LOVE ME THE SAME, MINI-SERIES

LOVE ME THE SAME (2)

1478423086109

Tittle                : LOVE ME THE SAME

Cast                 : Im Yoona

Krystal Jung

Tiffany Hwang

Choi Sooyoung

Jessica Jung

Kwon Yuri

Im Nayeon

Kim Taeyeon

Genre              : Gender Bender, Family, Drama, BitterSweet, Romance

Mini-Series

Copyright © royalfams418.2016. Allright Reserved

This is just my imagination & don’t copy paste without permission

—————————————————————-

.

.

Part 2

.

.

“Stop ahjussi”

.

Suara Taeyeon tiba-tiba membuat supir taxi berhenti mendadak. Wajah pria paruh baya itu ikut terkejut. Taeyeon dengan cepat meminta maaf dan segera membayar biaya taksi. “Aku turun disini saja, Ahjussi”

.

Sambil tersenyum, Taeyeon segera membuka pintu taksi dan menutupnya. Saat taksi itu sudah pergi, ia melihat keadaan sekitar dan merentangkan tangannya. Mencoba menghirup udara yang ada di komplek perumahan yang berada di district ini.

.

Seoul pada siang hari masih terasa sejuk dan menyegarkan. Suhu 6 derajat celcius membuat panasnya matahari tak mempengaruhi udara yang ada. Niatnya pulang, kembali tertunda lantaran Taeyeon melihat taman bermain yang ada di sekitar komplek.

.

Namja imut itu duduk di salah satu bangku dan seorang diri disana. Tidak mempedulikan beberapa anak remaja lainnya yang tengah bercanda bersama teman-teman seusianya.

.

.

.

“Aaaawwwww, Sooyeon. Kau kasar sekali padaku”

.

Seorang namja mengerucutkan bibirnya dan memandang gadis di depannya dengan wajah memelas.

.

“Salah siapa kau mengocok kaleng soda itu. Lihat sekarang, bajuku jadi kotor. Urrrggh Kwon Yuri!”

.

“Hehehehe, mianhe. Aku kan hanya bercanda”, namja itu menyengir dan menunjukkan tanda peace dengan dua jarinya.

.

.

.

Taeyeon dari kejauhan hanya melihat interaksi keduanya tanpa tahu apa yang mereka bicarakan. Ia akhirnya kembali mengingat bahwa dua orang itu sama dengan dua orang yang ia lihat sewaktu di minimarket.

.

Tak berapa lama, keduanya tampak mencari tempat dan duduk bersama di area yang cukup sepi di taman ini. Entah kenapa, pandangan Taeyeon tak pernah beralih sedikitpun. Tiba-tiba ia terkejut begitu melihat apa yang dilakukan keduanya.

.

Wajah Taeyeon sangat shock. Ini pertama kalinya dia melihat sesuatu yang seperti itu. Dengan cepat, Taeyeon segera mengalihkan pandangannya tapi sepasang mata sudah melihatnya lebih dulu. Seorang gadis berambut cokelat keemasan yang kini menatap ke arahnya dengan tajam.

.

Taeyeon tak bisa mengelak. Dia sudah ketahuan jika dirinya sedang melihat ke arah gadis itu dan namja disebelahnya tak menyadari bahwa dia dan sang gadis tengah beradu pandang. Tak ingin membuat masalah, Taeyeon segera berdiri dan pergi dari sana tanpa berniat melihat ke arah sebelumnya.

.

.

.

.

.

Blaaaamm!!….

.

Pintu kamar itu tertutup dengan keras. Membuat kedua orangtua dan adiknya terkejut.

.

“YA! Im Sooyeon!”

.

Suara Yoong terdengar marah. Kedatangan putri sulungnya pada makan malam di rumah Sooyoung justru berujung pada kekesalan gadis itu saat melihat Taeyeon. Bukan itu saja, Taeyeon yang tak terima akhirnya ikut berdebat.

.

“BUKA PINTUNYA”, perintah Yoong.

.

Nayeon yang berada disana terlihat ketakutan. Dengan cepat, Krystal menyuruh putrinya masuk ke dalam kamar dan ia berusaha menenangkan suaminya.

.

“Yoong. Don’t”, Krystal memperingati suaminya dengan sabar.

.

“Apa? Kau lihat sendiri, sayang. Bagaimana sikapnya dihadapan Sooyoung Hyung dan Tiffany Noona? Dan lagi ia bertengkar dengan Taeyeon. Ada apa dengan anak itu? Aku tidak mendidiknya seperti ini”

.

Krystal merangkul tubuh suaminya dan mengusap punggungnya. Setenang mungkin berusaha membuat Yoong tak terpancing amarahnya.

.

“Kita tidak tahu apa yang terjadi padanya dan Taeyeon. Tapi sepertinya mereka sudah bertemu sebelumnya. Sekarang kita kembali ke kamar, aku akan berbicara dengan Sooyeon besok pagi. Ingat Yoong, jangan terlalu keras. Sooyeon dan Nayeon sedang dalam masa perkembangan. Emosi mereka sangat labil, hmmm”

.

Krystal selalu bersikap lembut dan bijaksana pada kedua putrinya. Meskipun Sooyoen atau Naeyeon terlibat dalam perkelahian kecil dengan teman seusianya, Krystal lebih memilih mendengarkan alasannya terlebih dahulu dari putri-putrinya.

.

Ia memahami bahwa anak seusia Nayeon (13) dan Sooyeon (15) berada dalam tahap kebebasan dan perkembangan emosional yang berubah setiap saat. Jika bersikap lembut, maka sang anak akan merasa nyaman ketimbang bersikap keras dan kemungkinan sang anak akan memberontak. Dan Krystal lebih menyukai cara yang pertama.

.

Yoong menghela nafasnya. Ia tak bisa membantah Krystal lagi karena istrinya jauh lebih paham tentang ini. Ia pun mengikuti saran Krystal dan keduanya masuk ke dalam kamar. Yoong segera mengambil ponselnya dan menghubungi Sooyoung.

.

“Maaf Hyung, makan malam kita sedikit terganggu”, sesalnya saat Sooyoung sudah menjawab panggilan tersebut.

.

“Hey, its okay Yoong. Anak-anak punya masalahnya tersendiri. Kadang sebagai orangtua kita belum tentu bisa memahami persoalan dalam sudut pandang mereka”

.

“Terima kasih Hyung. Sekali lagi aku minta maaf, dan semoga makan malam kita bisa terganti di lain waktu”

.

“No problem, Yoong. We’re neighbor after all”, kekeh Sooyoung.

.

Yoong tertawa kecil sebelum mengakhiri sambungan itu. Tak lama, ia meletakkan ponselnya dan menyusul Krystal yang sudah berada di atas tempat tidur. Krystal tersenyum memandangnya, dan Yoong hanya bisa menghela nafas.

.

“Jangan terlalu dipikirkan, Yoong. Kita bisa bicara baik-baik”, Krystal mengingatkannya lagi.

.

Yoong hanya mengangguk lalu menyusul istrinya dan berbaring di sebelah Krystal.

.

“Goodnite, sayang”, Yoong mengecup kening Krystal.

.

“Nite too”

.

.

.

.

.

—————————–

.

“Mom~~”

.

Taeyeon merengek saat Tiffany memandanginya dengan intens.

.

“Kau membuat masalah huh? God, Taeyeon. Kita baru beberapa jam di Seoul dan sekarang?”

.

“Aku tidak membuat masalah Mom. Aku hanya melihatnya siang ini di taman dan dia memandangiku dengan tajam. Itu artinya dia yang membuat masalah”, jelas Taeyeon tak terima.

.

Pintu kamar Taeyeon terbuka dan muncullah Sooyoung yang berjalan mendekat ke arah Tiffany yang sedang berdiri. Sedangkan Taeyeon duduk di pinggir tempat tidurnya.

.

“Dad, katakan pada Mom aku tidak membuat masalah”, Taeyeon segera mengadu pada Daddynya.

.

Tiffany adalah tipikal ibu yang tegas dan menerapkan prinsip tanggung jawab pada anaknya. Dia sangat menyayangi dan memanjakan Taeyeon, tapi dia tidak mentolerir jika Taeyeon melakukan hal yang tidak seharusnya.

.

Sedangkan Sooyoung, memberikan kebebasan pada putranya. Jika Taeyeon membuat masalah, dia akan membiarkan Taeyeon menyelesaikannya dengan cara yang harus dilakukan anak seusianya. Sooyoung menanamkan bekal pada diri Taeyeon bahwa seorang pria harus berani bertanggung jawab dengan apapun yang telah dilakukannya.

.

“Jangan membelanya, Youngi”

.

Tiffany menatap suaminya dengan tegas. Hal itu membuat Sooyoung tertawa kecil melihat reaksi istri dan anak terhadapnya.

.

“Kau tahu sayang? Aku tidak akan segan menghukumnya jika dia membuat masalah. Tapi sepertinya jagoan kita hanya mengalami salah paham dengan Sooyeon”, ujar Sooyoung pada istrinya lalu ia memandang ke arah putranya dengan tatapan menyelidik.

.

“Apa kau yakin Sooyeon marah kepadamu bukan karena kau menggodanya?”

.

“WHAT?”

.

Taeyeon mendengus kesal. “Gadis amerika lebih sexy dan menarik darinya Dad. Itu yang aku lihat di film-film”

.

“YA!”, Tiffany langsung memukul lengan Sooyoung begitu mendengar pertanyaan suaminya dan jawaban putranya. Sedangkan Sooyoung, tertawa mendengar jawaban Taeyeon.

.

“See? Lihat sayang, dia tidak membuat masalah. Mungkin hanya salah paham”

.

Taeyeon mengangguk setuju dengan ucapan Daddynya dan menyengir ke arah Tiffany. Membuat wanita itu mendesah pelan dan menggeleng melihat kekompakan anak dan ayah.

.

“Terkadang pria menyebalkan”, dumelnya.

.

Sooyoung mengecup pipi Tiffany dari samping dan tersenyum sembari memainkan alisnya. Masih dengan wajah menyerahnya, Tiffany mendorong pelan tubuh suaminya dan mendekat ke arah putranya. Memberikan ciuman selamat malam dan memeluk Taeyeon sejenak.

.

“Jangan tidur terlalu malam, hmmm. Besok hari pertamamu sekolah”

.

“Yes Mom”

.

Sooyoung menyusul Tiffany. Ia melakukan hal yang sama, namun hanya memeluk Taeyeon dan mengacak rambut putranya.

.

“Goodnite jagoan”

.

“Goodnite Mom, Dad”

.

.

.

.

.

***

.

.

Sooyeon mendesah pelan saat ia melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi. Disaat ia dapat melihat bahwa Mommy nya sedang membereskan tempat tidurnya.

.

“Ada bibi yang melakukannya, Mom”, ujarnya dengan nada perhatian. Tapi lebih tepatnya, Sooyeon sedikit risih karena tahu kenapa Mommynya ada di kamar sebelum ia turun untuk sarapan bersama.

.

Krystal menoleh dan mendapati putrinya berjalan ke arah lemari pakaian. Wanita itu tersenyum meskipun dari cara bicara Sooyeon sudah terdengar jelas bahwa ia cukup terganggu dengan kehadirannya.

.

“Apa Taeyeon melakukan sesuatu sehingga membuatmu marah?”

.

Sooyeon belum menjawab. Ia sibuk mengancingkan seragam sekolahnya, menata rambutnya, dan terakhir, ia baru memandang ke arah Krystal.

.

“Berhentilah Mom. Aku tidak ingin membicarakan ini, dan aku tidak mengenalnya dengan baik sebelum makan malam itu. Jadi aku memilih melupakannya”

.

Keduanya masih bertatapan mata sebelum akhirnya Krystal menepuk sisi kosong yang ada di pinggir tempat tidurnya. Meminta Sooyeon mendekat dan duduk disampingnya. Dengan cekatan, Krystal mengambil sisir yang putrinya pegang dan mulai membantu gadis itu menyisir rambutnya hingga membantu mengikatnya.

.

“Kau sangat cantik”, Krystal tersenyum lagi. Setelahnya ia mengambil kedua tangan Sooyeon dan menggenggamnya sembari mengusap tangan itu dengan lembut. “Maaf jika semalam Daddy membuatmu kesal, hmmm. Daddy hanya khawatir padamu, sayang”, ujarnya disertai senyuman.

.

“Hmmm aku tahu Mom”

.

“Mom and Dad love you”

.

Sooyeon mengangguk sedangkan Krystal berdiri lalu memeluk putrinya. “Bersiaplah setelah itu kita sarapan bersama”

.

Sooyeon mengangguk sekali lagi. Krystal pun keluar dari kamar putrinya dan menuju kamar utama. Disana ia melihat sang suami sedang duduk di kursi meja rias miliknya dan tampak memikirkan sesuatu.

.

Yoong menyadari kedatangannya, dan melihat dari pantulan cermin ketika Krystal memeluknya dari belakang dan sedikit merunduk sehingga dagunya bersentuhan dengan pundak Yoong.

.

“Apa dia baik-baik saja?”

.

“Hmmm, dia baik-baik saja.”

.

Yoong menghela nafasnya panjang lalu menatap Krystal dari pantulan cermin. “Waktuku semakin sibuk dan tak terasa Sooyeon sudah beranjak 15 tahun. Kau tahu artinya kan, sayang?”

.

Saat Yoong mengatakan itu, entah kenapa hatinya perih. Ia harus mengingat kembali bahwa Sooyeon kini sudah menginjak masa remaja dan waktu berjalan dengan begitu cepat. Krystal mengeratkan pelukannya dan airmata menetes dari mata indahnya.

.

“Don’t remind me, please”, lirihnya.

.

Yoong hanya diam. Wajahnya terlihat sedih dan pikirannya sedang bertarung dalam diam. Ia mengambil tangan Krystal yang berada di perutnya dan menggenggamnya erat.

.

“Aku takut jika aku tidak bisa mempertahankan Sooyeon, dan Nayeon…. hatinya pasti terluka dan kecewa”

.

“Yoong, please… Masih ada waktu, hmmm. Mari kita berjuang bersama”

.

Krystal tak bisa menutupi kesedihannya. Namun dengan cepat ia mengelap airmatanya. Tepat saat itu juga, sebuah teriakan terdengar dari lantai bawah.

.

“Mommy, Daddy~~ cepat turun. Aku dan unnie sudah menunggu”

.

Suara Nayeon mampu membuat mereka tertawa beberapa detik sebelum akhirnya saling menetralkan perasaan mereka. Yoong mencoba tersenyum, begitu pula Krystal.

.

“Kajja, kita turun sebelum teriakan lain terdengar”

.

.

.

.

.

.

———————————–

.

Sudah kesekian kalinya ia menghela nafas saat melihat sebuah gerbang bertuliskan Hanlim High School.

.

Sigh.

.

“Apa aku harus sekolah disini, Dad?”

.

Pertanyaan Taeyeon membuat Sooyoung tertawa kecil. “Oh come on, jagoan. Ini salah satu sekolah terbaik disini. Dan kau bisa bertemu dengan teman baru dan gadis-gadis cantik yang mungkin akan menjadi penggemarmu”

.

Taeyeon memutar bola matanya begitu mendengar nasehat Daddynya.

.

“Kau sangat norak Dad”, ujar Taeyeon dan membuat Sooyoung menyengir.

.

“Aigoo~~”

.

Sooyoung terkekeh dan segera turun dari mobil diikuti Taeyeon. Keduanya berjalan masuk ke dalam sekolah. Sepanjang perjalanan menuju ruang kepala sekolah, Taeyeon benar-benar tak tertarik sama sekali.

.

Ia sesekali menatap aneh pada beberapa kumpulan namja yang tengah bercanda atau yeoja-yeoja yang sedang bergosip ria. Hidungnya mengerut, menandakan Taeyeon tidak suka dengan situasi yang terjadi sekarang.

.

“Geez! So childish”, dumel Taeyeon setiap melewati kumpulan siswa/i Hanlim.

.

Setiba di ruang kepala sekolah, Taeyeon hanya memperkenalkan diri dan selebihnya ia memilih diam. Membiarkan Daddynya berbicara dengan pria paruh baya yang umurnya sekitar 50-an sekaligus merupakan kepala sekolah Hanlim.

.

Pria itu meminta izin Sooyoung untuk menelpon seseorang dan tak lama muncul seorang namja dari balik pintu dan membungkuk serta memberi salam pada Sooyoung, Taeyeon, dan kepala sekolah.

.

“Yuri, ini siswa baru yang akan bergabung di kelasmu. Sebagai ketua kelas, saya harap kau dapat membantu Taeyeon dengan baik”

.

Namja bernama Yuri itu mengangguk lalu tersenyum pada Sooyoung dan Taeyeon. Ia pun memperkenalkan dirinya.

.

“Saya Kwon Yuri dan saya yang akan bertanggung jawab atas kelas II-2”

.

Sooyoung balas tersenyum. Namun disisi lain, Taeyeon seperti menelanjanginya. Tatapan namja imut ini sedari tadi menatap Yuri dengan pandangan tak suka. Saat Yuri mengulurkan tangannya, Taeyeon tak membalas. Dia hanya menyebutkan namanya dengan cuek.

.

Menyadari kelakuan putranya, Sooyoung menyenggol lengannya dan menatap penuh arti. Berharap Taeyeon mengerti maksudnya. Tapi entah kenapa, Taeyeon tidak mempedulikan itu dan berlalu begitu saja keluar dari ruang kepala sekolah. Membuat Sooyoung tersenyum sesal pada Yuri.

.

Yuri membungkuk pada Sooyoung dan kepala sekolah sebelum akhirnya keluar menyusul Taeyeon. Sepanjang jalan menuju kelas, hanya Yuri yang berbicara. Dia benar-benar melakukan perintah sesuai yang diminta kepala sekolah. Mengenalkan Taeyeon pada seluruh isi sekolah dan juga membantunya nanti saat di kelas.

.

“Ada yang belum kau mengerti?” tanya Yuri.

.
“Kau boleh pergi. Aku bisa melakukannya seorang diri”

.

Yuri mengerutkan keningnya. “Aku tidak tahu apa masalahmu dan kau boleh tidak menganggapku teman. Tapi kuharap kau menghargaiku sebagai ketua kelas”, Yuri mulai ikut terpancing suasana.

.

Sedari tadi ia berusaha bersikap baik pada Taeyeon tapi namja itu terlihat menganggapnya musuh. “Yeah, whatever”

.

Dengan begitu, Taeyeon berlalu dari hadapan Yuri. Namja tanned itu hanya mendengus melihat sikap Taeyeon. “Anak baru yang aneh”, batinnya.

.

.

.

.

.

.

***

.

.

Seorang wanita yang sudah memasuki usia tiga puluhan terlihat keluar dari lift dengan didampingin seorang laki-laki berjas yang merupakan sekretaris pribadinya. Beberapa orang disana memberinya sapaan hormat dan dia pun tersenyum tulus.

.

Setiba di ruangan, sang sekretaris membantunya melepaskan blazer dan menyisakan blouse putih polos yang dikenakannya.

.

“Apa jadwalku semuanya sudah selesai?”

.

“Masih ada satu jadwal lagi. Makan malam dengan Nyonya Tiffany”

.

“Wow, jadi dia sudah ada di Seoul?”

.

“Kudengar pagi kemarin dia tiba dan siangnya melakukan meeting dengan yang lain”

.

“Hmmm, aku jadi tidak sabar bertemu dengannya. Dia salah satu konsultan yang cukup terkenal di Amerika”

.

Pria itu mengangguk dan tersenyum. Tak lama, ia pun menunjukkan berkas yang sedari tadi dipegangnya.

.

Wanita itu membuka isi map dengan hati-hati dan membaca setiap kata dengan baik. Ekspresinya tetap tenang. Tak ada siapapun yang benar-benar mengetahui apa yang sedang dipikirkannya.

.

“Bagaimana menurutmu, Hyuni?”, tanya pria itu.

.

Tatapan pria itu tak lepas dari wanita bernama lengkap Seo Juhyun atau Seohyun tapi orang-orang terdekatnya memanggilnya Hyuni.

.

“Kau harus mengikuti prosedurnya. Itu yang sudah diputuskan jauh sebelum ini”, lanjut pria itu lagi ketika Seohyun belum menjawabnya.

.

“Tidak ada cara lain? Bagaimana aku melakukannya?”

.

Pria itu menggeleng. “Kecuali kau mengajukan banding, tapi aku tidak bisa menjamin. Resikonya terlalu besar untukmu. Sebaiknya ikuti prosedur saja”

.

Penjelasan itu membuat Seohyun mendesah pelan. “Keluarlah Oppa. Aku ingin sendiri terlebih dulu sebelum acara makan malam nanti”, pintanya pada sang sekretaris.

.

“Jika kau membutuhkan sesuatu, panggil saja. Aku akan berada di ruanganku”

.

“Hmmm gomawo Oppa”

.

.

.

.

.

——————————

.

Di sudut sekolah, terlihat dua sosok yang sedang berbincang serius. Seorang gadis memohon kepada namja yang dihadapannya, sedangkan namja itu hanya mendengarnya dengan baik.

.

“Kau yakin?”

.

“Eoh, tentu saja. Bagaimana? Aku harus kesana sekarang Yul?

.

Yuri tampak berpikir dan tenggelam dalam pemikirannya. Setelahnya, ia melihat ke arah sekeliling berharap tak ada siapapun disana yang melihat mereka berdua.

.

“Aku akan membuat surat izin. Tunggulah disini”

.

Gadis itu mengembangkan senyumnya begitu mendengar jawaban Yuri. Ia pun mengangguk dan menunggu Yuri pergi lebih dulu. Baru saja 5 menit Yuri pergi, tiba-tiba ada seorang siswa yang berjalan ke arahnya. Tidak ada yang salah, karena tempat gadis itu berada tak jauh dari area restroom.

.

Ketika tatapan mereka bertemu, lagi-lagi gadis itu memandangnya tajam. Sedangkan siswa tersebut terlihat tak peduli.

.

Geez. Dunia sempit sekali. Aku harus bertemu lagi dengannya”

.

Gadis itu menoleh saat siswa itu menggumamkan sesuatu dan ia cukup jelas mendengarnya. “Kau bilang apa?”

.

“What?”, balas namja itu. “Apa kau bicara denganku?”

.

Jawaban siswa itu membuat sang gadis semakin tajam menatapnya. Tapi perang itu segera berakhir, ketika dari kejauhan ia melihat Yuri berjalan ke arahnya. Siswa yang bersamanya melihat ke arah pandang gadis itu, ia pun memilih masuk ke area restroom dan tak ingin berdebat.

.

“Ada apa?” heran Yuri begitu melihat raut wajah gadis didekatnya ini.

.

“Aku baru saja berpapasan dengan makhluk menyebalkan. Semalam dia membuat Daddy dan aku berdebat dan sekarang aku harus melihatnya lagi. He is annoying”, kesalnya dihadapan Yuri.

.

“Dia anak dari teman Daddymu? Kenapa aku baru tahu sekarang?”

.

“Aku juga tidak mengenalnya. Keluarganya baru saja kembali dari Amerika. Dulu kami bertetangga tapi dia lebih dekat dengan Nayeon. Lagipula aku sudah lupa, dia tidak terlalu lama di seoul”

.

“Amerika? Taeyeon?”

.

“APA? Kau mengenalnya Yul?”

.

“Beberapa jam lalu. Dia murid baru di kelasku. Jadi, dia anak dari teman Daddymu?”

.

Gadis itu hanya mengangguk. “Sudah, aku tidak mau membahasnya. Membuat moodku buruk saja. Bagaimana kalo kita pergi sekarang?”

.

Yuri terkekeh dengan reaksi Sooyeon tentang Taeyeon. Tapi kemudian ia mengangguk. Mereka pun berjalan ke sisi yang berlawanam dengan area restroom dimana ada sebuah ruangan kecil yang sudah tak terpakai lagi.

.

Dengan hati-hati Yuri membantu Sooyeon agar dapat naik melewati jendela ruangan itu dimana jendela tersebut bersebrangan dengan jalan yang berada di luar area sekolah. Setelah Sooyeon berhasil keluar, Yuri pun menyusulnya. Keduanya melihat ke arah sekitar sebelum akhirnya segera pergi dari sana.

.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata melihat kejadian barusan. Meskipun sikapnya cuek, tapi kebingungan jelas terlihat dari wajahnya.

.

“Apa mereka baru saja membolos?”

.

.

.

.

—————————

.

“Apa kita akan pergi ke tempat biasa, Nyonya?”

.

“Tidak ahjussi. Kita ke Dongdaemun saja, aku ingin membeli sesuatu untuk Sooyeon dan Nayeon di butik langganan. Sebentar lagi ada acara ulang tahun perusahaan, pasti Daddynya berharap putri-putrinya terlihat cantik”, jelas Krystal.

.

“Ah, saya mengerti Nyonya. Baiklah, saya siap mengantar anda ke tempat tujuan”

.

Krystal tertawa kecil dan mengangguk.

.

Setiba di butik langganannya, ia disambut salah satu pegawai yang mengenalnya.

.
“Apa anda ingin membuat dress yang kembar, Nyonya?”, tanyanya sopan.

.

“Tidak Sunny-ssi. Kupikir putriku tidak suka dengan ide itu”, Krystal tertawa sembari membayangkan dua karakter putrinya yang bersebrangan. “Apa sudah ada rancangan baru dari designer Lee?”

.

“Ada beberapa Nyonya. Mari saya tunjukkan”

.

Cukup lama Krystal berada di dalam butik dan melihat-lihat design dress yang dia inginkan untuk kedua putrinya. Setelah puas, ia pun menyerahkan pilihannya pada pegawai bernama Sunny itu.

.

“Saya memilih dua design ini. Untuk dress ini tolong berwarna putih dengan aksen gold dan yang satunya berwarna pink dengan aksen putih”

.

Sunny mengangguk mengerti dan dia pun mengambilkan pesanan yang diminta oleh Krystal sebelum akhirnya Krystal membayarnya dan pergi meninggalkan butik langganan.

.

“Ahjussi, kita mampir ke kafe biasanya ya”

.

Sang supir menurut dan mobil pun pergi menuju tempat tujuan selanjutnya. Saat hendak masuk ke dalam kafe, seorang pria terburu-buru dan menyenggol Krystal. Beruntunglah Krystal segera berpegangan pada ganggang pintu kafe sehingga ia tidak terjatuh.

.

“Maafkan saya. Apa anda baik-baik saja?”, tanya pria itu.

.

Ahjussi Jang selaku supir pribadi Krystal segera turun dan menghampiri Nyonya besarnya. “Tidak apa-apa ahjussi”, ujar Krystal lalu menoleh ke arah pria itu.

.

Keheningan tercipta beberapa detik lamanya sebelum pria itu yang membuka suara. “Krystal-ssi?”

.

Krystal mendengar pria itu memanggil namanya. Tapi tatapannya kosong dan ia terlihat memikirkan sesuatu.

.

“Nyonya”

.

Suara Ahjussi Jang membuat Krystal tersadar lalu memandang ke arah pria itu dan mencoba tersenyum. “Ah, Hyoyeon-ssi. Tidak menyangka bertemu dengan anda disini”

.

Hyoyeon hanya mengangguk dan gesturenya seperti melihat ke arah sekeliling mereka. “Hmm sepertinya aku harus pergi sekarang”, ujarnya sembari melihat jam tangan.

.

Krystal dan Ahjussi Jang memberi jalan pada Hyoyeon agar bisa lewat. Setelah kepergian pria itu, peraaan Krystal tiba-tiba menjadi cemas dan tak menentu.

.

“Ahjussi, kita pulang saja. Aku takut Sooyeon dan Nayeon akan segera pulang”

.

.

.

.

.

***

.

.

Sepulang sekolah, seperti biasa Nayeon menunggu sang kakak di depan gerbang sekolahnya yang tak jauh dari Hanlim. Tapi sudah setengah jam lebih, tapi Sooyeon tak kunjung muncul disana.

.

Baru saja hendak menelpon Mommynya, mata Nayeon tak sengaja menangkap keberadaan Taeyeon. Namja itu sedang berjalan ke arah sebuah mobil dan Nayeon yakin itu adalah mobil jemputan Taeyeon.

.

“TAEYEON OPPAAA!!”

.

Ia segera berlari menghampiri Taeyeon. Namja itu tentu mengerutkan keningnya melihat gadis yang merupakan tetangganya itu.

.

“Apa Oppa melihat Unnieku?”, tanyanya tanpa memberikan jeda untuk Taeyeon bertanya lebih dulu.

.

“Aku tidak sekelas dengannya jadi aku tidak tahu”

.

Nayeon mengembungkan pipinya mendengar penjelasan Taeyeon. Kakaknya tidak memberi pesan apapun untuknya. Seharusnya gadis itu memberitahunya dan ia bisa meminta jemputan lebih cepat. Tatapannya lalu beralih ke mobil jemputan Taeyeon. “Kalo begitu, apa aku boleh ikut Oppa?”

.

Taeyeon mengangguk begitu saja karena melihat tatapan Nayeon. Ada perasaan bersalah karena ia berbohong. Sejujurnya ia melihat Sooyeon pergi tapi ia memilih tidak mengatakan apapun.

.

“Apa menyenangkan hari pertamamu Oppa?”, Nayeon mencoba membuka percakapan mereka sepanjang perjalanan.

.

“Hmm not bad”

.

“Aku jadi tidak sabaran untuk lulus dan masuk ke high school”, ujarnya dengan semangat.

.

“Hanlim?”

.

Nayeon menggeleng. “Aku tidak tertarik dengan segala yang berhubungan tentang art”

.

“Lalu?”

.

“Hmmm aku akan mengambil sekolah khusus yang memiliki asrama. Dan mempelajari pengetahuan eksakta”

.

“Why?”

.

“Because i want to be a doctor”

.

“Ah~~”, Taeyeon langsung mengangguk mengerti. “Aku yakin kau bisa”

.

Nayeon tersenyum mendengarnya. Namun tiba-tiba pandangannya mengarah ke luar jendela mobil dan melihat dua sosok yang dia kenal berjalan ke arah taman bermain. Taeyeon juga menyadari apa yang dilihat Taeyeon.

.

“Ahjussi tolong berhenti”, pinta Nayeon pada supir Taeyeon.

.

Mengerti maksud gadis itu, Taeyeon segera menahan pergelangan tangannya saat Nayeon hendak membuka pintu. “Mau kemana? Bukankah kau ingin pulang bersama denganku, Nayeon-ah?”

.

“Aku mau memanggil Sooyeon Unnie dan Yul Oppa lalu mengajak mereka pulang bersama. Apa kau keberatan, Oppa?”

.

Taeyeon menggeleng cepat. “Tidak. Hmm tapi sebaiknya kita pulang duluan saja. Mungkin mereka berdua ingin singgah sebentar di taman”, Taeyeon berusaha membujuk gadis itu.

.

Pikirannya kembali pada kejadian siang kemarin. Ia tidak yakin, tapi mencegah Nayeon untuk menghampiri keduanya jauh lebih baik daripada Nayeon melihat sesuatu yang sama dengan yang ia lihat kemarin.

.

“Please. Lagian aku ingin mampir beli ice cream. Kau mau kan?”

.

Akhirnya Nayeon mengangguk dan Taeyeon bernafas lega dalam senyumnya.

.

.

.

.

.

.

Helaan nafas lega terdengar dari Yuri. Sooyeon yang berada di sebelahnya hanya menahan tawanya.

.

“Wajahmu lucu sekali, Yul”, Sooyeon menggodanya. Wajah Yuri berkeringat dan terlihat pucat. Beberapa saat lalu mereka baru saja berlari sebelum berjalan ke arah taman.

.

“Khaa~~ kita hampir saja ketahuan oleh penjaga supermarket”, Yuri mendengus kesal. Setelahnya ia ikut tertawa kecil dan mengacak rambut Sooyeon dengan jail.

.

“ISH”

.

Yuri menyengir sebelum mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ia memberikan pada Sooyeon sebelum ia mengambil untuk dirinya sendiri. Nafas keduanya mulai tenang dan mereka menikmatinya dalam diam.

.

Selang berapa menit, Sooyeon mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam tasnya. Ia memperhatikan setiap lembar dengan baik dan membaca tulisannya sendiri.

.

“Kau akan memasukkan formulir itu hari ini?”, Yuri bersuara.

.

“Eoh. Aku akan mampir ke tempat pengiriman berkas sebelum pulang ke rumah”

.

“Idolamu tidak berubah sampai detik ini, huh?”, ujar Yuri sambil menyerahkan beberapa bungkus permen kesukaan Sooyeon.

.

Sooyeon menoleh ke arah Yuri sebelum kembali pada kertasnya. “Untuk saat ini, aku bilang tidak akan pernah. Dia salah satu designer favoritku, Yul. Meskipun aku belum pernah bertatap langsung dengannya. Tapi semoga dengan mengikuti ini, aku bisa bertemu dengannya”, jelas Sooyeon dengan wajah datarnya tapi terlihat sebuah senyuman di sudut bibirnya.

.

“Sebenarnya kau sudah bisa bertemu dengan idolamu dengan bantuan Daddymu. Atau mungkin saat ini, dia bisa menjadi designer khusus keluarga Im. Tapi kau justru melakukannya dengan caramu yang menurutku bukankah ini melelahkan?”

.

“Aku tertarik menikmati hasilku sendiri. Dan terima kasih kau sudah menemaniku selama ini”

.

“Jangan bicara seperti itu. Seharusnya aku yang berterima kasih. Aku tidak habis pikir orang sepertimu mau berteman dengan orang miskin—”

.

“Stop Yul. Bukankah kita sepakat tidak membicarakan status. Aku tidak punya apa-apa Yul. Semua itu punya orangtuaku”

.

Yuri menatap maaf dan Sooyeon pun mengangguk paham. Keduanya kembali tersenyum dan saat Sooyeon hendak membereskan lembaran kertas itu ke dalam amplop cokelat, Yuri membantunya.

.

“Kita harus pergi sekarang. Aku tidak ingin orang rumah curiga”, jelas Sooyeon.

.

Keduanya pun pergi dari taman. Yuri menemani Sooyeon ke tempat pengiriman berkas lalu mereka pun berpisah di persimpangan jalan menuju blok rumah keluarga Im. Sedangkan rumah Yuri terletak di beberapa blok dari sana dan berada di pinggiran perumahan elite.

.

.

.

.

.

———————————

.

Sebuah mobil audi berwarna hitam terparkir sempurna di depan restoran eropa yang terkenal di kawasan ini. Seorang wanita turun dari mobil didampingi seorang wanita lain yang terlihat muda di sebelahnya. Mereka pun berjalan masuk ke dalam restoran.

.

Sapaan terdengar dari beberapa pegawai restoran yang melihatnya datang. Ia tersenyum dan menghampiri seseorang yang merupakan manager dari restoran ini.

.

“Selamat datang Nyonya Tiffany”, sapanya.

.

Tiffany kembali tersenyum. “Apa Nyonya Seo sudah datang?”

.

“Beliau sedang dalam perjalanan. Mungkin sebentar lagi akan tiba. Apa anda ingin ke dalam sekarang? Ruang VVIP sudah kami sediakan”

.

Tiffany mengangguk. Setelah duduk di kursinya, sang manager pun meminta izin untuk keluar.

.

“Apa unnie gugup?”, tanya Hyejeong.

.

“Eoh. Jujur, aku hanya mendengar cerita tentangnya di Amerika. Tapi aku belum pernah bekerja sama dengannya”

.

“Dari beberapa rekanku, Nyonya Seo sangat baik dan ramah. Ia sangat profesional dan selalu menghargai partnernya. Kurasa unnie akan bekerja sama dengan baik bersamanya.

.

“Kuharap begitu”

.

.

Pintu ruangan terbuka dan masuklah sang manager diikuti dua orang di belakangnya, Seorang wanita dan pria. Tiffany dan Hyejeong langsung berdiri menyambutnya.

.

Wanita itu tampak tersenyum. Lalu ia bicara dengan pria yang berada di sebelahnya. Pria itu pun mengangguk dan meninggalkan ruangan bersama sang manager. Menyisakan tiga wanita di dalam ruangan ini.

.

“Senang bertemu dengan anda, Nyonya Seo”, sapa Tiffany ramah.

.

Seohyun tertawa kecil mendengar panggilan Tiffany untuknya. “Unnie terlalu formal. Lagian aku lebih muda darimu”, ungkapnya. “Panggil aja Seohyun atau Hyuni”

.

“Ah benarkah? Berarti aku cukup tua berada disini”, kekeh Tiffany.

.

“Unnie bisa saja. Kau tampak masih muda. Aku juga baru mengetahuinya saat sekretarisku membacakan profilmu di mobil tadi”

.

Suasana tampak cepat mencair. Keduanya mengobrol ringan dan Hyejeong cukup mendengarkan.

.

“Jadi, bagaimana kondisi agensi saat ini Hyejeong-ah? Apa kau sudah membawa Tiffany Unnie melihat seluruhnya?”

.

“Agensi tetap stabil dan Fany unnie sudah melihat semuanya, Nyonya Seo”

.

“Begitu. Terima kasih Hyejeong-ah”, ujar Seohyun. Ia pun segera mengeluarkan sebuah map dan memberikannya pada Tiffany. “Ini kontrak Unnie selama berada di Seoul. Terima kasih juga sudah bersedia datang dan menerima permintaanku”

.

“Aku senang melakukannya apalagi terlibat kerjasama dengan CEO muda berbakat sepertimu”

.

Seohyun tertawa lagi mendengarnya. “Unnie, jangan memujiku seperti itu. Aku yang senang, reputasi Unnie membuatku yakin dalam tahun ini agensi akan mengalami peningkatan” ujarnya.

.

“Ah iya, aku hampir lupa. Kuharap Unnie bisa mengunjungi tim produksi beberapa kali. Dalam minggu ini mereka mengadakan audisi dan memilih model yang akan menjadi brand ambassador untuk beberapa produk yang bekerja sama dengan agensi”

.

“Tentu saja, aku akan melakukannya”

.

Ketiganya tersenyum. Setelahnya, Seohyun mengambil gelas wine dan mengangkat gelas itu. Tiffany dan Hyejeong juga ikut melakukannya.

.

“Cheers, untuk kerjasama ini”

.

Tiffany dan Hyejeong mengangguk menanggapi ucapan Seohyun. Dan mereka bertiga pun melakukan cheers bersama.

.

.

.

.

.

TBC

———————————–

Tanda-tanda masalah muncul. kkkkkk

See you di ETERNITY

^_^

Annyeong!
.

.

by: J418

.

*bow*

136 thoughts on “LOVE ME THE SAME (2)”

  1. Gue jadi penasaran apa yg dilakukan sica dan yuri ditaman waktu taeyeon liat waktu itu 😐
    Dan ada apa dengan pasangan yoonkrys tentang sooyeon dan nayeon? 😥
    Trus ada cast baru nih, apa ya nanti hubungannya hyunie selain partner kerjanya Tiffany dan juga ada hyoyeon? 😣

    Like

  2. waduhhh sica sama yul bolos kwkwkkwkw
    tp gw penasaran knp yoong ngomong kyk gtu ke krys tentang sica sama nayeon
    makin penasaran gw kwkkw

    😉

    Like

  3. Banyak yg di bikin penasarannya. Sica sama yul di taman emg ngapain sampe taeyeon ngeliatnya kaget, trs ada apa sama yoonkrys kalo sica sama nayeon udah dewasa, trs hyo itu siapa, trs ada apa di balik kerjasama seo sama pany wkwk

    Like

  4. ‘Tdk bisa mempertahankan Sooyeon, msh ada waktu, kita berjuang bersama???’ Sebener’y masalah apa yg bikin YoonKrys berasa ketakutan gt, sikap krystal jg aneh pas ketemu Hyoyeon emg siapa dia??
    Taeyeon liat Sooyeon sma Yul lagi ngapain sih??
    Aduh jd bingung byk pertanyaan sama sikap aneh para cast tp pst saling berhubungan 1 sama lain tau sendirikan Thor J selalu bikin kejutan yg gk terduga

    Like

  5. Apa yang taeyeon lihat kemarin itu sooyeon? Kok malah jadi berantem..didepan ortu masing-masing lagi.. fyuuuuu~ badayyyy
    Lagi-lagi kesemsem sama Krystal,yang selalu redain amarah sang suami, beruntungnya Yoong..
    Geli-geli lihat taeyeon kena semprot..hahahahaha punya ortu beda karakter..
    But apa maksud yoong tidak bisa mempertahankan sooyeon?? Halahhh mosok badai lagiii..
    Faiting..lanjuuut

    Like

  6. Terkadang q hern dan smpai di chap 6 bac belum ketemu ap alasannya.. kenapa sooyeon kayak benci sama yoong? Eh, bikan benci juga tapi kurang nyaman… apa karna ortu yoong hg nggak suka soyeon atau bagaimana. Kayaknya yoong si sayang, itu pasti. Cum, kenapa hubungan nya dgn soyeon nggak baik… kenapa thor? Wkwkwkwkwk

    Like

  7. Yulsic bandel bat yawohhh ,
    Trus si sooyeon kalo udah gede emg knp? Dan knp sooyeon kaya agak kurang nyaman sm yoong? penasarannnn

    Like

Leave a comment