SERIES, WHY?

WHY (3)

1471669406314

 

Tittle                : WHY?

Cast                 : Kim Taeyeon

Kwon Yuri

Tiffany Hwang

Jessica Jung

Im Yoong

Seo Juhyun

And the others

Genre              : Gender Bender, Drama, Romance, Mature, BitterSweet

Credit Pic by K.Rihyo

 

Series

Copyright © royalfams418.2016. Allright Reserved

This is just my imagination & don’t copy paste without permission

——————————————————————–

.

.

Part 3

.

.

I don’t feel anything

.

But…

My eyes can’t take of you

.

WHY?

.

.

.

NOTE: Buat readers yang nungguin ETERNITY, silahkan baca catatan diakhir setelah tbc untuk clue permintaan password ^^

——————————-

.

.

.

“Oh my god”

.

Tiffany terbangun dari tidurnya secara mendadak. Taeyeon yang berada disampingnya ikut terkejut. Namja imut itu menoleh ke arah gadisnya yang terlihat mengambil ponsel lalu seperti menghubungi seseorang.

.

“Aish, tidak diangkat”

.

“Ada apa?”, tanya Taeyeon bingung dan kepalanya sedikit pusing akibat mabuk semalam.

.

“Yah! Jessi pasti akan sangat marah. Ini gara-garamu TaeTae. Jika kau tidak mabuk, kita tidak akan berakhir disini dan ketiduran”, dumelnya seraya berdiri dan bersiap-siap. Tak lupa ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 4 pagi.

.

Mendengar ucapan Tiffany, Taeyeon langsung menepuk jidatnya, Ia baru ingat kalo Tiffany datang bersama Jessica semalam. Jika itu Yuri dan Yoong, Taeyeon tidak akan peduli tapi ini Jessica. Meskipun sudah 1 tahun datang kemari, Jessica tidak memiliki banyak teman. Jika pun ada, itu tidak akan sampai 5 jari.

.

Keduanya keluar dari kamar dan langsung turun menuju lantai 1. Disana masih ada beberapa orang yang sedang menikmati pesta, sebagian lagi sudah pulang atau ada juga yang tergeletak begitu saja di lantai atau sofa karena kelelahan.

.

Tiffany segera ke arah parkiran dan melihat bahwa mobil Jessica masih ada disana. Ia berlari untuk melihat ke dalam mobil tapi hasilnya nihil.

.

“Tidak ada”, ujar Tiffany dan Taeyeon masih memastikan ke dalam mobil dari luar kaca jendela.

.

“Mungkin Sica pulang naik taksi”

.

Tiffany menggeleng. “Tidak mungkin. Dia paling antipati terhadap transportasi publik”, jelasnya. Gadis itu sekali lagi meraih ponsel dan menghubungi Jessica tetapi tetap saja tidak diangkat.

.

“Bagaimana ini Tae?”, ia mulai kelihatan panik.

.

“Wait”, Taeyeon mengambil ponsel di sakunya. Ia seperti ingin menghubungi seseorang tetapi alisnya bertautan.

.

“Huh? New message?” batinya.

.

Sambil menunggu Taeyeon mengecek ponselnya, Tiffany kembali menghubungi Jessica.

.

Tak berapa lama, Taeyeon mengantongi lagi ponselnya lalu menarik Tiffany masuk ke dalam rumah Steve. “YAH! Kenapa masuk lagi?”, protesnya.

.

“Mengambil kunci mobil Sica”

.

“Huh?”

.

Tiffany terlihat bingung tapi Taeyeon tak menjawab lagi. Sesampai di dalam rumah, Taeyeon menemui seorang namja yang tengah tertidur di sofa dengan beberapa botol bir yang ada di dekatnya.

.

Taeyeon memeriksa saku baju namja itu dan ia menemukan apa yang dicari. Hal itu tentu saja membuat Tiffany terkejut karena ia tahu betul bahwa itu kunci mobil Jessica.

.

“Ke…Kenapa ada padanya?”

.

Taeyeon malah tersenyum lalu menarik tangan Tiffany lagi untuk keluar. “Sica baik-baik saja. Sebaiknya kita pulang membawa mobilnya dan menunggu di apartemen”

.

“Tunggu. Apa maksudmu, Tae?”

.

Gadis itu terlihat kesal karena Taeyeon terlalu santai. Tidak seperti dirinya yang sedari tadi panik karena tidak mengetahui keberadaan Jessica.

.

“Tenanglah sayang, Sica bersama Yuri. Yuri akan mengantarnya pulang”

.

.

“APAAAAA??”

.

.

.

.

.

.

——————————–

.

Mata indahnya mulai terbuka perlahan, mencoba menyesuaikan dengan terangnya lampu yang berada di ruangan ini.

.

“Ngghhh”

.

Semakin lama semakin terlihat jelas. Pandangannya kini tertuju ke sekeliling ruangan sebelum akhirnya dia tersentak karena keberadaan dirinya di tempat asing. Dengan cepat ia memeriksa bagian tubuhnya dan bernafas lega ketika mendapati pakaiannya masih utuh. Sama seperti sebelumnya.

.

“Tenanglah, aku tidak berbuat macam-macam”

.

Sebuah suara di ambang pintu menyadarkannya. Matanya membulat begitu melihat siapa yang ada bersamanya.

.

“Kau???”

.

“Ya, ini aku. Kwon Yuri”, suaranya terdengar tenang. Ia membawa sebuah nampan berisi minuman dan sup hangat, menghampiri Jessica.

.

“Ini obat untuk memulihkan kondisimu. Lalu makanlah ini untuk menghangatkan perutmu. Semalam kau pingsan dan aku membawamu kemari. Dokter sudah memeriksa dan beliau mengatakan kau kelelahan hingga anemiamu kambuh”

.

“Awwww”

.

Ia berniat turun dari tempat tidur, tapi kepalanya masih sedikit pusing.

.

“Lepas”

.

Ia menghempaskan tangan Yuri yang baru saja memegang pundaknya. “Ouch, kau masih kasar padaku, Jessica? Padahal aku yang menolongmu”, ucapnya disertai wajahnya yang dibuat sedih.

.

“Aku tidak berniat ditolong oleh pria mesum sepertimu”

.

Jessica kembali mencoba untuk turun dari tempat tidur dengan sedikit kelimpungan dan Yuri segera menahan tubuh Jessica agar tidak jatuh. “Kau gadis aneh yang pertama kali aku temui dan juga keras kepala”, ujarnya. “Duduklah”, kali ini suaranya tegas dan ia memegang kedua bahu Jessica dan membuatnya duduk di pinggir ranjang.

.

“Aku akan mengantarmu pulang jika kau menghabiskan sup ini dan meminum obat yang dokter berikan”, ujar Yuri lagi.

.

Jessica tidak peduli. Ia berdiri lagi namun Yuri menahannya. “Kau tidak akan pergi kemana-mana sebelum kau menghabiskan ini”

.

“Tidak. Aku tidak akan mau!”

.

Yuri menghela nafasnya melihat sikap Jessica. Gadis aneh yang bersikap antipati terhadapnya. “Baiklah jika itu maumu. Tapi jangan salahkan aku jika kunci kamar hotel ini tidak akan aku berikan. Aku sudah menyewa kamar ini semalam hanya untuk menunggumu sadar tapi kau bersikap seperti itu”

.

Setelah mengatakan hal itu, Yuri berbalik dan menuju kamar mandi. Ruangan kembali hening. Jessica terdiam diatas ranjang dan memandang nampan yang Yuri bawa tadi. Entah kenapa, untuk pertama kalinya ada sebuah perasaan terluka dalam dirinya atas sikapnya terhadap Yuri.

.

“Apa aku keterlaluan?” pikirnya. “Tidak-tidak”

.

Jessica menggelengkan kepalanya. “Dia tetap pria mesum yang aku temui dua hari lalu dan pria menyebalkan yang pernah kulihat”

.

.

.

.

“Kyaaaaaa. Kau dengar beritanya? Yuri kembali. Dia kembali ke sekolah ini”, seorang siswi berteriak senang kepada temannya. Mereka berbicara di depan wastafel sembari membenahi make up tanpa menyadari seseorang ada di dalam restroom.

.

“Tapi Yuri tetap berada di tahun kedua. Padahal aku berharap tahun ini sekelas dengannya”, sambung temannya.

.

“Hmmm dia menghilang satu tahun sebelum akhirnya kembali. Apa kau mendengar gosip yang beredar?”

.

“Ya aku mendengarnya. Dia terlibat perkelahian besar di sebuah klub gara-gara seorang wanita. Kudengar dia seorang model. Polisi sampai datang ke tempat kejadian dan mungkin karena masalah itu, Yuri memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah setahun lalu”

.

“Aku penasaran, seperti apa wanita itu hingga membuat Yuri berkelahi”

.

“Aku tidak peduli soal itu. Yuri memang tampan dan tidak ada satupun yeoja yang menolak pesona. Seluruh siswi Liivtt menyukainya dan beberapa dari mereka sudah berkencan dengan Yuri walau hanya one night stand”

.

“Aaahhh, aku berharap aku salah satunya”

.

Gadis itu tertawa, disusul temannya yang ikut tertawa. “Hahahaha, yeah. Mungkin semua gadis memiliki keinginan yang sama”

.

.

.

Braaakkk…

.

Pintu kamar hotel terbuka sedikit kasar dan membuat Jessica tersadar dari lamunannya. Dari balik pintu, muncullah dua sosok yang ia kenal. Jessica tersenyum lega begitupun dengan seorang yeoja yang menghampirinya lalu memeluknya.

.

“Syukurlah Jessi, kau tidak apa-apa”

.

.

.

.

.

.

Yuri keluar dari kamar mandi dengan semerbak harum sabun yang masih menempel di tubuhnya yang segar. Ia hanya mengenakan celana jeans dan kaos putih. Matanya menyipit begitu melihat seseorang yang dikenalnya dengan sangat baik.

.

“Taeyeon?”, nadanya terdengar surprise.

.

Sosok yang dipanggil menolehkan pandangannya dari layar tv ke arah Yuri. Ia melambaikan tangan lalu kembali fokus ke layar tv.

.

“Jika kau mencari Sica, dia sudah pulang bersama Tiffany. Aku tidak bisa mencegahnya karena Tiffany terlalu mengkhawatirkan Sica terlebih saat dia tahu bahwa kau yang bersamanya. Jadi kami kemari”, jelas Taeyeon sembari menonton.

.

Tak lama, Yuri duduk di samping namja itu dan meminum kopi hangat milik Taeyeon. “Syukurlah, jika dia sudah pulang dengan orang yang tepat”, jawab Yuri tenang dan ikut menonton.

.

Taeyeon justru menoleh ke arah Yuri tanpa Yuri balas menoleh. Taeyeon menautkan alisnya. “Kau bukan seperti Kwon Yuri yang kukenal”

.

Yuri terkekeh dengan ucapan Taeyeon. Akhirnya ia memandang namja itu. “Apa ada yang salah?”

.

“No”, balas Taeyeon. “Hanya sedikit aneh”, lanjut Taeyeon.

.

Yuri mengendikkan bahunya. Tak lama, ia berdiri dan mengambil kunci yang berada di meja kecil. “Aku sudah mau pergi Taeng. Kau ikut? Atau kau bisa menyusul. Jam check out masih lama.”

.

“Mau kemana?” Taeyeon melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 5.30 pagi

.

“Bertemu Yoong. Ada yang harus aku bicarakan dengannya”

.

“Sepagi ini? Bukankah kita akan bertemu dengannya di sekolah nanti?”

.

“Ada yang ingin kuselesaikan. Kau ikut?”, tawar Yuri lagi.

.

“Apa kau bergabung lagi, Yul?”, tanya Taeyeon dan Yuri mengangguk. Tak lama Taeyeon mematikan tv dan berdiri seraya mengambil jaketnya.

.

“Yasudah, aku ikut denganmu saja”

.

“Okay. Lets go”

.

.

.

.

.

***

.

.

Tiffany terbangun dari tidurnya. 1 jam sudah cukup membuat istirahatnya menjadi berarti setelah malam yang panjang bersama Taeyeon dan juga insiden pingsannya Jessica. Gadis itu keluar dari kamarnya dan mengecek sesuatu di dapur. Setelah beberapa saat berpikir, ia pun memutuskan untuk membuat dua gelas susu dan french toast untuknya dan Jessica.

.

Tak membutuhkan waktu lama, sarapan siap disajikan. Ia mulai menikmati sarapannya dan tepat pukul 7, Tiffany pun bersiap ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sebelum itu, ia meninggalkan sebuah note kecil di kulkas untuk Jessica.

.

To: Jessie

Jangan lupa sarapan dan minum obatmu, miss genius!

Love, Tiffy

.

.

Seperti biasanya, Tiffany akan pergi ke sekolah dengan menggunakan bis. Ia duduk di pojokan belakang seraya mendengarkan musik dari ponselnya dan memasang sebuah headset.

.

.

“Hai Fany”

.

Suara Joy mengagetkannya begitu ia turun dari bis. Joy baru saja keluar dari mobil sang kekasih yang mengantarnya ke sekolah.

.

“Hai Joy”, sapanya sambil tersenyum.

.

Keduanya berjalan memasuki gerbang Liivtt dengan Joy mengapit lengannya di lengan Tiffany. “Kau semalam tidak datang ke party. Its no fun without you, sweety”

.

“Yeah, aku tidak bisa karena ada urusan mendadak”, timpal Tiffany.

.

“Kutebak, kau sudah tahu kembalinya Yuri ke sekolah terlebih dia sahabat Taeyeon. Akhirnya dia kembali lagi” ujar Joy senang.

.

“Yeah. He’s back. So?”

.

“Oh ayolah Fany-ah, kau tahu kan jika Yuri pria ter-hot dimataku. Setidaknya tanyakan pada Taeyeon, nomor ponselnya yang baru”, bujuk Joy.

.

Tiffany mengerutkan hidungnya, lalu memandang temannya itu seraya memutar bola matanya. “Jika soal Yuri, aku tidak akan ikut campur. Kau bisa menanyakan hal itu pada Taeyeon atau langsung meminta pada Yuri”

.

“Kau satu-satunya siswi di sekolah ini yang tidak menyukainya”, Joy terkekeh dengan sikap Tiffany. Ia tahu jika Tiffany sangat sensitif dengan namja bernama Yuri.

.

“Yes. Dan aku bersyukur akan hal itu”

.

“Okay, okay. I know sweety”

.

Keduanya berjalan menuju kelas sembari mengobrol. Saat melewati kelas lain, tak sengaja mereka melihat kerumunan siswi-siswi di koridor dan hanya satu namja yang berada disana.

.

“Kurasa Yuri akan punya saingan dalam soal kepopuleran”, komentar Joy sambil melewati kerumunan itu bersama Tiffany yang seolah tak peduli dengan murid baru yang notabene adalah seorang member band terkenal seantero Atlanta.

.

“Pria yang suka mencari kepopuleran menurutku hanyalah pria-pria yang haus kasih sayang”, ujar Tiffany datar.

.

“Yeah i know. Dan itu pendapatmu”, kekeh Joy lagi.

.

Mereka pun melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

.

.

.

.

.

———————————

.

“Ada apa Unnie? Tumben kau tidak semangat”

.

Jessica meletakkan kepalanya di atas meja dan menutupi wajahnya dengan sebuah buku. Seohyun yang baru saja masuk ke dalam kelas dibuat heran oleh tingkahnya.

.

“Nothing. Anemiaku kambuh, jadi aku sedikit membutuhkan tidur tambahan”, balas Jessica pelan.

.

“Kau terlalu sibuk dengan para kekasihmu di perpustakaan, Unnie. Setidaknya istirahatlah, aku tahu kau bisa memenangkan olimpiade science se-Atlanta. Bagaimana bisa miss genius Liivtt bisa dikalahkan?”, goda Seohyun.

.

“Oh shut up, Hyuni”

.

Seohyun tertawa puas menanggapinya.

.

Beberapa saat kemudian, pelajaran dimulai. Namun selama itu, konsentrasi Jessica sedikit buyar karena kondisinya. Gadis itu tidak menyadari, bahwa sedari tadi sepasang mata memandangnya selama pelajaran berlangsung.

.

Saat jam makan siang, seperti biasa ia pergi seorang diri dengan membawa buku tebalnya. Tapi kali ini tidak ke kafetaria dan memilih ke taman sekolah dengan sebuah kotak makan siang di tangan kirinya.

.

“Oh, sorry”, Jessica terkejut saat hendak duduk di sebuah bangku kosong. Dari kejauhan, dia sudah menargetkan untuk duduk disana. Tapi ia terlambat beberapa detik saat seorang namja datang dari arah berlawanan dan duduk lebih dulu di bangku tersebut.

.

Namja itu berdiri dan tersenyum. “Kau mau duduk?”, tanyanya sopan.

.

“Hmmm, sepertinya tidak perlu. Aku akan mencari bangku lain”

.

Jessica sudah berbalik badan namun sebuah tangan menghentikannya. “Tunggu”, ujar namja itu lalu berdiri di hadapan Jessica. Ia memandang Jessica dengan seksama sebelum tersenyum sekali lagi.

.

“Kau Jessica, bukan?” ujarnya. “Aku Erick, murid baru disini. Kau tidak mengingatku? Semalam kita bertemu di pesta, hmmm Steve?”, ucapnya lagi dengan sedikit ragu.

.

Jessica memutar kembali memorinya dan akhirnya dia mengingat namja ini. Ia hampir saja berkenalan dengan namja dihadapannya ini jika saja semalam Kwon Yuri tidak menginterupsi pembicaraan mereka.

.

“Ah, aku mengingatnya”

.

Erick tetap tersenyum lalu ia mengulurkan tangannya. “Senang bertemu denganmu lagi Jessica. Sepertinya perkenalan semalam sedikit terganggu. Aku tidak menyangka kau murid di Liivtt”

.

Jessica balas tersenyum. “Nice to meet you too, Erick”, balasnya sopan.

.

Suasana setelahnya sedikit canggung. Erick tampak mencari suatu topik, beruntunglah ia melihat kotak makanan yang berada di tangan Jessica. “Kau bisa makan disini, hmmm Jess or Sica?”

.

“Up to you”

.

“Okay, i prefer Jess”, jelas Erick lalu mempersilahkan Jessica duduk di bangku tersebut disusul Erick yang duduk disebelahnya.

.

.

.

.

.

***

.

.

Sepulang sekolah, Yuri kembali ke asrama dan mengendarai mobil kesayangan ayahnya. Butuh waktu 45 menit untuk dirinya sampai di sebuah area lapang dimana terdapat sebuah lintasan. Yuri turun dari mobil dan berjalan menuju salah satu ruangan bertuliskan Youngstar.

.

Saat masuk, seorang namja yang sangat dikenalnya menyambut kedatangan Yuri. “Oh my bro. Akhirnya kau datang Yul”, sapa Yoong dengan senang. “Aku sudah berbicara dengan manager team, sekarang beliau menunggumu di tempat biasa. Take your time dan see you Yul”

.

“Thanks Yoong”

.

Yuri keluar ruangan dan memasuki sebuah koridor dan terus berjalan hingga menuju ujung koridor yang bercahaya akibat silaunya sinar matahari. Ia melewati itu dan sampailah di sebuah tribun dimana kursi-kursi penonton berada.

.

Seorang pria berumur 40 tahunan mengenakan pakaian formal dan sedang bersandar di pinggir pembatas tribun seraya melihat beberapa motor yang sedang melewati lintasan balap.

.

“Sir”, sapa Yuri dan pria itu menoleh.

.

“Oh. Hai Yul”, balasnya riang lalu merangkul Yuri. “Senang melihatmu lagi”, ujarnya sambil tersenyum.

.

“Terima kasih Sir, aku sudah mendengarnya dari Yoong”

.

“Ah, soal itu. Kemarilah”

.

Keduanya duduk di salah satu kursi tribun dan pria itu memandang Yuri seksama sebelum akhirnya bersuara lagi. “Yoong sudah mengatakan keinginanmu padaku. Sejujurnya aku sangat senang kau mau kembali ke tim ini. Tapi apa kau yakin? Maksudku kau sudah setahun tak menyentuh dunia ini”

.

“Maaf jika aku meninggalkan tim tanpa sebuah alasan, Sir. Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi sekarang aku seratus persen yakin untuk kembali dan membela tim ini. Membawa kemenangan untuk Youngstar”

.

Pria itu tersenyum. “Aku senang dengan sikap optimismu itu Yul. Terima kasih”

.

“Lalu, bagaimana keputusannya Sir?”

.

Pria itu mengalihkan pandangannya ke arah sirkuit dan terlihat larut dalam pemikirannya. Yuri yang duduk disampingnya tak bisa menyembunyikan perasaan gugup sekaligus perasaan berharapnya akan jawaban sang manajer tim.

.

“Aku tidak tahu tentang permasalahanmu Yul”, pria itu memandangnya lagi. “Persoalan pribadi ataupun bukan, aku berharap itu tidak mempengaruhi selama di lintasan”

.

Yuri mulai senang mendengarnya. Harapannya mulai terbesit dan dengan sedikit ragu, ia bersuara. “Jadi, apa aku—”

.

“Ya, kau bisa kembali lagi ke tim ini. Bawalah kemenanganmu untuk Youngstar”, jelas pria itu tanpa membiarkan Yuri menyelesaikan pertanyaannya. Sontak, Yuri tersenyum lebar dan mengepalkan tangannya meninju udara. Ia terlihat sangat senang lalu memeluk pria itu.

.

“Thank you, Sir. Thank you for give me an opportunity”

.

.

“YAH! Kwon Yuri. Kau terlalu lama. Kemarilah dan tunggangi jagoanmu lagi”

.

Suara seseorang terdengar ditelinganya. Yuri langsung memandang ke arah pinggir lintasan tepatnya pit-stop yang tak berada jauh dari sana. “Kemarilah, jagoan ini sudah merindukanmu”, ujar orang itu yang tak lain adalah Yoong saat menunjukkan sebuah motor balap berwarna merah hitam yang berada disebelahnya.

.

“Pergilah. Temui rekanmu itu, dia pasti juga sudah merindukan balapan bersamamu Yul”, ujar sang manajer.

.

“Thank you, Sir. Thank you”, Yuri tak bisa menghentikan perasaan bahagianya.

.

Ia segera berlari menuruni tangga dan keluar menuju pintu yang mengarah ke lintasan. Tak berapa lama, sang manajer tersenyum melihat Yuri dan Yoong melakukan highfive dan keduanya pun masuk ke lintasan untuk sesi latihan dengan menunggangi jagoan mereka masing-masing.

.

.

.

“Bagaimana?”

.

Yuri menoleh ke arah Yoong yang baru saja memberhentikan motornya. Mereka duduk di atas sang jagoan dengan memandang ke arah lintasan. Satu jam sesi latihan, sudah cukup membuat wajah Yuri tersenyum lebar.

.

“Tidak ada yang menyenangkan selain berada disini”, Yuri menyengir.

.

Yoong ikut terkekeh melihat kelakuan temannya itu lalu merentangkan kedua tangannya dan berteriak. “Welcome back my partnerrrrrrrrrr!!!”

.

“Lets win, Yoong”

.

Keduanya saling menoleh dan tertawa setelahnya karena kelakuan mereka barusan.

.

“Senang melihatmu kembali, Yul” Yoong mengulurkan tangannya yang terkepal dan Yuri meninju tangan itu cukup kuat. Tos yang biasanya mereka lakukan sebelum bertanding.

.

“Thanks Yoong”

.

.

.

.

.

——————————-

.

Jessica memutar bolanya matanya sebal begitu masuk ke dalam apartemen dan disuguhi pemandangan yang memuakkan untuknya. Apa lagi jika buka Taeyeon dan Tiffany yang tengah bercumbu di sofa yang berada di ruang tamu tanpa sadar pintu apartemen terbuka.

.

“Seharusnya aku sudah membunuh mereka semalam tapi takdir belum mengizinkan”, dumel Jessica dalam hati.

.

Ia melepas sepatunya dan memakai slipper kesayangan sebelum menuju dapur untuk mengambil air minum. Sekembalinya dari dapur, Tiffany dan Taeyeon masih melakukan hal yang sama. Jessica dengan cuek, duduk di salah satu sofa dan mengambil remote tv sambil meneguk minumannya.

.

“Jika kalian lapar, makanlah makanan yang bergizi. Its better than this, eating each other face”, ujarnya datar seraya menatap layar tv.

.

Taeyeon segera menjauhkan diri dari Tiffany yang berada di pangkuannya. Namja imut itu merapikan kemejanya sebelum menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

.

“Hai Sica”, sapa Taeyeon dengan wajahnya yang memerah dan Jessica hanya berdehem. Ia lebih tertarik melihat layar televisi.

.

Tiffany yang tidak peduli dengan ejekan Jessica, justru berdiri dan mengambil sesuatu dari dapur. Dua botol minuman dan buah-buahan segar yang sudah terpotong rapi lalu meletakkan di meja.

.

“Tumben, kau baru jam segini pulang. Apa ada tugas dari mentormu lagi, Jessi?”

.

“Tidak. Hanya bertemu seorang teman”

.

“Teman?” Tiffany mengernyitkan dahinya. “Maksudmu Seohyun, teman sebangkumu itu?”

.

“Bukan. Aku barus saja pergi bersama Erick”

.

Taeyeon yang sedang minum langsung tersedak begitu Jessica mengatakan hal itu. Ia memandang Jessica dengan tatapan tak percaya sedangkan Tiffany terlihat biasa saja.

.

“Erick?? Siswa baru itu?”

.

“Eoh”

.

Taeyeon menoleh ke arah Tiffany, tapi gadis itu terlihat tak terkejut sama sekali.

.

“Jadi kau berteman dengan Erick?”

.

“Tidak juga. Baru berkenalan dengannya, dan yeah.. dia cukup menyenangkan”

.

“Its a good. Aku lebih menyukaimu yang mencoba bersosialiasi ketimbang berpacaran dengan para kekasihmu yang terjajar rapi di perpustakaan atau toko buku”, timpal Tiffany.

.

“Thanks bestie, untuk pujiannya”, balasnya.

.

“Yeah, sebaiknya kau jangan terlalu konservatif. Banyak hal menyenangkan di dunia ini? Bukan begitu TaeTae?”, Tiffany memandang kekasihnya dan mengedipkan mata kanannya sebelum menggigit bibir bawahnya dengan seksi. Hal itu tentu membuat Taeyeon menelan ludahnya susah.

.

“Sepertinya ponselku ada di tas”, Taeyeon segera berdiri dan masuk ke dalam kamar Tiffany untuk mengambil ponselnya.

.

Tiffany tertawa puas. Ia lalu memandang Jessica dan tersenyum sembari mengecup pipi gadis itu. “Senang mendengarnya, Jessi. Jika kau butuh ketenaran untuk mengalahkanku, pacari saja Erick. NES sangat terkenal di Atlanta”, kekeh Tiffany.

.

“Dan semua fansnya akan mengincarku. No, thanks”

.

“You are no fun, Jess. But, try it. Maybe he is the right one for you. Erick? Not bad, dia cukup hot untuk seorang vokalis band”

.

Tiffany tertawa kecil sebelum akhirnya menyusul Taeyeon ke dalam kamar. Di sisi lain, Jessica mengumpat.

.

“She’s such a slut”, umpatnya untuk Tiffany lalu terkekeh.

.

.

.

“Apa benar Sica baru saja pergi bersama Erick?”, tanya Taeyeon saat melihat Tiffany masuk ke dalam kamar.

.

“Kurasa iya. Jessi tak pernah berbohong dan merahasiakan apapun dariku. Kau kenapa?”

.

Taeyeon menggeleng pelan. “Hanya khawatir. Biasanya vokalis band sangat brengs*k”

.

“Bukankah Yuri lebih brengs*k?”

.

“Ya~~ kenapa tiba-tiba Yul ada dalam pembahasan ini”, protesnya.

.

Tiffany mengangkat bahunya cuek. “Entahlah. Aku hanya teringat padanya saat kau mengatakan kata brengs*k. Itu lebih tepat untuknya”

.

“Kau terlalu termakan gosip yang beredar, sayang”, Taeyeon sedikit membela Yuri.

.

“Aku juga melihat kenyataan, Tae. Ya, mungkin benar. Kau jauh lebih tahu Yuri dibanding aku. Tapi aku berharap kau tidak sama sepertinya”

.

Taeyeon akhirnya menyengir lalu menarik tangan Tiffany hingga gadis itu duduk di pangkuannya. Mereka kini saling bertatapan dipinggir tempat tidur. “Tenang saja, aku berbeda darinya. I’m hot as your wish”, Taeyeon menyengir lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Tiffany sebelum Tiffany menahannya dengan telapak tangannya.

.

“Pulanglah. Sica akan membunuh kita jika dia mendengar suara desahan. Moodnya sedang tidak baik, dan aku juga”

.

“Why?”, protes Taeyeon.

.

“Moodku untuk bercinta denganmu sudah rusak karena namja bernama Kwon Yuri”

.

“Tapi kan kau yang membahasnya, Phany-ah”

.

“Karena itulah, aku tidak mood”, Tiffany menjauhkan dirinya dan berdiri dari pangkuan Taeyeon. “See you tomorrow, TaeTae. Be careful on your way. Nite”, Tiffany mengecup bibir Taeyeon sebelum ia menuju kamar mandi untuk membersihkan wajah dan melakukan beberapa hal sebelum berlabuh di kasurnya yang empuk.

.

Taeyeon mendengus kesal. “Aish, ini gara-gara kau Yul”, batinnya.

.

.

.

.

.

——————————-

.

Hari ini, Jessica tidak masuk ke dalam kelas. Hal itu membuat Seohyun kesepian karena teman sebangkunya itu sedang melakukan debat bersama siswa/i yang tergabung dalam klub science. Gadis itu pun memilih berjalan di sekitar sekolah setelah menikmati makan siangnya.

.

Saat tiba di jajaran kelas para siswa/i tahun ketiga, Seohyun terlihat ragu untuk melewati koridor itu. Pasalnya ia tak pernah sendiri, kalaupun lewat daerah sini, pasti bersama Jessica karena gadis itu akan menemani Jessica menemui ketua klub science yang merupakan siswa tahun ketiga.

.

Seohyun menoleh ke belakang. Jika ia kembali melewati jalan sebelumnya, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali ke kelas karena ia harus memutar melewati lapangan baseball. Akhirnya, gadis itu menghela nafas dan mulai mengatur nafasnya tenang.

.

Seohyun memilih melewati jajaran kelas para siswa/i tahun ketiga. Dalam hati, ia menggumamkan sesuatu dan hanya dia dan Tuhan yang tahu.

.

.

“Yoong, apa kau akan datang ke party ulang tahunku?”

.

Seorang siswi tampak menempel mesra pada Yoong. Keduanya sedang berdiri di koridor depan kelas Yoong. Seohyun menghentikan langkahnya begitu melihat kejadian itu. Wajahnya terlihat antara terkejut tapi juga senang karena tatapannya tepat menuju ke arah Yoong.

.

“Oh my god. Bagaimana ini?? Dia ada di depan kelasnya”, hatinya menjerit panik.

.

“Akan kuusahakan, Rose. Kau tahu? Jadwal latihanku mulai padat minggu ini”, jawab Yoong pada gadis itu.

.

“Its okay. Tapi aku berharap kau bisa datang, Yoong. Kau juga boleh membawa teman-temanmu”

.

“Okay. Terima kasih atas undangannya”

.

Gadis itu tersenyum lalu mengecup pipi Yoong dan berlalu pergi. Seohyun hendak berbalik. Ia baru saja memutuskan, lebih baik memutar jauh daripada harus bertemu dengan—

.

“Hey”, sebuah suara menyapa.

.

Seohyun memberanikan diri mengangkat wajahnya. Namun, perasaannya lega seakan sebuah beban besar terangkat dari pundaknya.

.

“Hey”

.

“Kau tidak ke kafetaria?” ujar seorang namja yang lewat disana dan menyapa Yoong.

.

“Tidak. Aku sedang tidak berminat kesana”

.

Taaakk

.

.

Sebuah suara benda jatuh menginterupsi pembicaraan mereka. Keduanya menoleh dan melihat sebuah ponsel terjatuh ke lantai dan sang pemilik hendak mengambilnya. Yoong yang melihat itu, justru segera menghampiri orang tersebut dan membantunya.

.

“Ini”, ujar Yoong.

.

Tapi suasana hening. Tak ada satupun kalimat yang keluar dari pemilik ponsel itu. Ia seperti membeku di tempat dan Yoong yang tidak menyadari hal itu justru menepuk pundak orang tersebut. Menyadarkan sang pemilik ponsel dari lamunannya.

.

“Ini ponselmu”

.

“Te….terima…kasih” balasnya dan segera berlari menjauh dari sana. Meninggalkan Yoong yang keheranan sedangkan teman Yoong melihat kejadian itu dengan tatapan bingung.

.

“Kau mengenalnya?”

.

Yoong menggeleng. “Tidak. Mungkin dia siswi di bawah kita”

.

.

Di tempat lain, seseorang berdiri di balik tembok dan memegang dadanya yang berdebar tak karuan dengan nafasnya yang tersengal seraya menggenggam ponselnya.

.

.

“Huft, sadarlah Seo Juhyun. Dia hanya menolongmu karena ponsel ini terjatuh”

.

.

.

.

.

——————————–

.

“Minggir”

.

“Kau masih terlihat sama, jutek seperti biasanya. Tapi aku senang, setidaknya itu berarti kau sudah baikan dan anemiamu sembuh”

.

Ia mengentakkan kakinya ke lantai dengan kesal. Sepulang dari debat yang menguras tenaga dan pikirannya, kini dia kembali terlibat debat dengan namja yang paling ingin dihindarinya. Jessica tidak peduli dengan urusan orang lain, tapi mungkin juga dia mulai terpengaruh dengan gosip yang beredar tentang namja ini.

.

“Berhentilah mengangguku”

.

“Mengganggu? Aku tidak mengganggumu, Sica. Kebetulan saja kita bertemu di persimpangan lab dan aku ingin menuju ke kelas. Bukankah kau juga begitu? Jangan lupa, kita berada di kelas yang sama. Itu artinya arah kita sama”

.

“Sica? Kau memanggilku apa? Sica?”

.

“Yeah, Sica. Aku mendengar Taeyeon memanggilmu seperti itu. Tidak ada salahnya jika aku memanggilmu Sica juga”

.

“Masalah. Itu masalah buatku karena aku tidak terima pria mesum sepertimu memanggilku dengan sebutan itu!”

.

“Bukankah Taeyeon seperti itu juga?”

.

Jessica terdiam sesaat. Shit.

.

“Taeyeon adalah temanku, dan kau bukan”

.

Yuri menunjukkan wajah sedih yang dibuatnya. “Ouch. Kau menyakiti perasaanku lagi”

.

Jessia mendengus kesal. Ia kemudian melanjutkan langkahnya lagi tanpa mempedulikan Yuri. Namja tanned itu menghela nafasnya tapi entah kenapa ia lalu tersenyum bahagia. Mungkin Jessica memang berbeda dari gadis-gadis lain yang pernah ditemuinya.

.

“Damn. She’s too cute. Her eyes, her nose, her lips. Everything is right for me”, gumam Yuri sebelum melanjutkan langkahnya. Mengikuti Jessica dengan jarak yang cukup jauh agar gadis itu tidak mengomelinya.

.

Tak jauh dari koridor, serombongan siswa laki-laki yang mengenakan kaos latihan basket bercanda gurau sambil berjalan. Salah satu dari mereka terlihat tertawa puas sebelum akhirnya ia berlari menjauh dari teman-temannya yang mengejarnya.

.

Awalnya Yuri tak mempedulikan itu, tapi ekor matanya menangkap hal yang lain. Seseorang dari kerumunan itu melempar bola basket ke arah temannya yang berlari tadi tapi sayang mereka tidak menyadari jika ada seorang gadis yang berjalan ke arah mereka.

.

Jessica baru menyadari sebuah bola mengarah padanya tepat saat Yuri berteriak memperingatkan. Tapi ia tak bisa bereaksi lagi, dan memilih menutup matanya dan pasrah. Beberapa detik berlalu, tapi ia tak merasakan apapun pada dirinya. Dengan perlahan, ia membuka matanya dan melihat Yuri memegang bola basket tersebut.

.

Yuri menoleh ke arah Jessica sejenak. Ia tersentak saat melihat tatapan Yuri berbeda, berbeda saat ia tadi berdebat dengannya. Tak ada cahaya di mata itu, yang ada hanya sebuah kegelapan. Yuri menghempaskan bola basket itu lalu berjalan ke arah sang pelempar bola, dan……

.

Buggghh…

.

Sebuah pukulan mendarat telak di pipi kanan sang pelaku. Siswa basket lainnya yang berada disitu terkejut dengan tindakan Yuri, tapi tidak ada yang berani mencegah namja tanned itu. Hanya satu yang berani melakukannya dan itu Jessica.

.

“YAH! Apa yang kau lakukan?”, Jessica mencegah tangan Yuri yang hendak memukul lagi. Ia menarik kasar tangan itu dan memandang Yuri dengan tatapan tak percaya.

.

“Dia hampir melukaimu”, ujar Yuri tanpa merasa takut karena sudah memukul seorang siswa.

.

Jessica memandang mata itu sekali lagi. Sama. Hanya pancaran kegelapan, berbeda dari Yuri beberapa waktu lalu saat berbicara dengannya. Jessica perlahan mundur dan mulai menjauh dari Yuri.

.

Tiba-tiba Yuri tersadar melihat tingkah Jessica yang terlihat ketakutan memandang ke arahnya.

.

“Jessica…..”, panggil Yuri lembut dan Jessica menggeleng.

.

Ia mengisyaratkan tangannya ke hadapan Yuri, tanda namja itu tak boleh mendekat kepadanya.

.

.

.

“Jangan mendekat”

.

.

.

Kalimat itulah yang terakhir Jessica ucapkan sebelum akhirnya ia berbalik badan dan menjauh dari sana terutama menjauh dari Yuri.

.

.

.

.

.

TBC

——————————————

YUHUUU JEJE IS BACK

Kayak Yuri yang habis balik setahun. Kalo gue habis balik seminggu lebih XD kkkkkk

So, masih ada yang kurang mengerti?

Gue pengen menjawab pertanyaan reader yang sebenarnya udah kejawab di part. Mungkin membacanya kurang teliti. ^^

Memang benar Yuri mengenal Taeyeon karena sahabatnya dan Tiffany karena kekasihnya Taeyeon. Di part 1 udah jelas banget Yuri sama Jessica itu emang gak saling kenal dan mereka baru ketemu. Fokus baca part mereka. Jadi kalo berpikiran salah satu dari mereka hilang ingatan atau semacamnya, itu BIG NO ya.

Udah segitu aja jawaban gue hahaha. Untuk teka teki lain dan pertanyaan yang masih ada di benak kalian, akan terjawab seiringnya waktu. #eh

.

P.S: CLUE ETERNITY PART 10

(Q. Apa lagu pertama yang Jessica bawakan secara “live performance” melalui V-app?)

Cara menjawab: ID_Jawaban

Kirim ke Email atau DM Twitter seperti biasanya. Part 10 akan dirilis 2 hari setelah WHY. Sekian

Annyeong!

.

.

.

by: J418

.

*bow*

191 thoughts on “WHY (3)”

Leave a reply to okta Cancel reply