INDESTRUCTIBLE II, MINI-SERIES

INDESTRUCTIBLE II (7)

1461328334699

Tittle                : INDESTRUCTIBLE II

Cast                 : Kwon Yuri

Kim Taeyeon

Tiffany Hwang

Jessica Jung

Krystal Jung

Im Yoona

Girls Generation Member and Others

Genre              : Gender Bender, Sweet, Comedy-Romance, Friendship

Credit Pic by K.Rihyo

 

Mini-Series

Copyright © royalfams418.2016. Allright Reserved

This is just my imagination & don’t copy paste without permission

——————————————————————–

“Problem Solve??”

.

.

Part 7

.

.

“Kita sudah terlalu membuang banyak waktu. Sooyeon semakin tumbuh dewasa dan hal itu dapat menyebabkan ingatannya semakin kuat akan peristiwa itu. Dan lagi, ia akan memiliki masa depan yang menantinya. Itu akan sulit jika ia terus bergantung pada kehadiran Taeyeon. Jika berpikir realistis, mereka tak bisa selamanya bersama”

.

“Lalu ssaem, jalan terbaiknya?”

.

Kedua pasangan suami istri itu menatap sang dokter penuh harap, namun selalu terbesit kekhawatiran yang tak terbendung.

.

Dokter itu menatap keduanya seraya menghela nafas. “Sooyeon harus menjalani terapi pemulihan trauma secepatnya. Dan lagi……”, pria berjas putih itu mengeluarkan lembaran pemeriksaan bergambar statistik.

.

“Ini memori ingatannya. Jalan terbaik, dia harus mengalami kembali kejadian itu sama persis dengan yang pernah dialami”, jelasnya lagi.

.

Tuan Kim tampak berpikir sejenak dan berdiskusi bersama istrinya. Akhirnya setelah pertimbangan yang cukup matang, mereka pun mengambil keputusan terbaik.

.

“Baiklah ssaem, lakukan terapi itu secepatnya”

.

.

.

.

——————————

.

Taeyeon membuka pintu kamar dengan sangat hati-hati. Disana ia melihat dua wanita cantik yang berada dalam satu ruangan. Yang satu pernah menjadi masa lalunya, dan satu lagi menjadi kekasih hatinya kini.

.

“Ssssshh, Phany-ah”, panggilnya dengan amat lirih.

.

Tiffany yang duduk di kursi samping tempat tidur langsung menoleh. Ia tersenyum begitu mendapati Taeyeon yang sudah pulang. Dengan hati-hati, Tiffany berdiri dari tempatnya dan berjalan ke arah pintu.

.

“Apa kau sudah makan?”, tanya Taeyeon dan dijawab gelengan kepala oleh kekasihnya itu.

.

“Kajja, kita makan bersama”

.

Keduanya keluar dari kamar Seohyun. Wanita itu sudah terlelap tidur sedari tadi. Mungkin karena efek masih kelelahan dan bawaan bayi dalam kandungannya.

.

Setiba di restoran, sambil menunggu pesanan mereka datang, Taeyeon dan Tiffany memilih menikmati pemandangan malam Paris dengan bersantai di kursi panjang sambil ditemani heningnya air di danau kecil yang bermandikan lilin-lilin yang mengapung di atas piringan kertas.

.

“Apa kau percaya mitos, TaeTae?”

.

“Hmmm tergantung, wae?”

.

Tiffany berjalan ke arah tepian danau. “Orang bilang, jika sepasang kekasih mengapungkan sepasang lilin di atas danau ini, maka cinta mereka akan terus menyala walau diterpa gelombang-gelombang yang tercipta diatas danau ini”

.

“Really?”, ujarnya seraya berjalan menyusul ke arah Tiffany.

.

Taeyeon memandang ke arah danau dan melihat dengan jelas lilin-lilin yang mengapung disana. “Tidak biasanya kau menyukai mitos seperti ini, sayang”, ujar Taeyeon diikuti kekehannya.

.

Tiffany memukul lengan Taeyeon karena kesal dengan ucapan namja itu namun detik selanjutnya ia kembali tersenyum.

.

“Okay, call. Kajja, kita juga mengapungkan sepasang lilin”, ujar Taeyeon penuh semangat.

.

Sekembalinya Taeyeon dari dalam restoran, ia sudah membawa sepasang lilin beserta piringan kertas yang sudah dibelinya di dalam sana. Keduanya pun merekatkan lilin itu dan masing-masing menuliskan pesan mereka untuk satu sama lain.

.

“No! Keep it as secret”, Tiffany protes saat Taeyeon ingin membaca pesan yang ia tuliskan untuk Taeyeon.

.

“Mwo? Wae~~?”, Taeyeon tak mau kalah. Ia protes karena Tiffany hendak merahasiakan ucapannya untuk dirinya. “Oh ayolah sayang, akan menyenangkan jika kita bisa melihat pesan itu satu sama lain”

.

“No No No! Sekali ini aja, Tae. Please”

.

Tiffany terus membujuk Taeyeon agar namja itu mau setuju dengan keputusannya. Tak lama, Taeyeon pun menyerah. Akhirnya mereka sepakat untuk merahasiakan isi pesan yang mereka tuliskan. (Note: kepo nggak sama isinya? Wkwkwkwk, bakal di flashback di part ending XD)

.

Sambil memejamkan mata dan berdoa sejenak, kedua pasangan muda itu pun akhirnya mendorong piringan kertas berisi sepasang lilin menuju ke tengah danau.

.

“Khaa~~, Kajja kita sekarang makannnn!”

.

Ucapan Taeyeon membuat Tiffany tersenyum. Kelakuan namja itu memang benar-benar something. Kadang serius, kadang dork, kadang menyebalkan, dan kadang-kadang ngangenin. #plaaak

.

.

.

.

.

***

.

.

Hari ini langit sedikit mendung, tapi lain cerita dengan suasana hati namja yang satu ini. Ibarat musim semi, hatinya dalam kondisi berwarna penuh bunga dan diliputi kebahagiaan yang mendalam. Bagaiamana tidak? Walau kondisinya sedang sakit, ia terbangun dari tidur nyenyaknya dalam posisi memeluk sang pujaan hati.

.

Namja itu tak bergerak sedikitpun, ia sedang menikmati momen berharganya bersama gadis yang ia cintai masih tertidur pulas di atas ranjang pasien bersamanya.

.

Ceklek…

.

.

“Aigoo~~ love birds!”, ejek seseorang yang baru saja masuk.

.

Mendengar suara yang cukup keras, gadis itu pun terbangun. “YA HYUNG! Kau merusak momenku”, kesal namja itu.

.
“Wae? Aku kan sedang menjengukmu. Seharusnya kau senang”, balas namja lainnya dengan cuek.

.

“AISH, tiang listrik”, gerutunya.

.

Sooyoung tertawa puas melihat sikap kesal Yoong. Iya duduk dengan santai di sofa dan mengeluarkan makanan dan minuman yang ia bawa tadi.

.

“Seharusnya kau senang karena aku membawakanmu sarapan yang lezat. Bukan begitu, Krys?”, tanyanya pada Krystal yang baru saja turun dari atas tempat tidur.

.

“Gomawo oppa” ucap Krystal.

.

“Thats it. Begitu seharusnya”, balas Sooyoung dengan senyuman lebar sedangkan Yoong mendengus sebal.

.

Krystal mengambil duduk di sebelah Sooyoung diikuti Yoong sehingga gadis itu berada diantara keduanya.

.

“Ngomong-ngomong Oppa, bagaimana perkembangan penyelidikan? Apa pelakunya sudah tertangkap?”, tanya Krystal.

.

Yoong tiba-tiba memilih mengunyah buah apel yang dbawa Sooyoung, sedangkan Sooyoung tampak menelan ludahnya sebelum menjawab.

.

“Masih belum Krys”, jawabnya singkat seraya melirik Yoong yang tampak mengalihkan pandangannya.

.

Terdengar helaan nafas dari Krystal. Karena tidak ingin membuat suasana menjadi canggung, Yoong pun berteriak senang seraya mengajak keduanya menyantap sarapan. Kelakuan itu membuat Krystal tersenyum melihat kekasihnya. Ketiganya pun menikmati sarapan dengan penuh obrolan-obrolan ringan. Hingga tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Itu artinya Krystal harus bersiap dan pergi ke sekolah.

.

“Oppa bisa mengantarmu Krys”, tawar Sooyoung.

.

“Tidak perlu Oppa, aku akan pergi dengan taksi. Oppa cukup menjaganya jangan sampe melakukan hal konyol lagi”, jelas Krystal sambil melirik ke arah Yoong.

.

“YA~~ Aku bukan anak kecil, princess”

.

Krystal tampak cuek dengan protesan dari Yoong. Ia mengambil tasnya dan berpamitan pada keduanya. Setelah hanya berdua saja di ruangan, Sooyoung memulai percakapan serius mereka.

.

“Khaaa~~”, Sooyoung bersandar di sofa sambil memejamkan matanya.

.

“Kau terlihat lelah Hyung”

.

“Eoh”

.

“Bagaimana? Kau sudah mendapatkan alamat Hara?”

.

Mendengar pertanyaan Yoong, ia membuka matanya lalu menoleh. “Belum. Tapi aku akan mencarinya lagi”.

.

“Aku tidak menyangka jika kejadiannya akan seperti ini”, jelas Yoong dan direspon anggukan setuju dari Sooyoung.

.

“Tapi Hyung, semua ini benar-benar mengejutkan. Josh, Hara, dan teman-temannya. Lalu, aku, kau, dan teman-teman kita. Bukan begitu?”

.

“Yeah kau benar. Krystal juga sudah menyadarinya. Tapi…. YA, kau yang lebih keterlaluan. Bagaimana bisa kau tak mengenal teman masa kecilmu?”, lanjut Sooyoung.

.

“Aku baru menyadarinya setelah Taeyeon Hyung meminta buttler Hong menyelidikinya. Lagian aku mengingatnya dengan nama Liu, bukan Joseph” jelasnya.

.

“Dasar kau ini”

.

.

.

.

***

.

.

Yuri dan Taeyeon bertemu di sebuah restoran. Mereka menunggu kedua orangtua Taeyeon untuk membicarakan terapi untuk Jessica. Saat melihat kedatangan orangtuanya, Taeyeon segera menghampiri dan memberi pelukan, begitu pula Yuri.

.

“Lama tidak melihatmu Yul? Kau semakin tampan huh?”, ujar Mr. Kim.

.

“Hahahaha terima kasih Dad. Kau juga, terlihat awet muda”

.

“Benarkah? Kalo begitu aku masih bisa menantangmu bertanding 1 on 1 di lapangan basket, Yul”

.

“Anytime Dad”, kekeh Yuri.

.

Sambil mendengarkan Yuri mengobrol bersama Daddynya, Taeyeon memesankan makanan untuk mereka. Suasana makan malam dihiasi dengan kekeluargaan. Meskipun Yuri jarang bertemu kedua orangtua Taeyeon dan Jessica, tapi keduanya selalu menyambut dirinya dengan penuh kehangatan dan membuat dirinya nyaman.

.

Mr. Kim tampak menyelesaikan potongan steak terakhirnya sebelum meneguk wine miliknya. Ia kini tampak memandang hati-hatinya putranya dan juga Yuri, lalu pandangannya bertemu dengan sang istri yang mengangguk pelan seraya tersenyum.

.

“Nak, apapun yang Daddy katakan, tolong dengarkan hmm”, pinta Mrs. Kim dan keduanya mengangguk.

.

“Mom dan Daddy sudah memutuskan untuk mengikuti saran dokter melakukan terapi untuk Sooyeon secepatnya”, jelas Mr. Kim.

.

“Secepatnya? Apa Sooyeon setuju Dad?”, Taeyeon menimpalinya.

.

“Sooyeon tidak boleh tahu soal ini, karena……..”

.

Taeyeon dan Yuri mendengarkan penjelasan dari Daddy Kim, tapi keduanya menunjukkan wajah terkejut terutama Yuri. Namun ia memilih tidak menyela ucapan Daddy Kim, tidak seperti yang Taeyeon lakukan.

.

“What???”, Taeyeon menutup mulutnya tak menyangka. “Dad, jangan lakukan itu! Bagaimana jika traumanya semakin parah? Biarkan saja seperti ini, aku bisa menjaga Sooyeon Dad”

.

“Daddy tahu nak, kau bisa menjaga adikmu. Tapi kalian memiliki masa depan yang berbeda, kalian akan hidup dengan orang yang kalian cintai suatu saat nanti. Dan Sooyeon tidak bisa terus bergantung pada kehadiranmu”

.

“Apa ini soal reputasi sebagai anggota kongres di parlemen?”

.

Daddy Kim tertawa mendengar pertanyaan putranya itu. “Ini bukan soal reputasi Daddy. Taeng, tapi ini soal masa depan kalian. Suatu hari nanti Daddy akan berhenti dari parlemen dan saat itu Daddy dan Mom hanya ingin menikmati masa tua dengan melihat kehidupan masa depan kedua anaknya”, jelas pria berkacamata itu.

.

“Bagaimana denganmu Yul, apa kau setuju?”, kini giliran Mommy Kim yang bertanya.

.

Wanita paruh baya itu memandangnya dengan hangat. Yuri tampak mengingat sesuatu dan berpikir sejenak. Tak lama ia memandang Taeyeon yang memandangnya penuh tanda tanya. “Sejujurnya aku keberatan dengan hal ini, Mom, Dad. Tapi aku ingin mendukung keputusan kalian, jadi aku setuju”, jujurnya.

.

“Daddy tahu kau akan melakukannya Yul. Terima kasih”, Daddy Kim tersenyum padanya. “Kami akan memberitahukan jadwalnya pada kalian secepatnya”, lanjutnya lagi.

.

Kedua orangtua Taeyeon pun berdiri dan memberikan pelukan untuk keduanya sebelum mereka meninggalkan kedua namja itu. Yuri tampak masih duduk di dalam restoran, menunggu kedatangan Taeyeon yang sedang mengantar orangtuanya ke loby depan.

.

Sekembalinya Taeyeon ke dalam restoran, ia duduk di samping Yuri sambil mengendurkan dasinya lalu meneguk gelas wine miliknya.

.

“Kau tahu ini sebelumnya Yul?”, tanya Taeyeon.

.

“Hmmm, aku meminta Jo mencari tahu. Maaf Taeng, aku tak bermaksud lancang”

.

Taeyeon menggeleng. “Aku yang seharusnya meminta maaf. Aku tak bisa menceritakannya padamu. Ya kau tahu, aku hanya berpikir jika kau mengetahuinya justru akan membebanimu”

.

“Hei! Ada apa dengan wajahmu huh” Yuri merangkul sahabatnya itu. “Tenanglah Taeng, ini tak akan membebaniku. Aku juga berharap Sica bisa melupakan kejadian itu sepenuhnya”, jelas Yuri lalu mengangkat orange jus miliknya.

.

“Bersulang?”, tawar Yuri.

.

“Tentu saja”

.

.

.

——————————

.

“Noona”

.

Wajah memelas Joseph terus diabaikan oleh Sunny. Ia memilih diam dan fokus pada layar tv dihadapannya.

.

“Noona”

.

“Pergilah”, usir Sunny. “Belajar bersikap mandiri dan bertanggung jawab. Sudah cukup aku mentolerir sikapmu itu. Kau bisa kembali jika kau sudah merasa menjadi manusia yang lebih baik”

.

“Ini tidak adil. Aku tidak melakukan apapun, Yoong yang memukulku lebih dulu. Aku berusaha melupakan dendamku padanya 7 tahun lalu tapi lihat, dia yang memulainya”

.

“Yeah, dan teman-temanmu membuatnya babak belur. Kau….urggghh”, Sunny tak melanjutkan kata-katanya karena terlalu kesal.

.

Joseph memilih diam dan tak menanggapi ucapan Sunny. Gadis itu menghela nafas kasar. “Dengar Josh, kau berurusan dengan orang yang salah. Mereka bisa melakukan apa saja, sedangkan aku?”

.

Ucapan Sunny membuat Joseph meradang. “WAE? WAE?!! Apa kita harus selalu kalah dengan orang kaya, hah? Aku tidak melakukan kesalahan apapun dan kau? Kau menyalahkanku Noona!!”, teriaknya geram.

.

“Berpikirlah secara realistis. Bagaimana jika mereka melaporkan ini pada kepolisian, hah? Berhentilah bersikap seperti itu. Dan Noona harap, jangan menemui teman-temanmu itu lagi”

.

Sunny berdiri dan membawa Joseph keluar dari apartemen sederhana mereka sebelum akhirnya mengusir adiknya itu dari sana. “Kembali lah jika kau sudah berubah menjadi lebih baik”, ucapnya sebelum menutup pintu.

.

Teriakan Joseph dari luar tak ia pedulikan. Ia memilih masuk kamar dan membantingnya keras. Bagaimanapun, perasaannya kini hancur. Tak pernah sekalipun ia mengusir adiknya, namun kini ia lakukan untuk membuat Josh sadar dengan kesalahan yang ia lakukan. Atau mungkin juga Josh memang tidak bersalah. Who knows?

.

.

.

.

***

.

.

“Kau yakin Taeng?”, tanya Sooyoung.

.

“Hmm, aku akan menggantikan Yoong dalam pertandingan final. Anggap saja aku merindukan basket”, jelas Taeyeon.

.

Tiffany tidak berkomentar apapun karena ia sudah mendukung keputusan Taeyeon.

.

“Baiklah jika itu keputusanmu, aku juga mendukung. Kau bisa mengandalkanku dalam final nanti”, jelas Sooyoung.

.

“Wooooooooo, ini pertama kalinya kau mengatakan hal yang semanis itu padaku”

.

Tiffany tertawa mendengar ucapan Taeyeoen. Sedangkan, Sooyoung menjadi kesal karena namja imut itu. “Aish, sepertinya aku salah bicara”, dumel Sooyoung.

.

“Tenang saja Youngi, aku akan menonton kalian”, ujar Tiffany.

.

Ketiga sahabat itu sedang menikmati makan siang di kafetaria kampus. Saat sedang asik mengobrol, tiba-tiba Sooyoung berdiri dari kursinya. “Aku pergi dulu, ada yang harus kulakukan”, pamit Sooyoung buru-buru

.

Keduanya memandang ke arah perginya Sooyoung. Disana mereka dapat melihat bahwa Sooyoung mengejar seorang gadis berambut pendek.

.

“Oh, bukankah dia anggota senat, Tae?”, ujar Tiffany.

.

“Eoh, dia juga panitia festival. Kakak dari Josh”, jelas Taeyeon pada kekasihnya itu.

.

Tiffany langsung menutup mulut tak percaya mendengar jawaban Taeyeon. “Dia kakak Josh? Orang yang…..Ah maksudku teman-temannya yang memukuli Yoong?”, Taeyeon mengangguk.

.

“Daebak!”

.

Taeyeon terkekeh melihat ekspresi Tiffany. “Ayo kita selesaikan makan siang ini. Setelah itu aku akan mengantarmu ke rumah Seo Noona”

.

“Hmmmmm”

.

.

.

——————————

.

Di dalam kesekretariatan senat, dua insan manusia sedang terlibat pembicaraan serius. Tak ada teriakan atau makian seperti yang terjadi beberapa hari lalu. Kini yang ada mereka saling tenang namun percakapannya sangat intens.

.

“Aku benar-benar minta maaf soal waktu itu karena sudah memukul adikmu begitu saja”

.

Sunny masih mengabaikannya namun keduanya terlibat saling pandang sebelum akhirnya gadis itu menghela nafas dan duduk di kursi miliknya. “Saat ini aku tidak tahu harus bersikap apa padamu”

.

“Kau boleh membenciku untuk hal itu. Tapi bisakah kau menolongku, Sunnya-ah? Mungkin waktu itu aku pengecut karena hanya bisa memberi kompensasi berapapun. Dan aku tidak menyangka jika kondisi Hara seperti itu”.

.

“Lalu kenapa kau lakukan itu? Kau pikir uang bisa membuat segalanya membaik?”

.

Kali ini giliran Sooyoung yang menghela nafasnya. “Aku benar-benar panik. Ayahku akan masuk dalam bursa pemilihan dan aku tidak ingin merusak kerja kerasnya. Jadi kumohon, aku ingin memperbaikinya. Bisakah kau memberitahuku dimana keberadaan Hara?”, pinta Sooyoung dengan sangat tulus. Matanya memancarkan sebuah harapan besar bahwa Sunny mau mengerti soal ini.

.

“Apa aku bisa mempercayaimu, lagi?”

.

“Eoh, kau bisa memegang kata-kataku. Kau bisa melaporkankan jika aku melakukan sesuatu yang tidak-tidak pada Hara”

.

Sunny tampak berpikir dengan perkataan Sooyoung. Ia memandang namja itu yang terus menatapnya dengan tatapan memohon. Tak berapa lama Sunny pun mengangguk. “Baiklah, aku akan memberitahu dimana keberadaannya”, saat itu juga Sooyoung tersenyum senang.

.

.

.

.

“Hey Taeng!”

.

Setelah bertemu Sunny, Sooyoung pergi menemui Taeng yang sudah menunggunya di parkiran mobil.

.

“Bagaimana?”

.

Sooyoung mengedipkan mata lalu beralih ke sisi kanan mobil untuk membuka pintu lalu masuk ke dalam. Taeyeon yang mengerti pun, langsung masuk ke sisi kemudi. “Syukurlah kau mendapatkannya. Aku hampir saja menghubungi buttler Hong atau Daddy”

.

“Tidak perlu. Aku ingin menyelesaikannya dengan caraku. Kita sudah membuat buttler Hong terlibat dalam masalah ini” jelas Sooyoung. “Ngomong-ngomong kemana Tiffany?”
.

“Ah itu. Aku mengantarnya ke rumah Seohyun Noona. Hari ini dia akan memeriksakan kandungannya”

.

“Apa tidak ada kecanggungan diantara mereka Taeng?”

.

“Mungkin masih ada, tapi aku berterima kasih karena Phany mengerti situasinya”

.

“Kau memang pandai mengatasi hal ini. Syukurlah tidak terjadi kesalahpahaman diantara kau dan Phany”

.

“Yeah, aku bersyukur akan hal itu”

.

.

.

.

.

***

.

.

“Aish, aku bisa gila”, ucap namja itu di depan teman-temannya. “Bagaimana jika mereka melaporkan ini ke polisi?”

.

“Aku tidak ingin mendekam di penjara”, timpal salah satu dari mereka.

.

“Aku juga”, lanjutnya yang lain.

.

“YA! Bisakah kalian diam? Kalian pikir aku mau, huh?”

.

“Ini salahmu, jika saja kau tidak berurusan dengan mereka. Bagaimana seandainya jika ada saksi mata yang mengenal kita?”

.

Namja itu tersulut emosi dan menarik kerah baju temannya. “Apa kau ingin menyalahkanku tentang ini, huh? Kau pikir kau tidak terlibat? Kau juga tidak menyukai Im Yoong, bukan?”

.

“Sudahlah hentikan, Jiyoung-ah. Percuma kalian melakukan itu”, suara seorang yeoja berusaha melerai perdebatan mereka.

.

Yeoja itu mendekati teman-temannya. “Kau habis check-up?”, tanya Jiyoung.

.

“Eoh, aku belum bisa menggerakkan tanganku dengan baik”

.

“Seharusnya kau menolak kompensasi itu dan melaporkan pelaku ke polisi”, jelas Jiyoung lagi.

.

“Aku tidak suka berurusan dengan hukum. Lagipula siapa yang tahu? Bisa saja pelaku itu adalah orang penting. Sudah dipastikan aku akan kalah tanpa uang”

.

“Orang kaya memang menyebalkan”

.

Hara terkekeh dengan ucapan Jiyoung. “Kau benar-benar membenci orang kaya atau hanya Im Yoong saja? Sejujurnya dia namja yang baik, meskipun aku hanya mengenalnya sebagai teman untuk bersenang-senang di bar”

.

Tiba-tiba saja sosok Joseph muncul disana. Namja itu terlihat berjalan santai mendekati teman-temannya meskipun rautnya menunjukkan kekesalan.

.

“Ada apa dengan wajahmu Josh?”, tanya Hara.

.

“Nothing”, ucapnya datar.

.

“Kupikir kau akan pergi latihan, bukankah lusa adalah final basket?”, salah satu temannya ikut bertanya.

.

“Tim diliburkan untuk istirahat hingga final”

.

.

“Permisi”

.

Sebuah suara membuat semuanya menoleh termasuk Josh. Mereka mengerutkan dahinya begitu melihat kedatangan dua orang yang mereka kenal. Taeyeon dan Sooyoung.

.

“Taeyeon?”, Hara terlihat bingung dengan kedatangan namja itu.

.

“Oh, Hara-ya”, sapa Taeyeon dan Sooyoung dibelakangnya ikut menyapa.

.

“Mau apa kau kesini?”

.

Joseph terlihat tidak suka dengan kehadiran Sooyoung. Tampak kekesalan diwajahnya semakin menjadi saat memandang Sooyoung. Melihat reaksi temannya, Jiyoung dan yang lainnya pun hendak bergerak mendekati mereka.

.

“Oh, sorry kalo kami mengganggu. Aku hanya ingin bertemu dengan Hara”, jelas Taeyeon dengan maksud kedatangannya.

.

“Katakan saja disini, dia teman kami jadi kami berhak tahu”, ucap Jiyoung.

.

Sooyoung menelan ludahnya cukup susah. Biar bagaimana pun ada sedikit ketakutan dalam dirinya saat melihat Hara terutama teman-temannya.

.

“Ayo Soo, katakan”, ujar Taeyeon.

.

Sooyoung maju selangkah dan berdiri di samping Taeyeon. Ia memainkan tangannya untuk menghilangkan kegugupan yang tengah melanda.

.

“Hmmm sebenarnya…se…sebenarnya….”, Joseph yang melihat kegugupan Sooyoung sudah dapat menebak apa yang ingin disampaikan.

.

“Sebenarnya….aku kesini untuk meminta maaf karena tidak sengaja menabrakmu”

.

Ucapan Sooyoung jelas membuat Hara kaget dan reaksi Jiyoung kembali terpancing emosi. Namun sebelum Jiyoung bergerak ke arah Sooyoung, Joseph lebih dulu menahan tangannya. “Sebaiknya kita pergi, biarkan mereka berbicara”

.

“APA??? Bagaimana mungkin aku percaya dengan mereka?”, tolak Jiyoung.

.

“Sudahlah aku tak ingin berdebat”, jelas Josh dan akhirnya dia dan teman-temannya pun menyingkir sebentar untuk membiarkan Hara bersama dua namja itu.

.

.

.

.

—————————-

.

Jessica terlihat sangat bahagia. Ia memeluk lengan Yuri sedari tadi, dari dalam mobil hingga mereka berjalan masuk ke dalam studio. Hari ini, Jessica memulai latihan intensifnya untuk pertunjukan musik selanjutnya.

.

Gadis itu menyapa teman-temannya sebelum akhirnya duduk bersama Yuri di salah satu barisan kursi.

.

“Aku sedikit mengkhawatirkan Oppa”, ucap Jessica tiba-tiba.

.

Yuri yang mengerti, segera mengusap kepala gadis itu. “Tenang saja baby, Taeyeon dan Sooyoung pasti bisa menyelesaikannya”

.

“Hmm, kuharap gadis bernama Hara tidak membawa kejadian itu kepada pihak yang berwajib setelah tahu siapa yang menabraknya”

.

“Hmm kuharap begitu. Kau tenanglah, dan fokus latihan. Aku akan mendukungmu dari sini”, ucap Yuri sambil mengepalkan keduanya tangannya dan memberi semangat untuk Jessica.

.

Gadis itu tertawa melihat kekasihnya yang bersikap kkab. Jessica naik ke atas panggung, berkumpul bersama teman-temannya yang lain. Yuri memperhatikan latihan itu dari awal sampe akhir, meskipun terkadang ia sibuk melihat layar ponselnya yang berkedip setiap ada pesan masuk.

.

Tampak raut kegelisahan darinya, namun Yuri terus berusaha tenang agar tak ada yang menyadarinya. Selesai latihan, namja itu membawa Jessica ke taman yang tak berada jauh dari sana. Jessica ingin sekali menikmati senja yang hampir menjadi malam ini bersama kekasihnya yang tampan itu seraya menikmati es krim favoritnya.

.

“Yul?”, Jessica menahan lengannya begitu Yuri hendak menyebrang. Gadis itu takut jika harus ditinggal sendirian.

.

“Tenanglah Sica, duduk saja disini hmmm. Aku akan membeli es krim favoritmu di seberang sana”, ucap Yuri sambil menunjuk ke arah kedai es krim.

.

“Jangan lama-lama, hari mulai gelap”, pintanya.

.

Yuri mengangguk dan tersenyum. Beberapa saat kemudian ia pergi meninggalkan Jessica. Gadis itu terus memandangnya dari seberang sana sembari Yuri menunggu es krim pesanannya. Sesekali Jessica melambaikan tangan dan tersenyum.

.

Di sisi lain, Yuri membalas senyuman itu namun tangannya menggenggam erat ponsel yang baru saja bergetar. Ada perasaan bersalah yang begitu besar melihat senyuman Jessica, namun semua keputusan sudah diambil.

.

“Ya Tuhan! Apa Sica akan histeris setelah ini?” pikirnya sembari menghela nafas lagi saat menatap wajah ceria Jessica.

.

Sang pemilik kedai memanggil nama Yuri. Namja tanned itu pun segera berdiri dan menerima dua es krim di tangannya. Langkah Yuri semakin berat saat hendak menyebrang. Dari arah berlawanan dengan Jessica, Yuri dapat melihat sesosok namja berjalan ke arah kekasihnya itu. Siapa lagi jika bukan Donghae. Namun Jessica tak menyadari hal itu karena terus melihat Yuri.

.

Tak berapa lama, Donghae mendekat dan Yuri dapat melihat bahwa Jessica terkejut dengan kedatangan namja itu. Saat hendak berteriak memanggil Yuri, justru sebuah Van hitam berhenti di depan Jessica.

.

.

“YURIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII”

.

.

.

Dan teriakan histeris Jessica terdengar memenuhi seisi taman.

.

.

.

.

——————————

.

“Kandungan anda masih muda dan itu sangat rentan. Saya harap jaga kondisi jangan sampai kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Itu akan mempengaruhi kondisi janin”, jelas sang dokter yang memeriksa Seohyun.

.

“Nah Unni dengar kan penjelasan dokter?”, ujar Tiffany. “Mulai sekarang Unni tidak boleh kelelahan dan banyak pikiran”, lanjut gadis itu disertai senyum bulan sabitnya.

.

“Iya aku dengar”, kekeh Seohyun.

.

“Kalo begitu kami permisi dok, terima kasih untuk waktunya”, Tiffany berdiri lebih dulu dan memberi salam pada sang dokter.

.

Keduanya pun meninggalkan ruangan pemeriksaan. Karena Seohyun merasa lapar, Tiffany pun mengajaknya makan di cafe sekitar Rumah Sakit. Saat makan, keduanya diam. Tak candaan ataupun obrolan ringan. Seohyun melihat Tiffany fokus dengan makanannya, dan hal itu membuat mendesah pelan.

.

“Fany?”

.

“Ne, Unni”, ujar Tiffany dengan refleks begitu Seohyun memanggilnya.

.

“Ada apa? Kau masih memikirkan jawabanku waktu itu, hmmm? Maaf Fany, aku tidak bermaksud berbohong. Tapi kau tahu? Kau yang akan jadi pemenangnya”

.

Tiffany memandang Seohyun dengan perasaan tidak enak. Ia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bersalah karena menanyakan pertanyaa itu. Biar bagaimanapun, setiap orang berhak memiliki perasaan terhadap orang lain.

.

“Maaf Unnie, aku tidak bermaksud begitu. Sungguh, aku tidak marah atau kesal semacamnya” ucapnya dengan penuh ketegasan.

.

“Syukurlah”, Seohyun tersenyum.

.

“Hmm, tenang saja Unni. Ayo kita makan lagi Unni, kau harus makan yang banyak”

.

Seohyun ikut senang melihat Tiffany yang bersemangat seperti itu. Sisi lain dari gadis itu yang membuat orang gemas dengan kelakuannya.

.

“Fany-ah, Unnie permisi ke toilet dulu”

.

“Akan kuantar, Unnie”

.

“Ah, tidak usah. Selesaikan saja makanmu”, Tiffany pun mengangguk dan melanjutkan makanannya tanpa melihat Seohyun yang sudah menjauh dari tempat duduknya.

.

.

.

.

.

“Hara-ya”

.

Taeyeon mencoba berdiri disamping yeoja yang ia kenal itu dengan hati-hati. Sooyoung yang merasa bertanggung jawab pun ikut mendekat.

.

“Ini bukan salah Taeyeon dan maaf, aku tak bermaksud menyembunyikan diri”, jelas Sooyoung.

.

Saat kedua namja itu terus mengajak Hara mengobrol, gadis itu masih dalam tahap shock. Ia tak menyangka jika Ahjussi yang menemuinya adalah suruhan Taeyeon. Namja yang selama ini dekat dengannya saat Taeyeon berkunjung ke bar bersama teman-temannya.

.

Hara sedikit menjauh saat Taeyeon hendak memegang pundaknya. “Jangan menyentuhku”, ucapnya dengan datar.

.

Kedua namja itu saling berpandangan sebelum akhirnya Sooyoung berbicara lagi. “Aku tahu kau akan marah besar. Aku saat itu benar-benar panik dan takut. Untuk itulah sekarang aku ingin meminta maaf dan membantumu”

.

“Tidak perlu”

.

“Hara-ya, dengarkan dulu”, Pinta Taeyeon. “Aku tahu kau marah dan kesal saat ini, tapi kami benar-benar menyesal. Aku dan Sooyoung ingin membantu penyembuhan tangan kirimu”

.

“…………………..”

.

Hara kembali diam dan tak merespon. Sooyoung yang menyadari situasi, segera mengeluarkan sebuah kartu nama pada gadis itu. “Ini Dokter Robert, beliau dokter syaraf terbaik di Eropa. Rumah Sakitnya berada di Berlin. Aku berharap kau bisa menerima ini, dan aku siap membantumu kapanpun jika kau ingin menemuinya”, jelas Sooyoung.

.

“………………….”

.

“Kumohon pikirkan baik-baik. Kami benar-benar tidak bermaksud melukaimu”, kini giliran Taeyeon angkat bicara.

.

Sooyoung pun menyerahkan kartu nama Dokter yang dimaksud beserta kartu nama dirinya. Keduanya pun memilih pamit dari sana. Setiba di mobil, Sooyoung menghembuskan nafasnya kasar dan menyandarkan kepalanya di pintu.

.

“Hey, Soo. Masuklah”, ajak Taeyeon.

.

“Apa dia mau memaafkan kita, Taeng?”, ujarnya dengan nada frustasi.

.

“Kita haru bersabar menunggu, tapi aku yakin Hara akan memikirkan ini dengan baik. Dia tidak mungkin melupakan masa depannya”

.

Sooyoung pun mengangguk dan membuka pintu mobil. Disaat bersamaan, Taeyeon menerima telpon. Wajahnya langsung kaget dan tiba-tiba ia menjadi panik. Sooyoung baru menyadari apa yang terjadi begitu mendengar Taeyeon berbicara melalui ponselnya itu.

.

“Phany-ah, tenangkan dirimu. Aku akan segera kesana, tunggu aku hmmm”

.

Taeyeon segera menutup telponnya dan masuk ke mobil diikuti Sooyoung. “Ada apa dengan Tiffany?”, tanya Sooyoung yang ikut panik.

.

.

.

“Seohyun Noona menghilang”

.

.

.

Hanya itu yang Taeyeon katakan sebelum akhirnya melajukan mobilnya.

.

.

.

.

TBC

——————————–

Selamat membaca

^^

Semoga menikmati updatean ini XD

Note: Karena ini mini series, jadi masalahnya gak ribet2 amat. Wkwkwkwk

Next Part adalah Part Ending! See you di ETERNITY

.

.

.

by: J418

.

.

*bow*

128 thoughts on “INDESTRUCTIBLE II (7)”

  1. yahh akhrnya udh mo selesai, nyembuhin sica pke cara reka ulang adegan, berarti itu kerjasama ma doghae,, cpt sembuh sica.. yaa unie seo ati2 ya klo emang beneran kabur jgn nyusahin pkiran org yg sayang ma dirimu, ksian taeny kepikiran. yoong balikan, hara mo berobat, sunny n youngie happy ending ya thor,,? td jgn lupa ceritain part yg ada tulisan rahasia hehe,, mksh udh ijinin baca n lanjut 🙂 semangat Eternity,,

    Like

  2. nah loh..seo kemana tuh..pake ngilang lagi..kabut kali ya biar gak ganggu hubungan taeny…
    sica harus reka adegan ulang nih..mudah mudahan aja trauma sica sembuh deh..

    Like

  3. Waaa akhirnya update juga dan mau final episodenya *ceilah episode hahaha
    Wew sica udah mulai mau diterapi ya bener juga sih cara nglawan trauma hrs nglawan trauma itu sendiri biar sembuh. Cieee ga nyangka jln crita bakal gini hahaha authornim terlalu pintar haha 👏👏👏
    Sial penasaran banget sama isi surat fany pasti ttg hubungan mreka deh sama perasaan wktu seo ngomong perasaan dia ke ateng hoho
    Tuhkan si yoong tmenan sm josh kan
    Buru final thor jd liat akhir mreka gmn smua
    Hara sunny josh seo taeny terutama terapi sica berhasil ato engga
    FIGHTING !!! 😊😊😊💪💪💪

    Like

  4. aduh duh gue banyakketinggalan ini ada 2 ff lagi yg blm sempet dibaca,btw itu seo kemana hilangnya ? trauma sica gimana? hilang atau tambah parah nantinya? hara maafin soo dkk lah kan mereka maksudnya baik tinggal nunggu chap terakhi ni horeee 😀

    Like

  5. wkwkw,, My Tae bingung,, sica uda kalang kabut ditambah lagi seo mendadak ilang entah kemana..
    tapi kalo disuruh untuk memutuskan? yuri lo bijaksana, kalo tidak disembuhkan traumanya kapan lagi.
    jujur gue juga masi kepikiran ama isi pesan nya tae ama panny yg pake lilin itu? tp skg bkn saatnya untuk itu, sica ditolong cepat!!!

    Like

  6. Mantap mantap my fave author hahah annyeong ka jeje! Hah dengan berat hati mian baru baca ka mian mianhae hajimaa~ btw disini gue rada2 kesian pas penyembuhan sica😔 yoonkrys balikan. semoga aja si hara mau nerima, soosun jadian dah dr dulu soo jombs jaja etdah si seo ngilang. Great chapter! Part ending next next next haha fighting!✊

    Like

  7. Terapinya sica adalah mbuat kejadian dulu terulang kembali? Josh tan masa kecil yoong, tp teman-temannya akan balas dendam dengan tae, dan soe knpa menghilang?

    Like

  8. Err.. Ternyata seo jawab iya, kasihan mommy aing kpikiran. Wlpun d mulut blng tdk apap pst dlm hati mrasa was2, ap lg seo hmil jd prhtian daddy bkal teralihkan (?) wkwkw mksd lo? #gaje
    Yaelah yoongie, msh muda tp lupa sma tmen kcilx sndri..
    Duh.. Emakkkk njess kasihan, mnghilngkn traumax dgn cra mengalami masa” kelamnya lg d waktu kcil.. Ahh nyesek lhatx, semoga j traumax hilang..
    Heol` knp seo menghilang? Ap krn g enak hati ma mommy?? 😓

    Like

  9. wah mau ending.
    yoonkrys blm jelas statusnya lg ya hehee
    sicaa lg penyembuhan terapinya moga aja berhasil & dia ga marah ama yul
    taeny, mungkin hyuni sengaja menghilang krn ga enak ama taeny atau suaminya minta balikan lg ._.
    semoga usaha soo berbuah manis, dan dptin maaf dr hara.. dan jadian ama sunny hahaahahaa
    omih ya, moga yoong & josh baikan lg jd temen

    Like

  10. reaksi sica gimana yaa ??
    muncul lagi masalah kwkwkw seohyun menghilang wkwkkw idup nya mereka masalah smua kwkkwkw

    tapi gw harap ending nya gk ad masalah kwkkwkkw

    nice chapt 😉

    Like

  11. Semua kenyataan mulai terbuka, skrg sooyoung udh jujur klo dia yg nabrak hara moga hara mau menerima permintaan maaf soo
    Aduh itu kenapa seo pake menghilang segala sih bikin org jadi panik kn?
    Trs gmn itu kondisi sica, dia ketakutan bgt moga trauma’y bnr sembuh
    Gk kerasa udh mau part end, butuh happy ending nih buat semua couple dan permasalahan jg selesai

    Like

Leave a comment