknya kau bisa berjalan tanpa tongkat, Sera-ya”

.

Sera mengambil satu tangan Lexy dan menggenggamnya. “Kita bicarakan nanti saja, hmmm. Aku janji. Sekarang pergilah sebelum kau telat.”

.

“Hmm baiklah. Aku pergi dulu. Nanti aku akan menghubungimu”

.

.

.

.

.

——————————-

.

“Maaf ya Oppa”, gadis itu menoleh ke arah namja yang sedang menyetir dengan tenang.

.

“Untuk?”

.

“Membuatmu mengantarkanku ke kafe tempat aku bekerja”

.

Yoong terkekeh. “Oh my god, Hyuni. Aku yang menawarimu untuk pulang bersama. Jadi itu tidak masalah”

.

“Tapi kau tetap mengantarku ke kafe. Kurasa itu sedikit bermasalah”

.

Yoong menggelengkan kepala seraya mengulum senyumnya. “Setelah ini, aku akan menjemput Rose. Dia sedang mengurus berkas kepindahannya. Kupikir ini bukan masalah sama sekali. Aku mengantarmu dan menjemputmu Rose. Thats it”

.

Seohyun menyerah. Ia akhirnya mengangguk. “Thank you, Oppa”

.

Yoong tersenyum sekali lagi. “Jadi….”, Yoong mencoba mencari topik lain. “Kau hanya bekerja dua hari saja?”

.

“Hmm. Seperti yang kukatakan sebelumnya setiap weekend. Hari ini aku mengambil pekerjaan dari sore hingga malam dan besoknya, aku melakukannya seharian”

.

“Terdengar menyenangkan”

.

Seohyun langsung menanggapi. “Menyenangkan?”

.

“Ya. Kupikir itu menyenangkan. Aku penasaran bagaimana rasanya. Sejak kecil aku tidak perlu susah payah untuk memikirkan uang ataupun bekerja”

.

“Jangan Oppa, kau tidak perlu melakukannya”, Seohyun tergelak dengan penjelasan Yoong. “Cukup syukuri apapun yang kau miliki sekarang. Jika kau tidak perlu bersusah payah memikirkan uang, kau bisa memikirkan yang lain yang lebih berguna”

.

“Apa itu akan membuatku dapat mendefinisikan bahagia? Atau ‘terpaksa’ nyaman karena kebutuhan?”

.

“Tergantung bagaimana kau membuat hatimu merasakan kebahagiaan itu”

.

“Lalu bagaimana dengan cinta? Apa cinta membuatmu bahagia?”

.

Seohyun terdiam dengan pertanyaan itu. Yoong menyadari perubahan wajahnya yang memerah. Jika Tiffany bukan penganut yang percaya akan happily ever after, maka Yoong adalah kebalikannya.

.

Jangan salah. Yoong memang menganggap love is bullshit. Tapi ia menerapkannya pada dirinya yang masih muda dan bebas. Ia gampang berpindah dari satu wanita ke wanita lain hanya untuk kesenangan sementara. Jauh dari itu, ia percaya tentang sebuah pernikahan yang tulus lalu bahagia setelahnya. Tapi membuktikan itu, bukanlah sesuatu yang mudah..

.

Yoong melihat Seohyun menggelengkan kepalanya, jawaban dari pertanyaannya. “Aku belum memikirkan itu”, dan jawaban Seohyun membuat Yoong tersenyum kecil.

.

“Kau tahu Hyuni? Aku sudah melihat dua orang menjadi gila karena mereka mencintai seseorang. Apa mereka yakin bahwa itu cinta sejati atau tidak, mereka sendiri tidak tahu. Bukankah lebih baik tidak terlalu memberi banyak hati sebelum tersakiti?”

.

“Bukankah itu sebuah pilihan yang mereka buat?”, Seohyun balik bertanya.

.

“Hmm, ya kau benar”, Yoong mengangguk setuju.

.

Tiba-tiba saja Yoong menepikan mobilnya di pinggir jalan dengan hati-hati. Yoong mengubah posisinya menghadap ke samping, ke arah Seohyun yang membuat gadis itu bingung menangkap maksudnya.

.

“Lalu apa yang akan kau lakukan jika kukatakan bahwa aku bukan tipikal orang yang memberi cinta seutuhnya, karena aku lebih mempercayai proses ketimbang mengatakan cinta dengan mudahnya tapi hanya untuk sesaat?”

.

“A—apa maksud….Oppa?”, Seohyun terkejut mendengar ucapan Yoong. Ditambah tatapan namja itu yang kini menatapnya serius.

.

“Aku membuat taruhan untuk menjadikanmu salah satu wanitaku. Tapi melihat Yuri melakukan sesuatu untuk Jessica ataupun Taeyeon untuk Tiffany, membuatku ingin mencari jawaban seperti apa rasanya berjuang untuk menemukan seseorang yang kau cintai dan yang nantinya akan mencintaimu”

.

“Oppa—”

.

“Apa kau mau mencobanya? Membantuku menemukan jawaban itu”

.

.

.

.

.

***

.

.

Desas desus di Liivtt tetap menyeruak. Erick telah kembali dari tournya dan berita itu masih beredar karena tidak ada satupun dari mereka yang tertarik untuk meluruskannya. Beruntunglah pemberitaan Erick tak sampai ke media massa. Mungkin karena managemen bisa menghandlenya.

.

Meskipun begitu, beberapa siswa/i masih membicarakan hubungan antara dirinya, Jessica, dan Yuri. Tentu Erick tidak menyukai kejadian ini, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan di Liivtt selain membiarkan semuanya tetap seperti itu.

.

Di sisi lain, seseorang tengah membuka SNS dan memperhatikan pemberitaan yang telah terjadi akhir-akhir ini. Sejujurnya ia berusaha untuk tetap tenang tapi entah ada perasaan yang ia takutkan. Dan tiba-tiba sebuah suara membuatnya mengalihkan pandangan.

.

“Apa terjadi sesuatu, sayang?”, ujar Taeyeon yang sedari tadi mengamati Tiffany melamun menatap ponselnya.

.

“Aku hanya penasaran apa yang ada dipikiran Erick setelah isu ini beredar”

.

Taeyeon meletakkan barang yang sedang dipegangnya. Ia mendekati Tiffany yang sedang duduk di sofa. “Nothing change”, jelas Taeyeon. “Tapi siapa yang sangka kita bertemu lagi dengannya”

.

Helaan nafas terdengar dari Tiffany. Keduanya kemudian mengalihkan perhatian mereka ke arah sekeliling, dimana ruangan ini cukup berantakan karena ulah keduanya.

.

“Apa Yuri menunjukkan gelagat aneh?”

.

“Maksudmu?”

.

Tiffany mengendikkan bahu. “Entahlah, aku merasa cukup tidak nyaman dengan situasi sekarang. Hmmm mungkin semacam sesuatu yang tidak bisa kita hindari”

.

“Jangan berpikir seperti itu. Berikan dia waktu. Lagian Sica terlihat baik-baik saja dan mencoba tidak terpengaruh dengan isu-isu tentang Yuri ataupun tentang dirinya dan Erick”

.

“Huft, semoga yang kupikirkan tidak terjadi”, jelasnya.

.

Taeyeon menarik Tiffany agar tubuh keduanya berdekatan. Gadis itu menyandarkan kepalanya di dada Taeyeon.

.

“Kau hanya sensitive, Phany-ah. Lagipula sama seperti yang kita lakukan. Kau memilih untuk tidak menceritakan apapun tentang Jessica padaku atau Yuri sekalipun karena kau menghargai Sica sebagai sahabatmu. Dan kita tidak memberitahu pada Jessica tentang Yuri maupun Erick”

.

Tiffany mengangguk dan akhirnya ia pun mengalungkan kedua lengannya di tubuh Taeyeon. Mereka berpelukan dengan Tiffany membenamkan wajahnya di dada bidang Taeyeon. Ia mencoba menyingkirkan dugaan-dugaan dalam benaknya.

.

“Aku berharap tidak ada rahasia besar apapun diantara kita, Tae”, suara itu lirih tapi telinga Taeyeon mendengarnya.

.

Namja itu tidak menjawab apapun dan hanya mengeratkan pelukannya pada Tiffany.

.

“Sepertinya kita istirahat sejenak sebelum membereskan kekacauan yang terjadi di ruangan ini”

.

“Hmmm, aku setuju. Kha~~ Tapi seandainya Yoong ada disini untuk membantu”

.

Taeyeon terkekeh kali ini. “Dia sedang sibuk dengan teman wanitanya. Kudengar gadis itu akan pindah dari Liivtt. Kau mengenalnya? Aku bahkan tidak pernah melihatnya. Terlalu banyak teman-teman wanita Yoong”, ujar Taeyeon

.

“Kau ini”, Tiffany tertawa. “Dia teman Yuri juga, tapi dari kelas musik tahun ketiga. Mungkin kau tidak pernah melihatnya karena dia sama sekali tak tertarik mengambil kelas olahraga. Everything is music for her”

.

Taeyeon menanggapi dengan anggukan kepala. “How about you?’, sambung Taeyeon.

.

“Me? What?”, Tiffany melonggarkan pelukan mereka dan mendongakkan kepalanya melihat wajah Taeyeon.

.

“For me, everything is you”

.

Tiffany akhirnya mengerti maksud Taeyeon. Ia memutar bola matanya dan berdecak begitu mendengar ucapan Taeyeon. Namja itu tertawa puas begitu berhasil menggoda kekasihnya.

.

“Shit”

.

.

.

.

——————————

.

Rose berdiri dari kursi dan tersenyum melihat Yoong mendekat ke arahnya dari lobby gedung. “Apa kau sudah lama menunggu?”, tanya Yoong begitu sampai disana.

.

Gadis itu mengangguk. “Seharusnya aku belum bertemu dengan orangnya. Tapi tiba-tiba dia menghubungiku dan begitu aku sampai disini, dia langsung memberikan lembar pengesahan dan beberapa dokumen lainnya”

.

“Jadi, sudah selesai dari tadi?”, sesal Yoong.

.

“Eoh. Dan kali ini lebih cepat. Dia begitu baik, membantuku menyelesaikan dokumen ini secepatnya. Padahal dia baru bekerja belum terlalu lama”, komentar Rose.

.

“Mungkin dia sudah profesional”

.

Rose mengiyakan dan setuju. “Sepertinya begitu”

.

Yoong menatap dokumen-dokumen itu sebelum akhirnya menatap Rose. Ia pun lalu mengajak Rose pergi dari sana dan menuju mobil. Sepanjang perjalanan, Rose menceritakan tentang gadis yang pernah ditabraknya dan juga pria yang membantunya mengurus dokumen di kedutaan.

.

“Jadi gadis yang memakai satu tongkat itu kenal dengan pria yang membantumu ini? Siapa namanya? Lex—?”

.

“Namanya Lexy”, Yoong mengangguk mengerti.

.

“Aku tidak tahu hubungan mereka, tapi suatu hari tidak sengaja bertemu dengan mereka di hotel yang berada beberapa blok dari kantor kedutaan. Dia terlihat masih muda dan……”

.

“Tampan”

.

“YA!”, Rose terdengar kesal karena Yoong menggodanya. “Aku ingin mengatakan bahwa dia terlihat muda dan cerdas. Ish, kau ini”

.

Hahahahaha.

.

“Benarkah? Kupikir kau sudah jatuh cinta lagi dengan namja yang lebih baik dari Yuri”

.

“Jangan membahasnya”, sanggah Rose. Ia sedang berusaha melupakan namja itu terlebih ia akan pindah ke Korea dan memulai karirnya disana.

.

“Setidaknya perbaiki hubungan kalian sebelum kau pergi, Rose. Aku tidak masalah jika setelah ini kau membencinya agar perasaanmu bisa melupakannya. Tapi setidaknya hubungan pertemanan diantara aku, kau, dan Yuri masih terjaga meski dalam konteks yang berbeda. Kita tahu Yuri tidak sebrengsek apa yang dibicarakan satu Liivtt”

.

Rose tergelak dan kembali tertawa. “He is stupid…..dan mungkin belum memahami caranya bercinta yang benar dan menggairahkan”

.

Ucapan Rose membuat Yoong tertawa keras. “Mungkin alasan Yul membiarkan gosip tentang kebrengsekannya menyebar seantero Liivtt agar terlihat keren. Popularitasnya menanjak tinggi karena isu itu dan jika satu Liivtt tahu bahwa dia tidak brengsek, mungkin wanita-wanita yang memujanya beralih memujaku”

.

“ISH”, Rose memukul pundak Yoong yang kembali tertawa lagi. Namun namja itu tetap fokus menyetir.

.

Perkataan Yoong ada benarnya. Saat ini, dalam fase perkembangan remaja menuju dewasa, sesuatu yang buruk dari sudut pandang moral terkadang justru lebih menggairahkan dan terlihat keren. Dan mungkin itulah yang terjadi padanya dan Yuri.

.

.

.

.

.

***

.

.

Yuri mendengus kesal begitu keluar dari mobil dan melihat beberapa buku lagi yang dibeli oleh Jessica. Gadis itu, di lain sisi hanya tertawa melihat penderitaan Yuri. Tanpa berniat membantu Yuri, Jessica lebih dulu masuk ke apartemen sedangkan namja itu masih sibuk menurunkan kardus belanjaan.

.

“Jadi ini rasanya dekat dengan gadis baik-baik dan kutu buku?”, dumel Yuri sembari terkekeh dengan ucapannya.

.

Selesai menurunkan semua belanjaan, ia pun segera masuk ke dalam apartemen. Dengan satu tangannya, Yuri mencoba membuka ganggang pintu meskipun sedikit kesulitan.

.

.

.

Ceklek..

.

.

.

.

.

.

“Sica, tolong bantu—”.

.

.

.

.

TADAAAAAAAAAAA!!

.

.

.

Sebuah teriakan muncul dari dalam apartemen. Keributan itu disertai bunyi terompet dan conveti yang berterbangan. Perkataan Yuri sebelumnya terhenti ketika tiga suara mengejutkannya.

.

Ruang tamu apartemen Jessica dan Tiffany kini berubah menjadi tempat pesta kecil-kecilan. Keduanya bersama Taeyeon sudah memakai topi kerucut di kepala masing-masing. Salah satu dari mereka memegang kue dengan lilin angka 18.

.

“Happy birthday Yul”, suara Taeyeon membuka kehebohan yang sedang terjadi diikuti Tiffany maupun Jessica.

.

Jessica berjalan mendekat dan menarik tangan Yuri agar berdiri di depan Tiffany yang sedang memegang kue. Ketiganya sedang menyanyikan lagu ulang tahun untuk Yuri. Namja itu masih terdiam dan tak percaya. Sesungguhnya ia tidak ingat bahwa hari ini tepatnya pukul 12.01 malam, dia sudah berganti usia.

.

“Make a wish sebelum meniup lilinnya, Yul. Setelah itu kau potong kuenya”, ujar Jessica.

.

Yuri tersenyum pada gadis itu lalu beralih ke kue yang ada di tangan Tiffany. Tiffany tak mengatakan apapun, hanya mengangguk pertanda Yuri melakukan apa yang Jessica katakan.

.

“Ayo brother, pesta menunggumu”, timpal Taeyeon.

.

Dengan begitu, Yuri memejamkan mata dan membuat permohonan sebelum membuka matanya lalu meniup lilin itu. Senyum kebahagiaan tampak nyata dari wajah Yuri, namun tak bisa dipungkiri ia merasa sedikit canggung dengan perayaan ini setelah ulang tahun ke tujuh belasnya tahun lalu.

.

“Thank You”, hanya kata-kata itu yang bisa Yuri ucapkan untuk mewakili apa yang ada dibenaknya.

.

Pesta kecil-kecilan itu berlanjut di dalam apartemen Jessica dan Tiffany. Keempatnya duduk di ruang tamu sembari menikmati makanan dan minuman yang sudah disiapkan oleh Taeyeon dan Tiffany. Begitu pula dekorasi ruangan yang sebagian besar berwarna merah karena hari ulang tahun Yuri tak jauh dari christmas.

.

Bel apartemen berbunyi. Taeyeon yang bergerak untuk membukakan pintu. Ternyata itu Yoong. Namja itu menyengir sedangkan Taeyeon mendengus. “Kau telat, player”, sindirnya.

.

“Haahaha, sorry brother. Jalanan macet. Lebih dari 70 persen masyarakat Atlanta pergi keluar rumah merayakan weekend”, ujar Yoong sambil berjalan masuk dan langsung menghampiri Yuri yang menyambutnya. Kedua saling berbagi pelukan persahabatan.

.

.

.

.

——————————

.

Selesai pesta, kini tersisa Yoong dan Taeyeon di ruang tengah. Mereka sedang menyaksikan pertandingan sepakbola yang disiarkan langsung. Tiffany baru saja masuk ke dalam kamar karena dia sudah mengantuk dan kelelahan membuat kejutan untuk Yuri bersama dengan Taeyeon. Sedangkan yang berulang tahun sedang berada di kamar Jessica dan membantu gadis itu untuk menyusun buku yang tadi dibeli Jessica.

.

“Ngomong-ngomong, kapan finalmu?”

.

“5 hari lagi. Di turner field”

.
“Ah”, Yoong mengerti. “Itu alasannya lapangan baseball selalu ramai setiap sore”

.

“Yeah. Tim sedang bersemangat”, timpal Taeyeon. “Yoong”, Taeyeon memanggilnya lagi dan melihat situasi lalu menoleh ke arah Yoong yang sedang menunggunya bicara.

.

“Apa kau memberitahu pelaku yang menyebarkan rumor buruk tentang kebrengsekan Yuri?”, bisik Taeyeon dengan suara pelan.

.

“Huh? Kenapa kau jadi membahas ini?”, bingungnya.

.

“Entahlah, Tiffany sedang gelisah akhir-akhir ini. Dia merasa ada yang tidak beres, tapi kukatakan padanya untuk tidak terlalu memikirkannya”

.

Yoong terkekeh. “Tanpa kukasih tahu, Yuri sudah tahu siapa pelakunya dan dia tidak akan mempermasalahkan rumor itu. Mungkin Tiffany sedang mempertimbangkan untuk berbaikan dengan Yuri namun gengsinya masih menahan itu dan Yuri terlalu menerima perlakuan yang diberikan oleh Tiffany”

.

“Lalu soal isu tentang Yuri, Jessica, dan Erick?”

.

“Jika kau berpikir pelakunya kekasihmu, kali ini bukan dan lagi-lagi Yuri sudah tahu. Mereka hanya beberapa siswi Liivtt yang merasa kesal dengan eksistensi Jessica sebagai “nobody” di Liivtt tapi justru dekat dengan Erick dan Yuri. Mereka terlalu menggilai dua pria brengsek ini”, kekeh Yoong lagi.

.

“TaeTae, kemarilah sebentar. Bantu aku memindahkan kardus ini”

.

Suara panggilan Tiffany dari dalam kamar, membuat keduanya menghentikan percakapan mereka. Taeyeon permisi sebentar untuk mendatangi kekasihnya. Sedangkan Yoong menunggu Taeyeon kembali sembari melanjutkan menonton pertandingan sepakbola yang tengah berlangsung.

.

Drrttt…..drtttt…..

.

Saat hendak mengambil air minum di atas meja, Yoong tak sengaja melihat ponsel Taeyeon yang bergetar tak jauh darinya. Ia tidak menyentuh ponsel itu tapi tanpa sadar ia membaca pesan teks yang ada di layar ponsel Taeyeon yang menyala. Wajah Yoong tiba-tiba berubah begitu menyelesaikan kalimat yang dibacanya.

.

.

.

.

.

.

“Khaaa~~~”

.

Yuri menghela nafasnya lega dan ikut bergabung di atas kasur bersama Jessica begitu selesai menyusun buku-buku yang sudah dibeli gadis itu.

.

Keduanya berbaring dan menatap langit-langit kamar sembari satu tangan Yuri menjadi bantalan Jessica.

.

“Kau sangat menyukai bintang?”, tanya Yuri melihat tempelan bintang yang ada di langit-langit kamar Jessica yang menyala ketika malam tiba.

.

“Tidak juga. Aku hanya menempelnya agar saat tidur, kamar ini tidak terlalu gelap. Aku selalu mematikan lampu utama”

.

“Alasanmu, cukup menarik”, Yuri terkekeh. Dengan pelan, ia menggeser posisi menghadap Jessica. “Thank you, Sica. Aku tidak menyangka kau menjadi salah satu yang ada di hari yang hampir aku lupakan ini”

.

“Tiffany memberitahuku beberapa hari lalu dan dia bersama Taeyeon yang menyiapka semua ini. Seharusnya, terima kasihmu untuk mereka. Aku hanya mengalihkan perhatianmu dan membuatmu membawa buku-buku itu selama acara belanja kita tadi”

.

“Aku tidak keberatan melakukannya untukmu”, Yuri menanggapinya dengan senyuman.

.

“Kau terdengar seperti menyerah”

.

“Benarkah? Hahaha, apa kau ingin aku menyerah sekarang?”

.

Jessica menggeleng. “Jangan…Jangan lakukan itu. Aku tidak ingin membuatmu melakukan kesalahan dengan memilihku tanpa kau yakin bahwa itu benar-benar yang kau inginkan”

.

“Tapi sepertinya aku menginginkanmu”, Yuri mengambil tangan Jessica dan meletakkannya di dada bidangnya. “See? Dia berdetak berirama dan menggila”

.

Perkataan Yuri membuat Jessica tersenyum diiringi tawanya yang renyah. Tangan Jessica kini berpindah ke wajah Yuri. Menyusuri setiap inchi wajahnya dan mengabsen satu persatu mulai dari alis, mata, hidung, pipi, bibir, hingga rahang Yuri.

.

“Apa ini salah satu dari ‘kebrengsekanmu’ yang dikatakan orang-orang?”, tanyanya saat menyentuh rahang Yuri dan salah satu bagiannya ada bekas luka yang tak akan hilang.

.

“Percayalah Sica. Kau tidak akan tertarik mendengarnya. Sama seperti kau tidak tertarik dengan berapa banyak wanita yang telah menyentuh bibirku”

.

“Lalu bagaimana nantinya kau akan membuat ciuman kita spesial? The real kiss”

.

Yuri mengerang. Saat Jessica mengatakan itu, suaranya terdengar sexy dan menyebabkan tubuhnya sedikit bereaksi. “Oh shit”, erang Yuri. “Jangan bertanya apapun lagi Sica. Kau membuatku hampir melepas pengendalian diriku”

.

“Benarkah?”, Jessica menggodanya.

.

“Ketika saatnya tiba, aku akan membuatmu merasakan semuanya. The real our kiss, love, and the night”, Yuri berucap yakin.

.

“Dan…”, Yuri menahan kalimatnya. Kedua matanya bertemu dengan pandanga Jessica yang juga tengah menatapnya.

.

.

.

“Dan saat itu, aku tak akan melepasmu”

.

.

.

.

.

.

.

TBC

————————————–

HAI

Jeje is here~~

Cara gue mengakhiri satu chapter gak akan berubah. Selalu disaat klimaks dan gue jamin lo bakal nyesal kalo ngelewatin 1 chapter aja. Hahahahhaha. Sorry, can’t help. I like this way ^^

Ada yang menyadari konflik mulai muncul? Yang pengen tahu beberapa fakta yang akan diungkap, bersabarlah menunggu next part yang akan DIPROTECT. #muehehehetawajahat

See yall.
Annyeong!

.

.

by: J418

.

*bow*

147 thoughts on “WHY? (10)”

  1. “Semoga tidak ada rahasia besar diantara kita tae” nahloh taengoo, aslinya mah taeyeon lagi nyimpen rahasia besar yg sangat misterius. Kayanya pesan yg dibaca yoong ada hubungannya sama rahasia taeng. Tanda2 badai mulai menuju ke taeny ini mahh
    Stephy meninggal gegara ovedosis, tp penyebab dia terlalu banyak makan obat apaa. Apa dia punya masalah dan ada hubungannya sama yuri??

    Like

  2. yulsic ,, TTM an ato Pacaran . wkwkwk . so sweet bgt . taeng ,, loe bikin penasaran banget ,, sebenarnya apa yg dirahasian sih ,, nyesek banget tuh pasti taeng ,, saat fanny bilang , “smoga tidak ada rahasia diantara kita” . trus ,, phany meninggal gara2 overdosis ,, trus dua orang yg babak beluk itu ,, mungkin jga , yul lah yg memukulnya ? wahhh ,, mau lanjut baca lagi …

    Like

  3. Wohohoo part ini mengobati luka gue hehe 😀 senangnya yoonhyun, yulsic, sama taeny udah pada dekat dekat cieee walau gue justru penasaran jawaban hyunnie apa ya ? :/ terus yoong baca apa di ponselnya taeyeon ?

    Like

  4. Kata2 yg keren dan bkin gue melayang sekaligus down karna tbc nongol😂😂😢
    “Dan aku tidak akan melepaskanmu” ahaayyy itu baru daddy gueee😙😙

    Nah loh yoong mau jadian sma hyuni dan mau menemukan jati diri dan arti cintaa huaaa awal yg baikkk…

    Dan kyaknya konflik bkal mulai berdatangan….

    Like

      1. Lu mah selalu bkin gue shock dex… hahaha tpi gpp itu seru dan menyenangkan.. krn itu udh jdi ciri khas lu… asal yulsic gue ga di bkin pisah ajaaa sma lu dex.. hahahahahahahahaha

        Like

  5. sica makin kesini suka banget godain yuri mulu..ada maksud nih kyakx..jangan2 pengen di makan sama yuri..wkwkwkwkwk

    Like

  6. Sampai di part ini ajah benang kusut belom juga kejawab… Huuhuuhu..
    Dikit dikit paham… Dikit dikit ga paham… Ahahaha btw udh rivew kesua kali nya nih.. Masih penasaran dulu masa lalu nya yull.. Sthepy… Fanny.. Tae… Dan yoong gmn?? Masa lalu nya jess juga masih jd tanda ty di part ini. Huft lanjot terus kk..

    Like

  7. Sica udah mulai suka godain yul ya, awas lo ntar yul khilaf hahahhaha
    Kayaknya yoong mulai tau rahasia taeng nih

    Like

  8. Tae bner2 lagi nyimpen rahasia nih,, misterius banget sh tae, kayanya sms yang yoong baca ada hubungannya sama rahasia yg tae sembunyiin..
    Taeny bakal ada badai

    Like

  9. Sica uda mulai nakal ya, dan kenapa steppy bisa meninggal…..? Kira kira sms apa ya yang dibaca Yoong di hp taeyeon

    Like

  10. Sih tae banyak bett rahasia-__- kasian fany nya:(
    Semoga aja kedepannya konflik makin dikit wkwk tapi tampaknya q salah

    Like

Leave a comment