LOVE ME THE SAME, MINI-SERIES

LOVE ME THE SAME (3)

2016101121581859144

Tittle                : LOVE ME THE SAME

Cast                 : Im Yoona

Krystal Jung

Tiffany Hwang

Choi Sooyoung

Jessica Jung

Kwon Yuri

Im Nayeon

Kim Taeyeon

Genre              : Gender Bender, Family, Drama, BitterSweet, Romance

Mini-Series

Copyright © royalfams418.2016. Allright Reserved

This is just my imagination & don’t copy paste without permission

—————————————————————-

.

.

Part 3

.

.

“Kau baru pulang Yoong”

.

Krystal turun dari tempat tidurnya dan melihat ke arah jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan suaminya baru saja datang tanpa memberikan kabar sedikitpun hari ini. Yoong yang melihat tatapan Krystal, balas menatap dengan pandangan bersalah.

.

“Maaf sayang, urusan di kantor benar-benar sangat padat”, sesal Yoong.

.

“Sampai tidak sempat mengabariku? Apa sekretarismu juga sibuk?”

.

Yoong mengerti jika istrinya terlihat kecewa. “Aku lupa sayang, urusan itu benar-benar menyitaku. Semua harus selesai sebelum acara anniversary perusahaan. Kau tahu kan, Appa dan Umma akan datang sehari sebelum acara. Aku ingin mempunyai waktu bersama dengan keluarga kita dan orangtua hmmm”

.

Dengan lembut Yoong memeluk istrinya dan mendekap Krystal penuh kehangatan. Setelah Krystal mengerti, ia pun melepaskan pelukannya. Seperti biasa, Krystal akan membantunya melepaskan jas dan kemeja lalu menyiapkan air hangat.

.

Selama Yoong berada di dalam kamar mandi, Krystal berdebat dengan pikirannya. Tatapannya tak lepas dari amplop yang dipegangnya. Ia mendapatkannya sore ini saat bersantai di teras rumah.

.

Mendengar suara air berhenti. Krystal dengan cepat menyembunyikan kertas itu dengan terburu-buru. Ia tersenyum begitu melihat Yoong keluar dari kamar mandi dan mendekat ke arah suaminya sembari memberikan pakaian ganti Yoong.

.

“Kau sudah makan?”

.

“Hmmm. Sebelum pulang, aku singgah di restoran bersama beberapa karyawan yang ikut lembur”

.

Krystal menganggukkan kepalanya dan tersenyum lega. Yoong tak lupa merangkul istrinya saat berjalan menuju tempat tidur. Keduanya mengobrol tentang perkembangan Sooyeon dan Nayeon terlebih Yoong yang ingin mengetahuinya karena waktunya bersama kedua putrinya tidak sesering Krystal.

.

“Kau membeli dress untuk mereka?”, Yoong terdengar senang. “Aku yakin putri-putriku akan terlihat sangat cantik”, Krystal setuju dengan pernyataan suaminya.

.

“Khaa~~ ini sudah malam. Aku ingin tidur dan memelukmu sepanjang malam ini”, lanjut Yoong lagi dan membuat Krystal mencubit pinggangnya.

.

“Kau terdengar seperti anak muda. Ingat umur, Yoong”

.

“Hahahhahah, i know sayang. Tapi aku tidak bisa menahan perasaanku yang jatuh cinta kepadamu setiap harinya”

.

Krystal terkekeh mendengar jawaban gombal dari pria kurus itu.

.

“Dasar, tukang gombal”

.

.

.

.

——————————

.

Cuaca yang mendung menyambut suasana seoul pagi ini. Udara pun sedikit lebih dingin dari pagi biasanya. Terdengar rintihan dari kamar putri bungsunya. Krystal yang cepat tanggap, segera berlari kecil menuju kamar sang putri. Ternyata disana ada Sooyeon yang sudah rapi mengenakan pakaian sekolahnya.

.

“Kenapa sayang?”, tanya Krystal dengan wajah khawatir.

.

“Nayeon mengeluh sakit di bagian perutnya”

.

Krystal menoleh sejenak ke arah Sooyeon sebelum beralih ke Nayeon dan mengusap bagian perutnya dengan lembut. “Mom akan panggil dokter. Hari ini beristirahatlah di rumah”, jelas Krystal pada putri bungsunya.

.

Sambil menunggu dokter pribadi keluarga Im datang, Krystal memberikan pertolongan pertama. Tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan muncullah Yoong yang sudah siap dengan pakaian kerjanya.

.

Yoong mendekat ke arah ranjang dan memeluk putri bungsunya. “Apa dia baik-baik saja?”, tanya Yoong pada istrinya.

.

“Sepertinya masa pubertas. Mungkin ini sudah saatnya Nayeon mengalami tamu bulanan”

.

Yoong tampak bingung namun detik selanjutnya ia membulatkan mulutnya tanda mengerti. Karena Sooyeon harus pergi ke sekolah, Yoong pun turun dan sarapan bersama dengan putri sulungnya itu sedangkan Krystal sibuk mengurus Nayeon.

.

“Akhir-akhir ini kau sibuk, sayang. Apa tugas sekolah sangat banyak?”

.

Sooyeon menghentikan suapannya dan menoleh ke arah Daddynya sebelum mengangguk dan kembali menikmati sarapan.

.

“Bagaimana dengan latihan Orchestra? Apa berjalan lancar?”

.

Lagi-lagi Sooyeon mengangguk. Ia tampak sibuk dengan makanannya, tapi Yoong sangat tahu bahwa putrinya itu sedang menghindarinya. Tentu saja Sooyeon masih belum melupakan kejadian sebelumnya di rumah keluarga Choi.

.

Yoong menghela nafasnya pelan. Ia pun memilih berpindah kursi dan duduk di sebelah Sooyeon. Lalu mengangkat satu tangannya dan mengusap rambut Sooyeon. “Apa kau masih belum memaafkan Daddy, hmmm? Kalo begitu Daddy minta maaf”, ujarnya dengan tatapan tulus.

.

Sooyeon selalu benci situasi seperti ini. Ia bukan tipikal gadis yang gampang menangis. Tapi setiap berhubungan dengan keluarganya, ada bagian kecil dalam dirinya yang merasakan perasaan secara emosional. Tanpa berkata apapun, ia menitikkan airmatanya dan Yoong langsung mendekap putrinya cukup erat.

.

“Maafkan Daddy yang tak mengerti perasaanmu, hmmm. Kau dan Nayeon adalah harta Daddy yang paling berharga”

.

Sooyeon mengangguk pelan dan menghapus airmatanya. Keduanya berbagi pelukan. Tanpa Ayah dan Anak itu sadar, Krystal melihatnya dari lantai atas. Ia hendak turun mengambilkan sarapan untuk putri bungsunya tapi justru mendapat pemandangan seperti itu.

.

Krystal menutup matanya sejenak dan membukanya kembali sembari memegang dadanya. Bibirnya mengulum senyum tapi ada sebersit luka di hatinya. Semoga semuanya tetap baik-baik saja.

.

.

.

.

.

***

.

.

Tepat 10 menit sebelum bel sekolah berbunyi, audi yang dikendarai Tiffany tiba tak jauh dari gerbang sekolah. Ia turun mengikuti Taeyeon. Tapi mata namja itu langsung terlihat memohon kepada Tiffany.

.

“Tidak Mom, tidak untuk saat ini”, Taeyeon sedikit kesal dengan Tiffany yang hendak memeluknya sebelum pergi. Hal yang biasa dilakukan Tiffany, tapi situasi kali ini berbeda. Taeyeon bukan lagi siswa homeschooling melainkan berada di public school.

.

“Why TaeTae?”

.

“Pokoknya tidak”, Taeyeon menghentakkan kakinya kesal lalu dengan cepat berpamitan dengan Tiffany sebelum akhirnya melarikan diri masuk ke dalam gerbang Hanlim.

.

Tiffany yang melihat kelakuan putranya hanya terkekeh namun dalam hati ia merasakan sedikit kesedihan. Menyadari bahwa TaeTae nya kini bukan lagi jagoan kecilnya melainkan jagoannya yang sudah beranjak remaja.

.

Begitu masuk ke dalam sekolah, Taeyeon tidak langsung menuju kelas. Ia pergi ke perpustakaan dan meminjam beberapa komik yang memang disediakan untuk siswa-siswi setiap mengisi waktu luangnya. Setidaknya ada bagian dari Hanlim yang Taeyeon sukai untuk saat ini.

.

Saat keluar dari perpustakaan, ia mendengar suara dari area arah koridor yang terletak tak jauh dari ruang seni lukis. Karena penasaran, Taeyeon pun mendekat dengan pelan. Tak lama, ia melihat sosok gadis dengan seragam Hanlimnya tengah terbatuk. Setelah cukup tenang, gadis itu mengeluarkan sesuatu dari saku blazernya.

.

Lagi-lagi Taeyeon harus menyaksikan kejadian itu. Ia menghela nafasnya pelan lalu memilih berbalik badan dan mulai menjauh dari sana tanpa menimbulkan kecurigaan. Belum sempat ia merasa lega, tatapannya tak sengaja melihat seseorang yang dikenalnya baru saja memasuki sekolah. Tapi karena ia tak ambil pusing, Taeyeon pun segera menuju ke arah kelasnya.

.

.

.

.

——————————–

.

“Terima kasih, Nyonya sudah bersedia datang”, ujar pria paruh baya yang menyambutnya. “Hmm apa Tuan Im tidak bisa ikut?”, tanyanya sopan.

.

“Dia sedang memiliki banyak urusan di perusahaan. Apa anda keberatan jika hanya saya saja yang datang?”

.

“Tidak masalah Nyonya. Tapi saya rasa akan lebih baik jika kedua orangtua yang datang”

.

Krystal mengulum senyumnya dan memahami maksud kepala sekolah yang berada dihadapannya ini. “Saya akan menyampaikannya kepada suami saya. Berbicara mengenai putriku, apa yang terjadi padanya?”

.

Mendengar Krystal yang langsung to the point, kepsek itu pun segera mengambil beberapa berkas yang tersusun rapi dalam sebuah map dan memberikannya pada Krystal sebelum dia menjelaskan tujuannya ingin bertemu dengan kedua orangtua Sooyeon.

.

“Sudah satu bulan ini Sooyeon sering izin setelah jam istirahat pertama. Tidak ada masalah dengan nilai pelajarannya. Dia tetap mendapatkan nilai baik seperti biasa. Hanya semakin kesini, saya ingin mengetahui alasannya”

.

Penjelasan kepsek tentu membuat Krystal terkejut dengan kenyataan ini. Selama ini Sooyeon bersikap seperti biasanya dan tidak menimbulkan kecurigaan apapun. Ia pun segera membaca berkas yang diberikan kepsek. Disana tertulis berbagai macam alasan yang dibuat Sooyeon ketika melakukan izin meninggalkan kelas.

.

“Saya minta maaf sebelumnya”, sesal Krystal. “Bisakah anda memberi saya waktu? Saya ingin mencari tahu apa yang membuat putriku melakukan itu”

.

“Sure. Anda bisa melakukannya. Tapi saya mohon maaf. Komite disiplin sudah memutuskan skorsing untuk Sooyeon selama dua minggu terhitung lusa. Mereka sudah memberikan surat peringatan tiga kali sebelumnya tapi anda ataupun Tuan Im tidak kunjung datang”

.

“Apa?” Krystal menutup mulutnya tak percaya. “Tiga kali? Bahkan saya tidak menerima satupun surat peringatan itu”

.

“Itulah mengapa saya langsung mengirimkannya ke rumah anda melalui salah satu petugas. Karena saya juga berpikir demikian, Sooyeon tidak memberikan surat itu”

.

Krystal tertegun mendengarnya. Entah kenapa, seolah dunia kini menyalahkan dirinya atas ketidaktahuannya selama ini. Ia selalu memperhatikan kedua putrinya dengan baik tapi ternyata semua belum cukup untuk menjadi orangtua yang baik.

.

Merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Krystal pun pamit dari ruangan itu dan menuju mobilnya. Ahjussi Jang menyapanya dan membukakan pintu dengan sebuah senyuman tanpa tahu bahwa hati Krystal kini sedang berduka.

.

“Jangan jalan dulu Ahjussi. Kita akan menunggu disini hingga jam istirahat pertama berakhir”

.

Ahjussi Jang mengerutkan keningnya begitu mendengar perintah Krystal. Tapi melihat raut wajah Krystal dari spion tengah akhirnya membuat Ahjussi Jang menganggukkan kepalanya.

.

.

.

.

—————————–

.

“Arrrgghhh”

.

Yuri meremas rambutnya kesal setelah melihat kertas yang Sooyeon tunjukkan padanya. Rasa bersalah memenuhi perasaan Yuri. Tapi Sooyeon yang berada disampingnya hanya tersenyum biasa.

.

“Kau sudah membantuku dengan baik, Yul. Kau tidak perlu khawatir. Aku masih tetap bisa pergi ke sekolah meskipun dua minggu ini aku mungkin akan menunggu di suatu tempat. Sehingga kedua orangtuaku tidak tahu soal ini”

.

“Tapi Sooyeon-ah, aku sudah membuat alasan yang tepat. Kenapa mereka mempersalahkan tentangmu dan tidak denganku juga?”

.

Sooyeon terkekeh. “Karena kau murid beasiswa yang teladan dan juga ketua kelas. Mana mungkin mereka mencurigaimu? Sudahlah Yul, aku baik-baik saja. Ini kan sudah resikonya”

.

Yuri mendengus. Ia tak percaya Sooyeon dengan mudah mengatakan itu. Jelas-jelas gadis ini mendapatkan masalah.

.

“Kau tahu Yul?”, Sooyeon memandangnya penuh arti. Yuri menggeleng pelan.

.

Senyum gadis itu mengembang sebelum ia mengatakannya pada Yuri. Kabar itu sontak membuat Yuri tersenyum dan memeluk Sooyeon dengan bahagia. “Benarkah? Aku senang untukmu, Sooyeon-ah.”

.

“Setelah istirahat, mau kan kau menemaniku?”

.

“What? Kau sudah mendapatkan surat skorsing”, Yuri mengingatkannya.

.

“Sudah tidak berguna lagi Yul. Bukankah aku akan tetap diskorsing?”, jawab Sooyeon tenang. “Jadi, kau mau menemaniku atau aku pergi sendiri?”

.

Yuri berdiri dan membenarkan seragamnnya. “Tunggu disini, aku akan mengambil tasku”, ucapan Yuri membuat Sooyeon tersenyum senang.

.

Setelah Yuri mengambil tasnya mereka pergi dari sekolah melalui tempat seperti biasanya. Keduanya segera menyetop taksi dan pergi meninggalkan lingkungan sekolah. Tidak membutuhkan waktu lama, taksi itu berhenti di sebuah supermarket yang berada di jantung kota Seoul.

.

“Aku masuk dulu”

.

Yuri mengangguk dan membiarkan Sooyeon masuk seorang diri. Tak lama berselang, gadis itu sudah keluar dengan pakaian casualnya. Mengganti seragam Hanlim yang dikenakannya tadi. Sedangkan Yuri sudah melepas seragam bagian atasnya dan kini hanya mengenakan kaos putih dengan gambar mickey mouse favoritnya.

.

Keduanya menyebrang jalan dan langkahnya menuju sebuah gedung bertingkat lima. Tanpa mereka sadari, sebuah mobil sedari tadi mengikuti mereka. Siapa lagi jika bukan Krystal. Ia terhenyak begitu melihat gedung yang dituju oleh putrinya. Airmata kini menetes dari mata indahnya.

.

“Nyonya—”
.

Krystal menggeleng. Ia paham apa yang ingin dikatakan Ahjussi Jang. Pria itu juga menyaksikan apa yang diperbuat putri pertama keluarga Im.

.

“Kita pulang Ahjussi. Tapi sebelumnya aku harap Ahjussi tidak pernah memberitahu soal ini pada Yoong”

.

“Baik Nyonya, jika itu yang anda minta”

.

Mobil itu pun meninggalkan lokasi gedung yang dituju Sooyeon dan Yuri. Sepanjang perjalanan Krystal hanya diam dan tak berhenti mengusap tangannya yang terasa dingin dan berkeringat.

.

.

“Ya Tuhan, bagaimana ini bisa terjadi begitu saja?”

.

.

.

.

***

.

.

Tok….tok….tok…..

.

“Masuk”

.

Pintu terbuka dan muncullah sesosok wanita berpakaian formal. Ia membungkuk sejenak sebelum berjalan mendekat ke arah dua orang pria yang sedang berbincang-bincang.

.

“Maaf Tuan Im. Ada kiriman berkas untuk anda”, jelas wanita itu yang merupakan sekretaris Yoong.

.

Yoong menerimanya dan mempersilahkan sekretarisnya keluar. Ia membaca sekilas sampul depan amplop cokelat yang baru diterimanya. Raut wajahnya sedikit berubah setelah melihat berkas tersebut.

.

“Ada apa Yoong?”, Suara Sooyoung membuatnya menoleh. Yoong menghela nafasnya kasar sembari memberikan amplop cokelat itu pada Sooyoung.

.

“Dia sudah memulainya”, ada nada kesedihan disana sedangkan Sooyoung segera melihat apa yang dimaksud oleh Yoong. “Apa yang harus aku lakukan, Hyung?”

.

Sooyoung terdiam sejenak. Ia masih melihat isi dari amplop cokelat itu karena Yoong tidak berniat membacanya. Keheningan tercipta di dalam ruangan ini beberapa menit lamanya, sebelum akhirnya Sooyoung bersuara.

.

“Sudah waktunya Yoong. Kalian harus bicarakan ini baik-baik. Aku tahu, ini pasti sulit mengingat apa yang sudah terjadi. Tapi cepat atau lambat semuanya akan terbongkar”

.

“Aku masih menimbangnya Hyung”, ujar Yoong lalu menghela nafasnya. “Mungkin setelah acara perusahaan aku akan menyelesaikannya. Saat ini aku ingin fokus pada acara tersebut dan lagi kedua orangtuaku akan datang. Setidaknya mereka jangan sampai tahu, cukup sudah mereka ikut campur tentang masalah ini”

.

“Jika itu yang kau rencanakan, aku mendukungmu. Lebih cepat lebih baik, Yoong. Mau tidak mau kau harus menghargai keputusan yang sudah disepakati”

.

“Aku tahu Hyung. Ini sudah kesepakatan, sejujurnya aku harus siap menerima meskipun perasaanku berkata tidak”.

.

Sooyoung menatap iba sahabatnya itu. Ia cukup tahu apa yang sudah terjadi pada kehidupan Yoong. Tak ada lagi nasehat atau saran yang ingin dia berikan pada Yoong. “Anytime Yoong. Kapanpun kau butuh, aku siap membantu. Hmmm”

.

Yoong mengangguk. “Gomawo Hyung”

.

.

“Khaaa~~”

.

Helaan nafas Sooyoung terdengar. Pria itu mengendurkan dasinya dan melepas jas yang ia kenakan. “Aku merasa tiba-tiba kita terdengar melankolis”, jelas Sooyoung seraya membuat suasana mulai mencair.

.

“Yeah. Sepertinya begitu”

.

.

.

.

——————————-

.

“Ini semua berkas yang sudah diseleksi, Nyonya”, ujar Hyejeong pada Tiffany dengan formal mengingat 4 orang lainnya yang berada di ruangan ini adalah orang penting.

.

Setelah memberikannya pada Tiffany, Hyejeong lalu membagikannya pada 4 orang tersebut. Meeting pun di mulai dan Tiffany mulai mendengar pendapat para tim produksi yang akan memilih model yang mereka inginkan.

.

Satu per satu file yang dinyatakan lolos, kembali diseleksi lagi. Pada tahapan ini hanya membutuhkan 10 orang yang terpilih dan berpotensi melakukan interview dan menunjukkan kemampuan mereka.

.

“Tunggu”, suara Tiffany menginterupsi para tim produksi. “Bisa anda ulangi nama terakhir yang anda sebutkan tadi?”, ucap Tiffany sembari mencari file yang diinginkannya.

.

“Maksud anda, Im Sooyeon?”

.

Tepat saat itu juga Tiffany menemukan file tersebut. Ia mengangguk sebagai tanggapan atas ucapan salah satu staff tim produksi. Dengan cepat ia membuka lembar demi lembar dan membaca profile Im Sooyeon. Ia juga bisa melihat jelas foto yang terpampang di sisi kanan.

.

“Ada apa Nyonya Choi? Apa kandidat terakhir tidak sesuai dengan kriteria?”, salah satu staff bertanya.

.

Tiffany masih diam hingga dia selesai membaca keseluruhan dari profil yang ada di tangannya. Tak lama berselang, ia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah tim produksi. “Sepertinya saya melewatkan file ini sehingga tidak terbaca. Kalian bisa melanjutkannya”, jelas Tiffany.

.

Selesai memberi saran dan beberapa ide masukan, Tiffany keluar dari ruangan bersama Hyejeong. Keduanya menuju tempat dimana 10 para calon model yang terpilih sudah dikumpulkan dalam satu ruangan.

.

Tiffany memperhatikan satu per satu hingga ia melihat seorang gadis yang duduk di pojokan menundukkan kepalanya begitu keduanya saling bertatapan. Tiffany membisikkan sesuatu pada Hyejeong sebelum dia keluar dari ruangan menuju ruangan miliknya.

.

Butuh 10 menit hingga pintu ruangan Tiffany terbuka dan masuklah Hyejeong bersama seorang gadis.

.

“Terima kasih Hyejeong-ah. Kau bisa keluar sebentar. Aku ingin bicara dengannya”, Hyejeong mengangguk mengerti dan meninggalkan Tiffany dan gads itu.

.

“Duduklah, Sooyeon-ah”, ujarnya pada gadis itu dan Sooyeon pun melakukan apa yang Tiffany katakan.

.

Raut wajah Sooyeon jelas terkejut karena ia tidak pernah menyangka bahwa akan bertemu sesorang yang dia kenal terlebih orang itu adalah sahabat dari kedua orangtuanya.

.

“Apa kau serius mendaftar audisi ini?’, tanya Tiffany hati-hati.

.

Masih dengan kepala menunduk, Sooyeon menjawab pelan namun Tiffany bisa mendengarnya. “Ya. Karena aku tertarik ingin menggunakan konsep rancangan milik designer yang terlibat”

.

Tiffany menatap Sooyeon dengan berbagai pertanyaan dibenaknya. Tidak ada yang salah dengan jawabannya, hanya saja Tiffany benar-benar terkejut. Seingatnya, Yoong dan Krystal mengatakan bahwa Sooyeon akan menjadi salah satu Violinist di SPO (Seoul Pilharmonic Orchestra). Dan melihat Sooyeon sekarang sebagai salah satu kandidat model membuatnya bertanya-tanya.

.

“Apa orangtuamu mengetahuinya?”

.

Sooyeon menggigit bibir bawahnya dan tanpa Tiffany tahu ia mengepalkan kedua tangannya yang berada di pangkuannya. Gadis itu terlihat gugup dan belum mengeluarkan suaranya lagi. Hingga Tiffany berulang kali memanggil namanya.

.

“Sooyeon-ah, apa—”

.

“Please aunty…aku mohon. Jangan katakan apapun pada Mommy dan Daddy”, Sooyeon langsung bereaksi tanpa menunggu Tiffany menyelesaikan kalimatnya.

.

Melihat reaksi Sooyeon semakin menambah kebingungan Tiffany. Bagaimana bisa anak 15 tahun melakukan hal sejauh ini tanpa orangtuanya tahu? Bahkan seleksi di HEX sangat ketat dan memakan waktu. Atau?

.

Tiffany menutup mulutnya tak percaya. Ia juga baru menyadari bahwa saat ini bahkan belum jam makan siang. “Apa kau membolos, Sooyeon-ah?”

.

Detik itu juga Sooyeon terdiam dan tak berkata apa-apa lagi.

.

.

.

.

***

.

.

Seorang pria berjalan menuju sebuah ruangan dengan tulisan besar yang tertera pada pintu “CEO’s ROOM”. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendapati seorang wanita duduk dengan menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya sembari memejamkan mata.

.

Mendengar langkah kaki, wanita itu membuka matanya dan tersenyum melihat sekretaris  pribadinya.

.

“Kupikir kau akan mengunjungi tim produksi untuk melihat kandidat yang terpilih”, ujar sang sekretaris.

.

“Belum, Oppa. Aku sedang menunggu kabar dari Tiffany Unnie untuk memberitahuku jadwal interview”

.

“Ah, begitu”, Pria itu mengangguk. Ia lalu mengambil duduk di hadapan Seohyun. “Bagaimana dengan pihak sponsor? Apa kau sudah menandatangani surat meeting yang aku berikan? Batasnya sampai besok”

.

Seohyun menepuk jidatnya pelan. “Astaga. Aku lupa”, dengan cepat Seohyun membuka laci meja kerjanya dan mencari dokumen yang dimaksud. Tanpa melihat lagi daftar para sponsor, ia langsung menandatangani surat tersebut.

.

“Akhir-akhir ini kau cukup sering melupakan sesuatu. Jangan terlalu banyak pikiran, Hyuni. Kau bisa mengandalkan aku, hmmm”

.

“Maaf Oppa. Mungkin aku cukup bersemangat meskipun di sisi lain aku gugup menantikan hari itu datang”

.

“Tenangkan dirimu agar semuanya berjalan dengan baik”

.

“Arraseo. Aku tahu, Oppa”, jawabnya disertai senyuman.

.

“Oh iya”, pria itu kembali bersuara. “Aku mendapatkan semua data yang kau perlukan”, ujarnya sembari mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Pria itu tampak mengetikkan sesuatu disana sebelum tersenyum puas.

.

“Emailnya sudah terkirim untukmu. Dan jangan lupa dengan jadwal yang kau miliki. Ada beberapa acara minggu ini”

.

Seohyun mengangguk mengerti.

.

“Hmmm lalu kapan aku bisa melakukannya?”

.

“Kapanpun jika kau siap. Tapi ingat, jangan memaksakan dirimu. Tunggulah hingga kau benar-benar siap”, ia memberikan saran pada Seohyun.

.

“Kuharap pihak pengadilan tak mempersulitnya. Sudah cukup aku kalah berkali-kali dan direndahkan karena statusku”

.

“Seohyun-ah, jangan mengatakan hal seperti itu”

.

Sang sekretaris mengerti maksud Seohyun dengan baik. Ia memang tidak bisa merasakan sepenuhnya apa yang dirasakan Seohyun. Tapi melihat bagaimana Seohyun berjuang selama ini sudah cukup baginya untuk memahami perasaan atasannya ini.

.

Drttt….drrttt

.

Ponsel Seohyun bergetar dan ternyata itu pesan masuk dari Tiffany

.

Kami akan melakukan interview setelah jam makan siang. Datanglah melihat jika kau tidak sibuk, Hyuni.

.

Seohyun segera membalas pesan itu dan melihat ke arah sekretarisnya. “Aku tidak ada jadwal setelah makan siang ini kan, Oppa?”

.

“Jadwalmu nanti malam. Ada pertemuan dengan beberapa klien. Kau mau pergi?”

.

“Eoh, aku akan ke HEX. Kau tidak perlu menemaniku. Aku bisa sendiri ke sana”

.

“Baiklah jika itu maumu”

.

.

.

.

—————————–

.

Tak jauh dari gedung utama HEX, Yuri berdiri seorang diri di area pintu keluar yang cukup sepi. Ia melihat ponselnya sesekali lalu melihat ke arah pintu keluar. Menunggu Sooyeon yang belum terlihat keluar dari gedung itu.

.

Sambil menghilangkan kejenuhannya, Yuri merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil disana. Jemarinya dengan cepat membuka kotak kecil itu dan mengambil salah satu isinya. Sebuah pemantik sudah siap di tangan kanannya.

.

Selang berapa detik, asap mengepul dari mulut Yuri. Sebatang rokok menemaninya hingga Sooyeon akhirnya keluar dari gedung itu.

.

“Mereka bilang interviewnya akan langsung diadakan siang ini setelah makan siang”, Sooyeon mengerucutkan bibirnya setelah mengatakan itu.

.

Yuri tertawa kecil namun tak lama, alisnya bertautan. Ia melihat beberapa keringat di bagian dahi Sooyeon. “Ada apa? Kau gugup?”, tanyanya dengan penuh perhatian.

.

Sooyeon segera menceritakan pertemuannya dengan Tiffany. Hal itu tentu membuat Yuri memandangnya dengan khawatir. Hanya Yuri satu-satunya yang tahu rencana Sooyeon ikut dalam pemilihan ini.

.

“Lalu bagaimana? Apa kau akan didiskualifikasi?”

.

“Tidak. Dia tidak berkuasa untuk itu. Sebagai konsultan, dia hanya memberikan saran pada para tim produksi yang akan memilih calon modelnya. Aku hanya memintanya untuk tidak memberitahukan ini pada Daddy dan Mommy”

.

“Syukurlah. Ternyata Mommy nya Taeyeon baik, cukup berbeda dengan anaknya”, kekeh Yuri.

.
Sooyeon mengendikkan bahunya. Tiba-tiba pandangan gadis itu mengarah ke kantong celana Yuri. Ia menyengir sebelum mengulurkan tangannya. “Beri aku satu dan setelah itu kita cari makan siang tak jauh dari sini sebelum jadwal interview dimulai”

.

“APA? Tidak tidak. Kau akan melakukan interview. For god sake!”

.

“Oh, ayolah Yul. Aku sangat gugup. Setidaknya satu batang saja, itu akan menghilangkan kegugupanku”, Sooyeon menatapnya dengan pandangan memohon dan membuat Yuri mendesah.

.

Pada akhirnya Yuri memberikan benda itu pada Sooyeon dan menunggu gadis itu selesai menikmatinya.

.

“Kajja, kita cari makan siang” ajaknya pada Yuri dengan senyuman mengembang dari wajahnya.

.

.

.

.

***

.

.

Sepulang sekolah, Taeyeon segera masuk ke dalam mobil dan meminta supir yang menjemputnya menuju ke suatu tempat. Sesampai disana, ia terlihat kesal karena tidak menemukan seseorang yang dicari.

.

“Aish, kemana dia? Apa tidak datang ke taman ini seperti sebelumnya?”

.

Taeyeon terlihat gusar. Entah sudah berapa kali ia memikirkan hal ini sejak kemarin. Meskipun sikapnya ingin menolak, tapi hati dan pikirannya terus saja memikirkan apa yang sudah dilihatnya.

.

Ia pun kembali ke mobil dan pulang ke rumah. Setiba disana, ia tak segaja melihat Nayeon yang baru keluar dari rumah. Gadis itu terlihat cemberut dan kakinya menghentakkan ke lantai beberapa kali.

.

“Nayeon-ah?”

.

Nayeon menoleh dan wajahnya terlihat mencoba tersenyum mendapati Taeyeon yang mendekat. “Eoh Oppa, kau baru pulang”

.

“Hmm, apa kau tidak sekolah hari ini?”

.

“Iya Oppa. Pagi ini perutku sedang sakit, jadi Mom memintaku untuk istirahat. Tapi sampai sekarang, Mom justru pergi dan belum kembali sejak pagi tadi”

.

Sekarang Taeyeon mengerti. Mugkin Nayeon terlihat cemberut karena Mommynya yang belum pulang. Tapi pikirannya kembali mengingat kejadian tadi pagi setelah ia dari perpustakaan. Ia melihat Krystal datang ke sekolah.

.

“Ngghh, apa kau tahu kemana aunty Krystal pergi?”

.

“Mom bilang ada urusan penting dan ia akan menyelesaikannya dengan cepat agar bisa menemaniku. Tapi ternyata tidak”

.

“Mungkin urusannya belum selesai”, jelas Taeyeon menenangkan.

.

Nayeon mengangguk setuju meskipun wajahnya masih terlihat cemberut.

.

“Unniemu belum pulang?”, Taeyeon mencoba menanyakan tentang gadis itu.

.

“Unnie bilang ada kerja kelompok jadi pulangnya sore”

.

What the…..Taeyeon terkejut dengan jawaban Nayeon. Bagaimana mungkin dia memiliki tugas kelompok jika tadi Taeyeon kembali memergokinya kabur setelah jam istirahat pertama bersama namja bernama Yuri.

.

“Nayeon-ah, apa kau mengenal Kwon Yuri?”

.

Nayeon menatap aneh tapi detik selanjutnya mengangguk. “Maksud Oppa, Yul Oppa? Aku mengenalnya karena dia teman dekat Unnie sejak junior school meskipun Yul Oppa setahun lebih tua dari Unnie. Sama sepertimu”

.

“Ah begitu ya. Aku sekelas dengan Yuri”, jelas Taeyeon tanpa Nayeon minta.

.

“Benarkah? Mungkin Oppa bisa berteman dengan baik juga bersama Yul Oppa. Dia sangat pintar dan baik. Mom juga mengenalnya karena beberapa kali Yul Oppa main ke rumah”

.

Yang benar saja? Kalo pintar aku bisa percaya, tapi baik?? Aku meragukan itu.

.

Taeyeon bergelut dengan pikirannya sebelum ia kembali bertanya pada Nayeon. “Apa kau tahu tempat yang sering mereka datangi?”

.

“Tidak Oppa. Unnie jarang sekali pergi keluar rumah setelah pulang dari sekolah kecuali kerja kelompok dengan teman sekelasnya”

.

Taeyeon mendesah pelan begitu ia tidak mendapatkan info yang ingin dicarinya.

.

“Kalo begitu masuklah, mungkin aunty Krys akan segera pulang. Aku harus ganti baju dulu”, Taeyeon beralasan. Nayeon yang tidak curiga apa-apa pun mengangguk dan kembali ke dalam rumah.

.

Selesai berganti pakaian, namja imut itu langsung keluar rumah. Ia berjalan di sekitar komplek dan mampir di supermarket yang sama untuk kedua kalinya sembari menikmati es krim dan cemilan yang dibelinya.

.

Pandangan Taeyeon mengarah ke jalan. Ia mengamati setiap orang yang melewati daerah itu.

.

“Apa aunty Krys ke sekolah karena putrinya sudah ketahuan karena merokok dan membolos?”

.

Taeyeon segera menggelengkan kepalanya cepat. “Ish, kenapa aku mengkhawatirkannya? Bukankah itu haknya melakukan apapun?”, Taeyeon tergelak dengan ucapannya. Ia pun mengendikkan bahu tanda tak peduli lalu menikmati kembali es krim dan cemilan dihadapannya.

.

Baru saja Taeyeon sedang menikmati waktu sendirinya, seorang pria dewasa menghampirinya dan meminta izin untuk duduk di sebelah Taeyeon mengingat kursi lainnya sudah penuh. Tidak heran, karena ini sudah jam makan siang.

.

Taeyeon tersenyum kecil, mencoba bersikap ramah dan mempersilahkan pria itu duduk di sebelahnya. Tidak ada perbincangan diantara mereka. Namun lewat ekor matanya, Taeyeon melihat berkas yang diletakkan pria itu di atas meja dan sebuah foto yang membuatnya terkejut. Satu foto berisi empat orang dan keempatnya tersenyum kompak.

.

.

.

.

.

.

“Selamat datang, Nyonya Seo”

.

Hyuni menyapa beberapa karyawan yang menyambutnya. Selang berapa menit, Hyejeong selaku asisten Tiffany menghampiri CEO muda itu dan menemaninya berjalan menuju lantai 3 dimana interview para calon model akan berlangsung disana.

.

“Bagaimana seleksi hari ini? Apa tim kesulitan?”

.

Tanya Seohyun setelah keduanya masuk ke dalam lift.

.

“Tim sudah menentukan pilihannya dan sesuai saran Tiffany Unnie, semuanya berjalan dengan cukup baik. Tapi Unnie—”

.

Hyejeong menghentikan ucapannya. Ia kelihatan ragu dan Seohyun bisa menangkap itu. “Apa? Ada yang ingin kau katakan? Katakan saja”, Seohyun mempersilahkannya.

.

“Aku cukup terkejut dengan pilihan tim produksi terutama Tiffany Unnie menyetujuinya. Semua model memiliki latar belakang talenta yang bagus. Tapi, salah satu calon masih berusia 15 tahun. Bukankah biasanya tim produksi tidak akan meloloskan calon dibawah umur dan memilih untuk menawarkan calon tersebut sebuah trainee sebelum kembali mengikuti seleksi yang nantinya akan membantu untuk berkarir di masa depan?”

.

“Benarkah?” Seohyun menunjukkan reaksinya lalu tersenyum. “Hmmm mungkin saja tim produksi ingin melihat sejauh apa kemampuannya. Bukankah ini baru 10 besar? Dia belum tentu benar-benar akan terpilih”

.

Hyejeong menghela nafasnya. “Ya, Unnie benar”

.

Ting

.

Pintu lift terbuka. Baru saja Seohyun melangkahkan kakinya keluar dari lift, seseorang dengan langkah terburu justru menabraknya. Kejadian itu tak bisa dihindari. Baik Hyejeong dan sang penabrak sama-sama terkejut.

.

Berbeda dengan Seohyun, ia terlihat tetap tenang dan mencoba berdiri. Namun sebuah tangan terulur untuk membantunya dan ia pun mendengar kata yang diucapkan orang tersebut.

.

.

.

“Maaf”

.

.

.

.

TBC

—————————————

Hahahahaha senyum dong ^^ Jeje is back

Sabar ya. TBC memang selalu begitu XD
See you di ETERNITY~

Annyeong!

.

.

by: J418

.

.

*bow*

126 thoughts on “LOVE ME THE SAME (3)”

  1. Yoonkrys so sweet banget sih, yoong aku juga mau dong dipeluk kamu *eh. 😄😂
    Duh sooyeon nakal udah bolos, ngerokok lagi

    Like

  2. aku penasaran dengan hyoyeon, dia itu siapa sampe krystal pas ketemu kek kaget gitu🤔🤔
    next part mungkin ketemu jawabannya.

    Like

Leave a comment