MULTI-SHOOT, You Are My Destiny

You Are My Destiny (2)

Tittle                : YOU ARE MY DESTINY

Cast                 : Kwon Yuri

Tiffany Hwang

Im Yoona

Jessica Jung

The Others

Genre              : Gender Bender, Drama, Romance, Bittersweet

 

Multi-Shoot (2/3)

—————————————————-

Part 2

.

.

Deg…deg…..deg……deg…..

Deg…deg…..deg……

.

.

.

“What is this feeling?”

.

.

.

.

————————

.

Yuri baru saja datang ke kantor kepolisian setelah mendapat kabar dari orang kepercayaannya, Hyoyeon. Sesampai disana, ia bisa melihat ruang kantornya yang berantakan akibat dirusak oleh seseorang.

.

“Sekelompok tak dikenal menyerang kantormu, Yul. Dugaan kuat mengarah pada anggota-anggota dari tahanan kasus perdagangan manusia” jelas Hyoyeon.

.

Yuri mengepalkan tangannya kuat. Ia segera beranjak dan memeriksa ruangannya. Pandangannya tertuju pada laci meja yang ia kunci. Dan ternyata laci itu berhasil dibongkar.

.

“Sh t”, Yuri memaki kesal. “Benar dugaanmu, Hyo. Mereka ingin membuat perhitungan dengan kita karena berhasil menghancurkan jaringan mereka. Sebarkan berita kepada seluruh kantor kepolisian untuk waspada dan mulai berjaga diseluruh kota”

.

“Siap, laksanakan sir”, ucapnya dengan hormat.

.

Hyoyeon segera menjalankan perintah sedangkan Yuri berjalan menuju satu ruangan dimana berada di paling ujung koridor kantor. Pintu terbuka dan ia disambut oleh senyuman dari seorang polisi wanita.

.

“Tumben sekali kau datang ke divisi keamanan, Yul. Apa kau bosan menangkap penjahat?’, tanya wanita itu.

.

“Aku memberimu tugas penting”, jawab Yuri tanpa mempedulikan pertanyaan sebelumnya.

.

Wanita itu terkekeh. “Wow, Letnan Kwon Yuri baru saja memberiku perintah, huh?”

.

“Sera-ya, aku serius”, Yuri menatapnya serius dan detik itu juga, wanita itu menegakkan duduknya dan balik menatapnya dengan tatapan yang sama seperti yang Yuri berikan.

.

“Ada apa?” kini Sera ikutan serius.

.

Yuri memberinya dua lembar berkas. “Pimpin pengawalan ketat untuk putriku dan seorang wanita yang menjadi saksi kunci kasus perdagangan manusia”, jelas Yuri.

.

“Tiffany Hwang?” Sera bertanya penuh kebingungan. Seharusnya jika wanita itu menjadi saksi kunci, ia berada di kepolisian bukan di rumah Yuri.

.

“Ceritanya panjang. Aku tidak bisa menjelaskan ini padamu. Kutugaskan kau untuk menjaga dia dan putriku, Sica. Dari mereka keluar rumah dan melakukan kegiatan, atau bahkan saat mereka berada di rumah”

.

Sera mengangguk seraya mempelajari semua berkas yang Yuri berikan. Selesai membaca, ia kemudian memandang ke arah Yuri. “Akan kupastikan putrimu dan saksi kunci akan aman 24/7 dalam pengawalanku dan anak buahku”

.

“Tapi kuminta menyamarlah. Jangan terlalu mencolok. Aku tidak ingin Sica ketakutan melihat banyak orang disekitarnya”

.

“Tenang saja Yul. Serahkan padaku. Sica akan tetap menjalani hidupnya seperti biasa”

.

“Terima kasih. Aku permisi”, Yuri pamit dan keluar dari ruangan Sera.

.

.

Tak lama ponselnya berdering dan itu dari rumahnya.

.

“Yul”, ternyata suara Tiffany.

.

“Ada apa Phany-ah?”

.

“Sica ingin bicara denganmu”

.

Selang beberapa detik, Yuri terkekeh mendengar suara putri kecilnya yang ia rindukan. Beberapa hari, Yuri sering ke kantor pagi dan pulang terlalu larut sehingga dia tidak bisa berbicara dengan putrinya secara langsung.

.

“Appa, liburan natalku telah tiba. Kapan kita berlibur?”, tanyanya dengan nada penuh harap.

.

Yuri sedih mendengarnya. Beberapa bulan lalu, ia gagal hadir merayakan ultah putrinya yang ke 10 dan sekarang ia sibuk pada saat menjelang natal.

.

“Lusa kita akan pergi ke resor dan bermain ski. Otte?”

.

“Benarkah?? Bersama aunty cantik?”, tanyanya lagi kali ini dengan penuh semangat.

.

“Eoh, kita akan pergi bersama aunty cantik”

.

“YEAY!!! Saranghae, Appa”

.

“Hmmm, nado saranghae my princess. Sekarang tutup telponnya dan jangan membuat masalah untuk aunty cantik”

.

“OKE!”

.

Yuri menghela nafasnya begitu telpon ditutup. Ia paling membenci dirinya jika membuat putrinya sedih. Tanpa mengulur waktu, Yuri dan timnya mulai bergerak mencari pelaku perusakan ruangan milik Yuri.

.

Mobil-mobil polisi beriringan dengan sirine khas mereka. Pinggiran Seoul malam itu cukup mencekam. Kasus perdagangan manusia bukanlah kasus yang sepele. Lintas batas negara dan oknum-oknum penting di dalamnya bisa saja terlibat karena kekuasaan dan uang. Yuri dan timnya terus memburu beberapa buronan yang merupakan dalang dari semua ini.

.

.

.

————————

.

“Tadda~~”, Yoong menyengir dengan senyum khasnya sambil membawa sebuah kotak dengan hiasana pita berwarna merah.

.

Jessica kecil mengambil kotak itu dan membukanya. “Kyaaaaaa”, dia menjerit kesenangan begitu melihat kado pemberian pangeran berkudanya. Yoong membantu gadis itu mengeluarkan hadiahnya dan mencobanya.

.

Sebuah mantel musim dingin berwarna pink dengan hiasan bulu-bulu tebal berwarna putih. Jessica memakainya dan itu membuat tubuhnya menjadi hangat dan sangat menggemaskan.

.

“Ah yeppuda” Yoong mencubit pipi chubbynya.

.

Tiffany yang melihat keduanya hanya bisa senyum dan senang dengan keakraban Yoong dan Jessica. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran keduanya di tengah kehidupan Tiffany. Jessica mendekat kepada Tiffany dan memeluk dirinya yang sedang duduk di sofa.

.

“Mommy, apa Sica cantik?”, tanyanya dengan suara lucunya dan lagi-lagi tak sengaja memanggil Tiffany dengan sebutan mommy.

.

“Eoh, princessnya Appa sangat cantik”, Tiffany menunjukkan eyes smile indahnya.

.

Jessica tertawa kecil lalu mengecup pipi Tiffany dan sebelum kembali bermain dengan Yoong, dia melepaskan coat pemberian Yoong.

.

“Yoongie~~”

.

“Hmmmm”

.

“Up”, ucapnya dengan mengangkat kedua tangan. Yoong pun dengan senang hati memberikan piggy back pada gadis itu.

.

Mereka berjalan menuju taman yang berada di belakang mansion ini. Sebuah taman bermain yang di desain Yuri untuk putri kecilnya agar tidak bosan ketika ia pergi mengungkap kasus.

.

“Kalo sudah besar, aku ingin menjadi pengantinnya Yoongie”

.

Ucapan gadis itu membuat Yoong tersenyum. “Huuum, pasti. Yoongie princenya Sica dan Sica princessnya Yoongie”

.

“Benarkah?”

.

“Huum. Menyenangkan, bukan?”

.

Jessica mengangguk, lalu mengulurkan jari kelingkingnya dan Yoong mengaitkannya pada Jessica sebagai janji mereka. Sesaat, Yoong mengucapkan sesuatu dan itu membuat keduanya tertawa.

.

“Sepertinya paman akan membunuhku jika tahu aku melamarmu” Yoong tertawa dengan sangat keras.

.

.

.

.

Di dalam mansion, saat Tiffany kembali ke kamar dan ingin bersantai di balkon kamarnya, matanya melihat dua mobil terparkir tak jauh dari luar pagar dan di sekitarnya ada beberapa orang yang terlihat sedang melakukan aktivitas.

.

Tiffany mengerutkan keningnya dan merasa aneh dengan hal itu. Ia pun bergegas mencari ponselnya dan menghubungi Yuri. Ternyata Yuri memberitahunya tentang pengawalan ketat yang dilakukan kepolisian hingga hari persidangan dimana Tiffany akan menjadi saksi kunci atas kejahatan Ayah tirinya beserta rekan-rekannya.

.

Walaupun cukup lega dengan penjelasan Yuri, tapi Tiffany masih merasakan ketakutan dengan orang-orang yang membuat hidupnya seperti ini. Setidaknya pengawalan yang dilakukan untuknya dan Jessica cukup membuat Tiffany sadar bahwa mereka sedang terlibat dengan penjahat besar.

.

Semoga Yuri dan timnya baik-baik saja.

.

Pikiran Tiffany kembali kepada keselamatan Yuri. Biar bagaimana pun, Yuri sudah melakukan banyak hal untuknya dan selama ini menghargainya sebagai seorang wanita, seorang manusia yang layak. Tidak seperti Ayah tirinya dan orang-orang yang memaksanya melayani mereka.

.

Keesokan paginya, Tiffany dibuat terkejut dengan kedatangan Yuri dan dua polisi yang membantu Yuri. Pria itu terkena timah panas di betis bagian kiri saat operasi penyergapan para buronan. Saat itu Yuri menyelamatkan salah satu anak buahnya yang hampir tertembak. Beruntunglah peluru hanya menyenggol bagian pinggir betis Yuri, sehingga tidak terlalu parah.

.

Tiffany membantunya ke dalam kamar Yuri sebelum akhirnya dua polisi itu berjaga di sekitar rumah. Entah kenapa, saat Tiffany hendak mengganti perban Yuri dengan yang baru, wanita itu justru menangis dan Yuri melihatnya.

.

“Hey, Phany-ah. Kau kenapa hmm?”, Yuri membingkainya dan mengangkat wajah Tiffany untuk melihatnya.

.

“Maaf….Maaf Yul. Ini pasti karena kau terlibat dalam kasusku”, ucapnya sedikit terisak.

.

“Hey Hey, Phany-ah. Dengarkan aku. Ini sudah menjadi tugas polisi untuk mengungkap kejahatan dan terlibat di dalamnya. Luka ini adalah resiko dari pekerjaanku. Kau tidak salah, hmmm. Tenanglah”, Yuri membawanya ke dalam pelukan.

.

Tiffany masih menangis walaupun tak sehebat tadi. Bertemu Yuri setelah hari kelamnya, membuat Tiffany bersyukur bahwa masih ada seorang pria yang menghargainya dengan tulus. “Jangan pernah merasa bersalah Phany-ah. Itu sudah kewajibanku melindungimu”, ucap Yuri sekali lagi.

.

“Gomawo Yul”

.

“Hmmm cheonmaneyo. Sekarang kau harus tetap tenang hingga hari pengadilan tiba. Komplotan-komplotan itu sudah berhasil diamankan”

.

Tiffany mengangguk mengerti.

.

.

.

.

***

.

.

“Pagi paman”, Yoong kembali menunjukkan cengirannya dan tersenyum manis kepada Yuri saat ia masuk ke dalam ruang tamu dan mendapati Yuri sedang bersantai dengan korannya dan secangkir kopi.

.

“Bibi Shin, aku juga mau seperti paman”, ucapnya kepada salah satu maid sekaligus yang melayani keluarga Kwon.

.

“YA! YA! Kau pikir ini rumahmu?” kesal Yuri dengan musuh bebuyutannya.

.

“Aigoo paman. Aku kan calon menantumu kelak. Masa iya tidak boleh minum kopi juga”, ucapnya dengan santai.

.

“YA!! Kau”, Yuri menggulung korannya dan bersiap memukul musuh bebuyutannya itu.

.

Yoong sudah berlari untuk menghindari kejaran Yul. Tak lama, Tiffany keluar dari kamarnya dan ia menyembunyikan tubuhnya di belakang Tiffany. “Hai noona bidadari” sapa Yoong dengan sok tampan dan itu membuat Yuri mendumel.

.

“Hai Yoong” Tiffany tersenyum padanya.

.

Yuri semakin mendumel saat Yoong mencoba menggoda Tiffany. Rasanya bocah tengil itu benar-benar ingin mengajak perang dengannya.

.

Tiffany ikut bergabung di ruang tamu dan Yoong ikut duduk di sebelahnya. Sesaat, Bibi Shin keluar dari dapur dan membawa pesanannya. “Woaah, gomawo bibi”, Yoong segera menyeruput kopinya.

.

Tiffany tiba-tiba terkekeh saat melihat reaksi Yuri terhadap kelakuan Yoong. Ia ikut menikmati kue ringan yang disajikan bibi Shin. Beberapa saat kemudian, Jessica keluar dari kamarnya dan sudah terlihat cantik dengan dress bunga-bunga yang menjadi motifnya.

.

Jessica terlihat senang terlebih saat ia melihat Yoongie sudah datang. “Yoongie~~ apa aku cantik?”

.

Yoong tersedak mendengar pertanyaan Jessica dan ia melirik ke arah Yuri yang sedang memelototinya. “Ahmm…aaa….hmmm, ne. Kau cantik, Sica”, Yoong menggaruk tengkuknya karena salah tingkah.

.

Jessicca tersenyum lalu mengecup pipi Yoong. Setelah itu ia mendekati Appanya dan duduk di pangkuan Appanya sambil memeluk leher Yuri. “Appa, ayo pergi”, ucapnya tak sabar.

.

“Aigoo~ putri Appa tidak sabaran, huh?” Yuri mencubit gemas pipinya. Ia lalu memandang Tiffany dan memintanya juga untuk bersiap-siap.

.

“Ajak Yoongie juga, Appa”

.

Yoong menyengir saat Jessica mengatakan hal itu. Ia langsung setuju dan pamit pulang ke rumah untuk bersiap-siap tanpa peduli tatapan Yuri padanya dan itu membuat Yuri mendengus kesal.

.

.

.

.

~~~~~~

.

Setiba di resor, Yuri masuk membawa Jessica masuk ke dalam kamar karena putri kecilnya itu mengantuk. Dengan penuh kasih sayang Yuri membaringkannya di tempat tidur, dan ikut berbaring di sebelahnya seraya mengusap punggungnya. Hal yang sering dilakukan Yuri ketika putrinya ingin tidur.

.

Jessica menatap Appanya dengan lelah. Namun senyuman gadis itu tak pernah hilang sejak tiba disini.

.

“Apa princess Appa senang, hmmm?”

.

Jessica mengangguk pelan. Sejujurnya gadis kecil itu tak bisa mengungkapkan perasaannya saat ini. Ia terlalu bahagia dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Kehadiran Tiffany setidaknya membuat ia merasakan kehadiran Ummanya.

.

“Appa…”

.

“Ne, baby. Wae?”

.

“Apa Umma bahagia disana? Sica rindu Umma”, lirihnya.

.

Yuri segera memeluknya. “Umma pasti bahagia. Disana banyak malaikat yang melindunginya”, tangan kecil Jessica semakin memeluk erat sang Appa. Ia menangis dalam diamnya dan beberapa saat kemudian matanya mulai lelah dan ia mulai terlelap.

.

“Sica sayang Appa”, itulah kalimatnya sebelum ia berlayar ke alam mimpi.

.

Yuri merapikan selimut dan membenarkan posisinya. Ia mengecup kening Jessica dan mengusap airmata kering yang berada di pipinya. “Appa juga sayang Sica”, ia tersenyum sebelum akhirnya keluar kamar.

.

.

“Kemana bocah tengil itu?” tanya Yuri pada Tiffany yang sedang bersantai di balkon penginapan.

.

Tiffany menyikut perut Yuri dan mengundang ringisan dari pria tanned itu. “Kau ini, dengan Yoong tak pernah akur, huh”, omel Tiffany. “Yoong sudah tidur”, lanjutnya.

.

“Mwo?? YA! kau membelanya daripada aku?” ucap Yuri childish.

.

“Ish, dengan anak SMA saja bertengkar” Tiffany menggeleng heran. Sedangkan Yuri terkekeh saat menyadari tingkah kekanakannya.

.

Keduanya tertawa. Tak lama, suasana hening sejenak. Yuri berdiri di samping Tiffany dan kedua sikunya bertumpu pada pembatas balkon. “Setiap Sica membahas Ummanya, aku selalu merasa bersalah”

.

Tiffany diam tak menanggapi. Dia membiarkan Yuri berbicara terlebih dulu.

.

“Sica lahir dan besar di LA, meskipun akhirnya saat umur 4 tahun aku harus membawanya kembali ke Seoul setelah kepergian Sooyeon. Saat itu aku berpikir, apa aku bisa menjadi Appa sekaligus Umma yang baik untuknya.”

.

“Kau melakukannya dengan baik, Yul. Lihatlah sekarang, Sica tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik dan pintar” jujur Tiffany. “Kau tahu? Banyak hal yang aku syukuri saat mengenalmu dan putrimu. Kalian membuatku merasa hidup dan tidak kesepian lagi”

.

Yuri memandang Tiffany, menatap wajahnya dari samping dan mengusap pipinya dengan ibu jari. “Aku juga senang mengenalmu, Phany-ah. Kau memberikan kebahagiaan yang tak bisa kuberikan untuk putriku.”

.

Mereka menikmati moment itu. Kebersamaan Tiffany di dalam kehidupannya dan putrinya membuat Yuri menyadari bahwa ada perasaan lebih. Ia juga dapat merasakan perasaan tulus yang Tiffany berikan untuknya dan Jessica. Tapi ada sesuatu yang menghalangi mereka. Sebuah kepastian.

.

Yuri bukanlah seorang pria yang membutuhkan kesempurnaan. Bahkan 6 tahun sejak kepergian Sooyeon, perasaan Yuri bergetar hanya untuk istrinya. Kehadiran Tiffany dan takdir yang mempertemukan mereka, membuat Yuri mengerti apa arti kesendiriannya selama ini. Ia hidup dan hanya berpikir untuk kebahagiaan putri semata wayangnya.

.

Tiffany berbeda, Tiffany spesial. Mata indahnya tak seindah perjalanan hidupnya. Tapi gadis itu bertahan, bertahan untuk menemukan kebahagiaan. Dan bertemu dengan Yuri, bukan sesuatu yang kebetulan tapi sesuatu yang ia sebut dengan takdir.

.

Keduanya bukanlah anak remaja yang baru mengalami yang namanya jatuh cinta. Yuri dan Tiffany adalah dua orang dewasa yang sadar akan perasaan mereka. Namun untuk sebuah komitmen, keduanya belum membicarakan itu.

.

Yuri dengan jujur mengakui perasaannya, tapi ia meminta waktu memastikan semua itu. Yuri tidak ingin bermain-main dengan kehidupan cintanya, dan Yuri juga tak ingin mempermainkan perasaan Tiffany. Ia hanya butuh waktu, waktu untuk memastikan apakah perasaannya pada Tiffany benar-benar ketulusan cintanya atau hanya sebuah pelarian atas kesepiannya selama ini. Dan Tiffany, Tiffany menerima untuk menunggu keputusan Yuri.

.

.

.

.

***

.

.

“Kyaaaaaaa”

.

Jessica berlari dengan senang di atas salju. Udara dingin tak membuat gadis itu kehilangan semangat. Yoong berlari mengejarnya dan mereka tengah bermain bola salju. Di sisi lain, Yuri dan Tiffany berjalan bersama menikmati salju-salju tipis yang turun.

.

“Baby, apa kau ingin bermain ini?”, Yuri memanggil putrinya dan mengangkat skateboard salju yang khusus digunakan untuk anak-anak. Jessica mengangguk dan berlari menghampiri Appanya.

.

“Duduk disini, dan pegang tali ini”, ucap Yuri pada putrinya.

.

Yuri mulai mengambil posisi dan mendorong papan luncurnya. Jessica berteriak senang saat ia meluncur ke bawah. Disana sudah ada Tiffany yang menunggunya.

.

“Paman, ayo kita berlomba turun ke bawah”, tantang Yoong pada Yuri.

.

“Oke, siapa takut”

.

Keduanya mulai bersiap-siap. Dari bawah sana, Jessica dan Tiffany memberi semangat. Baik Yoong dan Yuri memberikan tatapan tajam dan masing-masing ingin mendominasi untuk menang.

.

1

.

2

.

3

.

Go!!

.

.

.

Keduanya meluncur dan begitu konsentrasi dengan keseimbangan masing-masing. Tiba-tiba dari bawah, muncul sekelompok orang dan mulai menembak ke beberapa orang yang ada disana. Yuri dan Yoong terkejut dengan apa yang terjadi.

.

“APPA!!!!!!!!!!”

.

Teriakan Jessica, membuat jantung Yuri berhenti berdetak. Ia melihat putrinya dan Tiffany tak sadarkan diri di pelukan orang misterius. Yuri berlari mendekati posisi keduanya, dan Yoong yang tidak tahu apa-apa juga ikut nekat berlari untuk menyelamatkan Jessica dan Tiffany.

.

Door…

.

Namja itu terjatuh begitu sebuah peluru mengenai tubunya. “Yoong!”, Yuri menoleh ke arah namja itu. Ia terjebak dalam pilihan, berlari menyelamatkan putrinya dan Tiffany dan meninggalkan Yoong yang tertembak atau menyelamatkan Yoong.

.

“Pa…man”, lirih Yoong kesakitan. Peluru itu mengenai perut bagian kirinya.

.

“Bertahanlah”, Yuri menekan pelan perut Yoong agar tidak banyak mengeluarkan darah

.

Tak lama kemudian, Sera muncul bersama dua anak buahnya. Sera terluka di bagian lengan dan mengeluarkan banyak darah. “Maaf letnan, mereka berhasil menyerang kami”

.

“Panggil ambulan dan selamatkan dia” Ucap Yuri dan menunjuk Yoong. “Kembalilah ke kepolisian”, perintahnya.

.

Ia lalu mengambil pistol Sera dan mengejar penjahat yang menculik putrinya dan Tiffany. Sepanjang perjalanan, Yuri memukul kesal stir mobilnya. Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

.

“Hyo, atur koordinat dimana posisi putriku. Gunakan akses khusus dan beritahu aku”, perintahnya melalui sambungan telpon.

.

“Kau dimana Yul, jangan gegabah” Hyoyeon memperingatkan.

.

Yuri tak mendengarkan. Ia mematikan sambungan telpon dan mengaktifkan koordinat untuk melihat posisi keberadaan putrinya. Yuri selama sudah mengakses wajah putrinya dan menghubungkannya ke satelit pencari yang bisa menemukan keberadaannya.

.

.

To: Taeyeon

Taeng, atur formasi pasukan khusus dan kirimkan mereka ke daerah Paju.

.

.

.

Yuri memarkirkan mobilnya jauh dari sebuah gedung yang tak terpakai. Koordinat menunjukkan putrinya berada disana. Yuri mengendap masuk ke basement. Ia melihat beberapa mobil van terparkir.

.

“Bedebah”, umpat Yuri seraya menyelinap. Ia mengecek jam tangannya yang menunjukkan koordinat putrinya berada.

.

.

BRAAKK

.

.

Yuri menendang pintu dengan kasar. Ia terkejut dengan yang dilihat. Putrinya menangis ketakutan sedangkan Tiffany terikat di kursi dan mulutnya terbungkam. Yuri tidak menyadari seseorang dibelakangnya dan memukul tepat di bagian leher belakang. Ia pun jatuh tak sadarkan diri.

.

.

.

.

***

.

“Yuri tertangkap”, ucap Taeyeon pada Hyoyeon.

.

“APA?”

.

Taeyeon menunjukkan pesan singkat Yuri. “Dia sengaja mendekati penjahat itu agar menahannya. Jessica dan saksi kunci juga berada disana”

.

“Sh t! Komplotan mereka cukup banyak”, kesal Hyoyeon menyadari situasi.

.

“Kumpulkan semua anggotamu, Hyo. Dan kumpulkan mereka di markas pasukan khusus milikku. Aku akan mengecek keadaan Sera dan anak buahnya yang terluka terlebih dulu dan juga anak itu”

.

“Kau akan kembali ke pasukan?” Hyoyeon terkejut dengan perintah Taeyeon.

.

“No. Hanya untuk saat ini, Yul meminta bantuanku. Aku lebih senang menjadi dokter” kekeh Taeyeon.

.

“Ya ya, aku tahu. Itulah alasanmu meninggalkan pasukan khusus”

.

Taeyeon terkekeh lagi. “Pergilah. Aku akan menyusul”, Hyoyeon mengangguk dan segera pergi.

.

.

.

————————

.

“Bagaimana keadaan anak itu? Kudengar dia tetangga Yuri”

.

Juhyun menoleh dan mendapati Taeyeon masuk ke ruangannya. “Lukanya dalam, dan ia belum sadarkan diri. Tapi kondisinya mulai stabil” jelas Juhyun.

.

Taeyeon melepaskan jas dokternya dan memakai rompi miliknya. Hal itu membuat Juhyun mengerutkan keningnya.

.

“Aku tidak tahu jika saksi kunci berada di rumah Yuri. Apa kau tahu, sayang?”

.

Pertanyaan Taeyeon membuat Juhyun terdiam. “Aku sudah tahu jawabannya”, ucap Taeyeon.

.

“Maaf Oppa, Yul Oppa yang memintaku merahasiakannya”, Juhyun menjadi bersalah karena merahasiakan hal sepenting ini dari suaminya.

.

“Aku mengerti” Taeyeon tersenyum dan mengecup bibir istrinya. “Aku akan kembali ke pasukan khusus dan menyelamatkan mereka. Sidang kasusnya akan dilaksanakan lusa. Kupikir mereka melakukan ini agar saksi kunci tutup mulut”

.

“Sica pasti ketakutan dan aku khawatir dengan kondisi psikis Tiffany”, jelas Juhyun.

.

“Yul bersama mereka. Dia sengaja membuat dirinya tertangkap. Jika ada Yul, aku yakin mereka baik-baik saja. Hanya saja kita harus bergerak cepat sebelum terjadi hal buruk”

.

“Eoh. Berhati-hatilah, Oppa. Dan cepat kembali”

.

Juhyun memeluk suaminya dan keduanya tersenyum. “Aku pergi dulu”, pamit Taeyeon.

.

.

.

.

.

Di ruang penyekapan…

.

Yuri membuka matanya perlahan saat mendengar isak tangis. Ia mendapati dirinya yang terikat di kursi. Tepat di hadapannya, ada putrinya yang juga terikat. Sedangkan Tiffany yang berada tak jauh dari Jessica, dalam keadaan tak sadarkan diri.

.

“Baby….”

.

Jessica menoleh ke arah Appanya. “Ap..Appa….hiks…hiksss…. Appa bangun?” gadis kecil itu menangis. Ia takut melihat Appanya dan Tiffany yang tak sadarkan diri.

.

“Gwenchana, baby… Appa akan mengeluarkan kalian dari sini, hmmm”, Yuri mencoba menenangkannya.

.

“Me..mereka… mereka memukul aunty cantik hingga aunty cantik seperti itu”, adunya pada Yuri saat menyaksikan Tiffany yang dipukul hingga pingsan.

.

Yuri mengepalkan tangannya. Amarah mulai menyelimuti dirinya. Ia jamin siapapun yang menyakiti putrinya dan Tiffany, tidak akan merasakan kebebasan.

.

“Dengarkan Appa, baby. Jangan takut dan berhentilah menangis. Appa ada disini”, bujuk Yuri.

.

Jessica mengangguk dan tangisannya mulai mereda. Ia percaya bahwa Appanya akan menyelamatkan mereka. Di sisi lain, Yuri menggerakkan tangan dan kakinya, untuk berusaha melepaskan ikatan itu. Ia tidak peduli jika pergelangan kaki dan tangannya berdarah.

.

.

.

.

Arrrggghh sh t!

.

.

.

.

TBC ^^

.

————————–

YUHUUUU PART 2 IS COMING ^^

Selamat Membaca. Kekekeke

PART 3 (Ending) dirilis sore ini dan seperti biasa, bakal gue protect XD

Format PW: ID_Jawaban

Pertanyaan “Kapan SNSD pertama kali mengadakan fanmeeting di China?”

(Tanggal, bulan dan tahun)

Email and Twitter are Avalaible.

See you~~

.

.

Annyeong!!

.

.

by: J418

.

.

.

*bow*

213 thoughts on “You Are My Destiny (2)”

  1. Uhukk yul mlai suka tiffany ciee ciee..
    Si yoong sm yul kapan akurnya sih? Brantem mlu . 😀
    Tegang pas adegan tiff sm sica diculik dan pas yoong ditembak..
    Tp aku pnsran knpa mommynya sica bisa meninggal? Sakit atau gmna thor?

    Like

  2. Yoosic ? Haha kelakuannya ngalahin yulti
    Yul aja belum berani ngakuin perasaannya ke fanny , eh dia udah ngelamar sica aja 😊😜

    Kasian amat tante cantik dipukul sampe pingsan, cepat selametin dah kasian jetiyul

    Like

  3. yoonyul ga prnh akur bgt deh ini. orang tuanya yoong siapa? seenak amat numpang idup di rumah yul wkwkwkwk
    waaahhh yulsicfanny ketangkep, yoong ketembak … akhirnya gmn ya .-.

    Like

  4. wahhh lgi seneng2nya ,, penjahat muncul dan nyulik sica dan fanny . smoga yul bisa nyelamatin anaknya dan fanny ya . yoong jga ketembak ,, smoga selamat dehh yoong nya . hehehe

    Like

  5. Haii kak, awalnya gak sengaja nemu blog ini gara2 nyari2 fanfic ttg yulti

    Penasaran ama mommynya jessica meninggalnya gara2 apa yaa??

    Fanfic ini jalan ceritanya keren, alurnya juga oke, gak melulu yg drama menye2 kaya kebanyakan yg kubaca kemaren2an

    Smoga tae bisa nyelametin yul fany sica 🙂
    Yoong lukanya gak parah kan ya? Walopun nyebelin tapi dia tu moodmaker disini 😀

    Liked by 1 person

Leave a comment