SERIES, The Heirs

THE HEIRS (15)

Tittle                : THE HEIRS

Cast                 : Kim Taeyeon

Kwon Yuri

Jessica Jung

Im YoonA

Tiffany Hwang

Choi Sooyoung

Girls Generation Member and Others

Genre              : Gender Bender, BitterSweet, Drama, Romance

 

Series

—————————————————————————-

.

.

PART 15

.

.

“Ada apa ini?” Sooyoung baru saja masuk ke dalam rumah dan mendengar suara Taeyeon berteriak.

.

Taeyeon menggaruk kepalanya dengan canggung. “Ah, tidak ada apa-apa. Hanya terkejut saja”, ucapnya menanggapi pertanyaan Sooyoung. Di sisi lain, Tiffany tertawa kecil melihat reaksi Taeyeon yang sangat lucu menurutnya.

.

Tak lama, Jessica keluar dari kamar Soofany dan sudah rapi dengan dress santai milik Tiffany. Jessica mengambil duduk di sebelah Tiffany dan memeluknya dari samping. “Hihihi, kau akan menjadi seorang ibu dan aku aunty”, kekeh Jessica sambil meraba perut Tiffany yang sudah membesar.

.

“Apa kau yakin akan menyukai anak kecil?” goda Tiffany.

.

Jessica melepaskan pelukannya dan cemberut di hadapan Tiffany. Sooyoung hanya terkekeh melihat little girlnya dan Taeyeon terkejut melihat sisi lain Jessica yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

.

“Meannie~”, Jessica mempoutkan bibirnya. “Wait. Kau menikah dengan siapa Fany-ah?” tanya Jessica.

.

Tiffany tersenyum dan lalu mengusap kepala Jessica. “Dengan Oppa tampanmu, Jessi”, Jessica mengikuti arah pandang Tiffany ke Sooyoung.

.

“Ah iya, aku ingat. Hehehe”, ucapnya disertai tawa kecil.

.

“Yasudah, ayo kita sarapan. Tiffany sudah memasak masakan yang lezat”, ajak Sooyoung pada semuanya.

.

“Ish, kalo makanan saja. Cepat sekali”, ejek Sica dan itu membuatnya mendapat glitikan dari Sooyoung. Keduanya berkejaran menuju ruang makan. Tiffany menggeleng melihat kelakuan keduanya.

.

“Ayo Taeyeon-ssi”, ajaknya pada Taeyeon yang diam seperti memikirkan sesuatu.

.

“Ah iya”, dia berdiri mengikuti Tiffany menuju ruang makan.

.

“Aneh. Kenapa Sica bertanya dengan siapa sahabatnya menikah? Bukankah itu sudah jelas?”, pikir Taeyeon saat mengingat kejadian barusan. Dia pun menghela nafasnya karena bingung.

.

.

.

Setelah makan, Taeyeon dan Jessica harus kembali ke Seoul karena kesibukan mereka. Sooyoung pun mengantarnya menuju bukit tempat orang-orang Taeyeon berada dengan helikopternya.

.

“Jessica sudah dalam perjalanan ke Seoul. Tolong jaga dia sampai aku tiba disana”

.

“Baik tuan muda”, jawab Baro melalui sambungan telpon.

.

“Khaa~ ini akan semakin kacau jika aku tidak secepatnya menemukan orang itu” gumamnya sambil menuju mobil. Sesampai di rumah, Tiffany menyambut kedatangan suaminya dan mereka pun duduk bersama di ruang tamu untuk membicarakan rencana kepulangan mereka.

.

Sooyoung memandang Tiffany dengan tatapan bersalah. “Maaf sayang, kita harus kembali ke Seoul. Sebenarnya aku bisa saja meninggalkanmu disini, tapi aku tak bisa. Jadi kita harus pulang. Apa kau setuju?”, tanyanya.

.

“Aku tahu bagaimana rasa sayangmu terhadap Jessi. Jadi aku tidak mempermasalahkan itu. Tapi apa Jessi baik-baik saja?”

.

“Hmmm, dia baik-baik saja. Hanya, seperti yang aku bilang sebelumnya padamu, Sica akan melupakan sesuatu sementara waktu”

.

“Kalo begitu, sebenarnya dia tidak punya alasan yang tepat untuk membenci kakaknya?”, Sooyoung mengangguk menanggapi pertanyaan Tiffany.

.

“Setelah kepergian Eunji, Sica sangat terpukul. Ia setiap hari menangis dan menjadi tertekan karena harus mewarisi mahkota keluarga Jung. Tidak ada pilihan lain, Sica harus tetap memegang mahkota itu. Tapi lama kelamaan ia merasa tidak bisa melakukan apapun yang dia inginkan, hingga akhirnya dia harus melupakan impiannya dalam design dan menjadi dokter spesialis jantung atas keinginan Mommy Natasha. Karena hal itu, Sica membenci Eunji. Ia menganggap Eunji mengingkari janjinya”

.

Tiffany menggenggam tangan suaminya dengan lembut. Dari nadanya, Sooyoung terdengar sangat sedih. “Tapi entah kenapa aku ingin bersyukur atas apa yang Sica alami 5 tahun lalu”, lanjut Sooyoung.

.

“Kenapa?”

.

“Karena sejak saat itu, Sica menjadi dirinya yang baru dan membentuk karakter yang lebih baik dari sebelumnya meskipun aku membenci satu kenyataan yang terjadi. Apa kau menyadari sesuatu, Fany-ah?” tanya Sooyoung dan wanita itu menggeleng.

.

“Sica menjadi terobsesi dengan Yuri. Dia sangat membutuhkan Yuri dan mencintainya terlalu dalam. Ketika ia kehilangan memorinya, sugesti dalam diri Sica hanya mempertahankan ingatan bahwa Yuri adalah cinta masa kecilnya hingga sekarang”

.

“Lalu, apa sekarang dia kehilangan memorinya lagi? Dia bahkan tidak mengingat dengan siapa aku menikah”, ucap Tiffany saat mengingat kejadian tadi.

.

Sooyoung menggeleng. “Ia sengaja melupakannya sesaat. Itu hal biasa yang terjadi pada seseorang yang memiliki memory syndrome dan akan terjadi ketika orang itu mengalami tekanan dalam pikirannya. Untuk itulah aku harus kembali ke Seoul” jelas Sooyoung lagi.

.

“Hmmm, aku akan ikut bersamamu”, Tiffany memberikan senyumannya pada Sooyoung.

.

“Gomawo, sayang”

.

.

.

.

***

.

Keesokan paginya…..

.

Artikel perilisan mengenai Ritz yang mencabut sahamnya dari Hwang Group akhirnya muncul ke publik. Hal itu mengundang beberapa partner Ritz yang ada di Hwang Group ikut mencabut saham mereka. Anjloknya saham Hwang Group tak bisa dihindarkan lagi tetapi beruntungnya perusahaan itu masih didukung oleh saham dari REUS dan perusahaan milik Krystal.

.

“Sesuai rencana”, Yoong terkekeh saat menyaksikan berita pagi ini dengan tenangnya. Ia bersantai menikmati sarapan bersama Woobin di Rumah Sakit. Namja kurus itu sedang menjenguk sahabatnya.

.

Woobin hanya bisa menggeleng saat melihat reaksi Yoong. “Apa kau benar-benar puas sekarang?”, tanya namja itu yang masih berbaring di ranjangnya.

.

“Tentu saja Woobin-ah. Akhirnya dia merasakan apa yang kakekku rasakan sebelumnya”, jawab Yoong dengan senyum manisnya.

.

.

Braak…..

.

.

“YAH! Im Yoona”, Taeyeon membuka pintu rumah sakit dengan kasar dan berteriak. Baik Woobin dan Yoong dibuat terkejut oleh kedatangannya.

.

“Hyung?” ucap keduanya bersamaan.

.

“Katakan padaku jika wanita bernama Tiffany adalah putri pemilik Hwang Group”, ucap Taeyeon to the point kepada Yoong.

.

Yoong merasa aneh dengan pertanyaan itu. “Iya, lalu kenapa Hyung?”

.

“Astagaaaa! Kenapa kau tak mengatakannya. Dia sahabat Jessica”, jelas Taeyeon.

.

“Lalu?”

.

“Aish bocah tengil ini. Aku kan sedang mendekati Jessica”, kesal Taeyeon yang tanpa sadar mengucapkan kalimat itu.

.

Yoong yang mendengarnya langsung tertawa. “Oh, jadi ada yang benar-benar jatuh cinta?”, ucap Yoong mengejek.

.

“Ya ya ya. bukan seperti itu. Aish yasudahlah”, Taeyeon langsung duduk dan tak ingin membuat Yoong menginterogasinya lebih dalam lagi.

.

“Ya~~ Hyung. Katakan, kau jatuh cinta padanya ya?”, bujuk Yoong masih memancing Taeyeon untuk bicara.

.

“Aish diamlah”, cuek namja itu sambil memainkan hapenya.

.

“Oh my god.. hahaha aku ikut senang Hyung”, ucap Yoong dengan kekehannya.

.

.

“Hyung…..”, panggil Woobin pelan. Taeyeon dan Yoong yang mendengarnya pun langsung menoleh. Mereka terkejut begitu melihat wajah Woobin yang menahan kesakitan sambil memegangi dadanya.

.

Sontak, keduanya bergegas mendekati Woobin dan Yoong segera memencet tombol merah yang ada di ruangan itu.

.

Beberapa suster segera mengecek keadaan Woobin. Tak berapa lama, Jessica muncul dengan perlengkapan dokternya. “Dok, kondisi jantung pasien semakin melemah”, lapor salah satu suster pada Jessica.

.

Dengan perintah Jessica, para suster membawa Woobin ke ruang penanganan intensif. Taeyeon dan Yoong mengikuti mereka dengan wajah panik terutama Taeyon.

.

“Sica, tolong adikku”, pinta Taeyeon sebelum Jessica memasuki ruangan itu.

.

“Berdoalah Taeyeon. Aku dan timku akan berusaha semaksimal mungkin. Kuharap sebaiknya kau menghubungi Ummamu, dia harus tahu tentang ini”, Taeyeon menganggukkan kepalanya dan Jessica langsung masuk ruangan.

.

“Hyung”, Yoong menepuk pelan punggung Taeyeon dan memberikan kekuatan untuk Taeyeon. Namja itu hanya bisa memberikan senyum terima kasihnya.

.

.

.

Setengah jam berlalu, pintu ruangan belum juga terbuka. Dan dari arah berlawanan, Kim In Ha terlihat terburu-buru bersama asistennya.

.

“Taeng”, Umma Kim segera memeluk putranya itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Taeyeon mencoba menyembunyikan kesedihannya dan mencoba membuat ibunya tetap kuat menghadapi ini.

.

“Apa yang terjadi?”

.

“Mereka mengatakan jantung Woobin semakin melemah”, lirih Taeyeon dan itu membuat Umma Kim semakin menangis. “Tenanglah Umma, Sica mengatakan akan berusaha semaksimal mungkin”

.

Akhirnya yang mereka tunggu datang juga. Pintu ruangan terbuka dan terlihat wajah lelah Jessica yang yang baru saja membuka maskernya. Taeyeon, Yoong, dan Umma Kim mendekatinya.

.

“Bagaimana keadaan Woobin, nak?”, Tanya Umma Kim pada Jessica.

.

“Kita bicarakan ini diruangan saja”, Ketiganya pun berjalan menuju ruangan Jessica dan Yoong memilih menunggu di luar.

.

“Jantungnya yang sekarang masih mampu menopang hidup Woobin. Tapi resikonya semakin besar jika kita tidak secepatnya menemukan pendonor yang tepat”, jelas Jessica atas kondisi Woobin.

.

Umma Kim tak kuasa mendengarnya. Taeyeon dengan sabar memeluk Ummanya dan menguatkannya meskipun dia sendiri sedih dengan penjelasan yang Jessica katakan. Resikonya semakin besar.

.

“I am sorry for telling you about this, aunty. But, his condition become worst than before”, Jessica menggenggam tangan Umma Kim dengan tatapan maafnya.

.

“Aunty mohon, tetap lakukan yang terbaik Sica”

.

“Hmmm pasti, aunty. Untuk sementara Woobin masih di ruangan intensif. Aunty dan Taeyeon bisa menjenguknya”

.

“Gomawo Sica”, ucap Umma Kim.

.

Taeyeon langsung membantu Ummanya untuk berdiri dan mereka pun meninggalkan ruangan Jessica.

.

Selepas kepergian Taeyeon dan Umma Kim, Jessica kembali memegangi kepalanya yang terasa sakit. Saat menangani Woobin di dalam sana, entah kenapa banyak sekali memory Jessica tentang Eunji berputar lagi. Ia merasa berada di posisi Taeyeon dan Umma Kim. Hal itu membuat Jessica semakin merasakan sakit di kepalanya.

.

.

.

“Unnie~~”

.

Gadis kecil itu berlari kegirangan ke arah kakaknya sambil memegang sebuah buku gambar. “Lihatlah lihatlah”, ucapnya dengan girang dan mengangkat buku gambarnya agar sang kakak melihatnya.

.

“Wooow, bagus sekali”, senyum sang kakak lalu menoleh ke arah adiknya dan mencium pipi munngilnya.

.

“Sooyeon ingin seperti Robert saat besar nanti”, ucapnya. Robert adalah designer pribadi milik keluarga Jung yang merancang semua busana untuk keluarga tersebut.

.

“Jinjja? Kalo begitu Sooyeonnya unnie harus belajar yang giat supaya bisa seperti Robert”

.

Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya dengan imut dan mengundang tawa sang kakak. “Unnie janji ya, unnie harus mendukungku. Sooyeon tidak ingin seperti unnie. Setiap acara besar, unnie selalu mengobrol dengan orang-orang dewasa. Mereka kan tidak asik. Sooyeon tidak mau seperti itu”

.

Eunji semakin dibuat tertawa dengan ekspresi adiknya. Ia pun mensejajarkan tingginya dengan sang adik. “Aigoo, kenapa adik unnie ini pintar sekali, huh? Tenang saja, Sooyeon boleh menjadi seperti Robert karena unnie yang akan memakai mahkota” ucap Eunji disertai senyumannya.

.

“Yakso?”, Sooyeon kecil menyodorkan jari kelingkingnya.

.

“Yakso, my little Sooyeonni” balas Eunji.

.

.

.

.

————————–

“Pembohong”, ucap Jessica pelan mengingat hal itu. “Sekarang kau membiarkan aku memakai mahkota yang seharusnya menjadi milikmu bukan milikku”.

.

Jessica menatap foto Eunji dengan penuh kemarahan. Ia mengambil buku gambar dari laci kerjanya dan segera pergi dari ruangannya. Ia melajukan mobilnya menuju sebuah tempat yang sudah sangat lama sekali tidak ia kunjungi.

.

Jessica duduk di atas rerumputan sambil memandangi pusara sang kakak, Jung Eunji. Ia mulai membuka buku gambarnya dan melukis sesuatu disana dengan serius. Dua jam ia disana dan fokus pada kertas gambarnya. Ia pun menatap pusara itu lagi setelah selesai menggambar.

.

“Kau tahu unnie, aku tidak akan menjadi seperti Robert tapi sepertimu. Apa kau puas sekarang?” tanyanya dengan mengejek di depan pusara itu.

.

“Lihatlah, aku bahkan lebih hebat dari Robert”, Jessica menunjukkan banyak sketsa design yang baru saja ia gambar hanya dalam waktu dua jam. “Tapi kau merusaknya”, Jessica mulai merusak satu gambar design yang ia buat tadi menjadi beberapa potongan.

.

“Kau membiarkan aku melupakan semua impianku”, satu lembar design kembali ia rusak di depan pusara sang kakak. “Kau membiarkan aku memakai mahkota menyebalkan ini”, satu lembar lagi hingga lembar terakhir. Ia bahkan tidak peduli jika lembaran kertas-kertas itu mengotori area pusara milik kakaknya.

.

“I HATE YOU. YOU HEAR ME???? I HATE YOU”

.

Ia tertunduk di depan pusara itu sambil menangis hebat. “Bahkan, aku tak bisa membuat Yul mencintaiku seperti ia mencintaimu” lirihnya.

.

.

.

.

.

***

.

“Yoong”, Krystal dibuat terkejut dengan kedatangan Yoong yang tiba-tiba di kantornya dengan wajah kacau dan langsung memeluknya. “Ada apa?”, bingungnya yang melihat sikap Yoong.

.

Namja itu tidak menjawab. Ia malah mengeratkan pelukannya pada Krystal. Yoong sangat terpukul dengan kondisi Woobin dan hanya Krystal yang mengerti bahwa Woobin sudah seperti saudaranya.

.

Tidak mendapat jawaban, Krystal membiarkan Yoong memeluknya.

.

“Woobin…….”, ada jeda dalam ucapan Yoong. “Dia kritis” ucapan Yoong selanjutnya membuat Krystal memahami situasi yang terjadi. Tanpa ragu, dia pun membalas pelukan Yoong dan memberi kekuatan pada namja itu.

.

“Apa kau bersedia memberiku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku, Krys?”, tanya Yoong tiba-tiba, masih memeluk Krystal.

.

“Apa maksudmu Yoong?”

.

“I Love you”, kini Yoong melepaskan pelukannya dan menatap mata Krystal. Ketampanannya tak berkurang meskipun perasaannya terlihat kacau.

.

Krystal masih diam. Ia bingung harus bereaksi seperti apa. Tiba-tiba ia merasakan tangan Yoong menggenggamnya lembut. “Hyuni ada di rumah sakit sekarang. Dia baru saja tiba dari Praha setelah mendengar kondisi Woobin. Aku tidak ingin kau seperti Hyuni setelah nantinya kau resmi memakai mahkota itu”, ucap Yoong.

.

“Lihatlah Hyuni. Dia disibukkan dengan segala kegiatannya sebagai pemakai mahkota hingga ia tidak memiliki waktu berharga seperti sebelumnya dengan Woobin. Hubungan kita akan seperti itu jika saat itu kita masih bersama”

.

“Yoong—”

.

“Benar kata Woobin. Aku terlalu takut mengakuinya. Alasanku meninggalkanmu saat itu karena aku takut kehilangan waktu berharga kita karena kesibukanmu setelah memakai mahkota. Aku selalu berharap bahwa aku yang memakai mahkota AIR Group, agar aku bisa mencegahmu dari kesibukan itu. Balas dendam itu hanya sebuah alasan lain yang aku buat untuk menutupi alasan sebenarnya. Apa aku terlalu egois?”

.

Krystal tak menduga bahwa Yoong akan mengatakan alasan yang ia tunggu selama beberapa tahun ini. “Bahkan aku lebih egois darimu, hingga masih menyimpan cincin yang seharusnya menjadi cincin pertunangan kita”

.

Kali ini Yoong yang dibuat terdiam dengan pengakuan Krystal. Ia menatap gadis itu lebih dalam lagi dengan perasaan bersalah. “Maafkan aku”, ucap Yoong pelan.

.

“Bodoh. Seharusnya kau mengatakan aku mencintamu, bukan maafkan aku”, Krystal memukul pundak Yoong dengan sedikit keras lalu tersenyum padanya.

.

Yoong ikut tersenyum. “Jadi, apa sekarang kita………….“balikan”? tanyanya lagi.

.

“Apa? Bahkan kau tidak meminta padaku atau semacamnya”, ucap Krystal cuek dan memilih kembali ke kursi kerjanya.

.

Yoong mempoutkan bibirnya.

.

“Soojung-ah~~” rengeknya pada Krystal.

.

“Pergi sana. Aku sedang sibuk” usirnya pada Yoong

.

“Ya~~ kau belum menjawab pertanyaanku”, rengeknya lagi pada gadis itu. Merasa tidak ditanggapi, Yoong menghentakkan kakinya kesal tanpa tahu bahwa Krystal sedang menertawakannya.

.

Yoong menghela nafasnya karena ia kalah. “Baiklah. My princess, My Soojung, My Krystal. Aku masih sangat sangat mencintaimu. Apa kau mau menerimaku lagi?”, Krystal tersenyum puas.

.

“Okay. Sekarang pergilah, dan jemput aku saat makan malam nanti”, balasnya.

.

“Ya~~ apa hanya itu saja. Tidak ada ciuman?”

.

“Aish, pergi sana. Aku sedang sibuk”

.

“Baiklah baiklah. See you later, princess”, Yoong tersenyum pada “kekasihnya” itu.

.

“Bukankah seharusnya ada sebuah ciuman? Huft”, gumamnya sambil menuju pintu.

.

Krystal yang mendengarnya hanya bisa menahan tawa hingga Yoong menghilang di balik pintu. Gadis itu tersenyum lagi. “Penembakan yang tidak romantis” kekehnya.

.

.

.

.

.

——————————-

.

Yuri membulatkan matanya begitu melihat Jessica yang terbaring di dekat pusara Eunji dengan kertas yang berserakan disana. Ia baru saja mendapat telpon dari Baro, orang kepercayaan Sooyoung yang mengawasi Jessica.

.

“Baby….Baby…..” Yuri menepuk pelan pipi Jessica. Masih terlihat ada airmata yang tersisa disana dan Jessica tak sadarkan diri.

.

“Hubungi dokter Han”, perintah Yuri pada asistennya. Ia segera mengangkat tubuh Jessica dan membawanya pergi dari sana.

.

Setiba di apartemen bersama milik YulSicSoo, dokter Han sudah menunggu kedatangan mereka. “Memory syndromenya kambuh lagi, ssaem” ucap Yuri seraya membaringkan Jessica di atas tempat tidur.

.

Dokter Han mengangguk mengerti. Ia segera memeriksa kondisi Jessica.

.

“Apa Jessica ada pasien hari ini?”, tanya Dokter Han.

.

“Jadwalnya sudah selesai untuk hari ini, Ssaem. Saya sudah menanyakannya ke pihak rumah sakit”, jelas Yuri.

.

Dokter Han selesai memeriksanya. “Syndromenya masih dalam tahap normal. Sepertinya Sica baru saja mengingat sesuatu yang membuatnya terluka”

.

“Apa ini tentang Eunji? Saya menemukannya di pusara Eunji, Ssaem”

.

Dokter Han mengangguk. “Itu dugaanku. Dia terlihat terpukul”

.

“Yul, saat dia sadar nanti, tolong jangan tanyakan hal yang baru saja ia alami. Biarkan kita mengikuti keinginannya. Jika Sica menceritakannya, berarti dia bisa mengatasi perasaannya. Tapi jika dia tidak membahasnya, tolong buat perasaannya menjadi lebih baik”

.

“Baik Ssaem, akan saya turuti”, Yuri mengantar Dokter Han hingga pintu depan dan kembali lagi ke dalam kamar Jessicca.

.

Yuri duduk di tepi ranjang dan memandang wajah lelah Jessica. Ucapan Dokter Han membuat Yuri semakin takut. Bagaimana jika Jessica mengetahui sebuah kenyataan yang selama ini tersembunyi?

.

“Alain….” Jessica menggumam dalam tidurnya.

.

Yuri tersentak dengan gumaman Jessica yang menyebutkan sebuah nama asing. “Alain? Nugu?”, pikir Yuri.

.

“Alain….”, gumam Jessica sekali lagi.

.

Yuri segera mengusap kening Jessica yang berkeringat. Terlihat jika gadis itu sedang bermimpi. “Ssshhhhh”, Yuri menenangkannya agar Jessica tidak terusik oleh mimpinya.

.

“Alain….?” pikir Yuri lagi. “Apa aku pernah mendengar nama ini?” Yuri tampak berpikir.

.

.

.

.

“Sica.. Tunggu”, Yuri mengejar Jessica kecil yang sedang berlari ke arah sekumpulan anak laki-laki di taman.

.

Yuri menghampiri Jessica yang terlihat berdebat dengan seorang anak laki-laki berambut pirang.

.

“Aku kan tidak sengaja”, teriak Jessica pada anak laki-laki itu yang langsung pergi begitu saja bersama teman-temannya.

.

“Apa kau mengenal mereka, Sica?”, tanya Yuri yang tampak tak mengenal satupun dari mereka.

.

“Kupikir pria berambut pirang itu Alain” ucap Jessica dengan nada sedih sambil menundukkan kepalanya.

.

“Siapa?”

.

Jessica bukan menjawab, justru menggelengkan kepalanya. “Yul aku pengen es krim”, ucapnya pada Yuri dan ia tidak ingin membahas kejadian barusan.

.

“Es krim?” Jessica tersenyum sekali lagi menanggapi ucapan Yuri.

.

“Baiklah. Lets goooo….”

.

.

.

Pada weekend, rombongan sekolah Yuri dan Jessica pergi ke taman bermain. Disana mereka mencoba banyak permainan yang menyenangkan.

.

“Yul, kita kesana ya”, pinta Jessica kecil pada Yuri.

.

Yuri pun mengangguk dan mereka menuju stand permainan menjatuhkan kaleng dengan bola baseball.

.

Jessica terlihat senang ketika melihat sebuah boneka kartun berwajah tampan dengan rambut pirang.

.

“Yul, aku mau Alain”, ucapnya.

.

“Alain?” tanya Yuri lagi tapi Jessica tak menjawabnya. Ia sibuk merogoh uang di sakunya lalu menyerahkan pada ahjussi penjaga stand.

.

“Yul, jatuhkan semuanya biar aku dapat boneka itu”

.

Yuri menerima bola yang diberikan ahjussi. Dengan tangan kecilnya, ia pun berusaha memenangkan permainan. Tapi hingga belasan kali, Yuri gagal menjatuhkan semua kaleng secara strike.

.

“Sica, kita main yang lain saja ya. Aku tidak bisa memenangkannya”, Yuri mempoutkan bibirnya.

.

“Payah”, balas Jessica yang terlihat kesal karena Yuri gagal. Ia pun pergi dari stand permainan itu.

.

“YA~~~ tunggu aku” teriak Yuri.

.

.

.

.

————————–

Yuri tersadar dari pemikirannya saat sebuah tangan halus memegang lengannya dan ternyata Jessica sudah sadar.

.

“Sica..”, Yuri tersenyum melihat tunangannya sudah sadar kembali. “Kau kelelahan, hmmm. Ssaem bilang kau harus istirahat”,

.

Jessica membalas senyuman Yuri. “Aku haus Yul”, Yuri segera mengambilkan air minum untuknya dan membantu Jessica duduk di atas tempat tidur.

.

“Feeling better?”, tanya Yuri.

.

“Hmmmm”

.

Jessica memandang sekelilingnya dan mengerutkan dahi begitu menyadari ia ada di apartemen. “Kenapa aku bisa disini?” herannya.

.

“Kau kelelahan baby. Tadi ada beberapa pasien yang baru kau tangani”, bohong Yuri karena ia tidak ingin mengingatkan Jessica tentang yang baru saja dialami gadis itu. “Aku membawamu pulang karena kau harus istirahat”, Jessica mengangguk.

.

Tangan Jessica terangkat dan mengusap rahang kanan Yuri. Ia menatap mata Yuri dalam lalu tersenyum lagi. “Yul”

.

“Ya?”

.

“Aku baru saja bertemu dengan Alain di mimpi masa kecil kita”

.

“Yul, saat dia sadar nanti, tolong jangan tanyakan hal yang baru saja ia alami. Biarkan kita mengikuti keinginannya”

.

“Benarkah? Apa kau senang bertemu Alain?”, Yuri menanggapinya.

.

“Huum tentu. Dia semakin tampan tapi sayang, Alain yang sekarang rambutnya tidak berwarna pirang” jawabnya sambil memandang ke arah rambut hitam Yuri.

.

“Mwo? Jadi kau ingin rambutku berwarna pirang?”, kaget Yuri karena mengerti maksud pandangan Jessica.

.

Jessica terkekeh melihatnya. “Tidak, bukan begitu. Aku suka dengan rambutmu yang berwarna hitam, Yul. Sangat tampan melebihi Alain dengan rambut pirang”

.

“Hahaha kau ini, baby”, Yuri ikut tertawa karena candaan Jessica.

.

.

.

.

.

***

.

Ditempat lain…

.

“Hai Alain”, sebuah suara mengagetkannya dari arah belakang. Ia sedang berdiri di pintu kedatangan menunggu seseorang.

.

Pria yang dipanggil Alain itu langsung memberikan tatapan mematikannya pada lawan bicaranya.

.

“Kau!!”, ia segera mengapit leher orang itu tanpa ampun.

.

“Hahhahaha, okay stop Alain. Aku hanya bercanda”, balas orang itu sambil berusaha melepaskan lengan Alain darinya.

.

“Ish, Kau ini”, kesal orang itu yang tak terima dipanggil Alain.

.

Orang yang dimarahinya pun hanya bisa memberi tanda peace dengan tangannya. “Iya aku tahu, kau hanya suka dipanggil Alain oleh gadis masa kecilmu itu”, godanya pada namja yang ia panggil Alain.

.

“Baru dua hari di Paris, kau jadi menyebalkan”

.

“Hahahahaha”

.

Keduanya berjalan menuju parkiran mobil. Kali ini namja yang dipanggil Alain membuka pintu penumpang sedangkan namja satunya membuka pintu driver.

.

“Kau mendapatkan apa yang aku mau?”, tanyanya pada orang itu.

.

“Sangat sulit, tapi aku sudah meninggalkan beberapa pesan pada orang-orang yang aku percayai disana. Kuharap ini dapat meringankan bebanmu”

.

Alain menoleh ke arah lawan bicaranya. “Terima kasih atas bantuanmu”

.

“Aish kau ini, jangan katakan hal itu karena aku belum menemukan apa yang kau mau”

.

Tapi ini sudah membantu”, Alain mengangkat map yang baru saja ia terima.

.

“Aku hanya berharap semuanya baik-baik saja”, ucap orang itu.

.

“Hmmmm semoga, aku berharap begitu”

.

Alain menghela nafasnya sebelumnya membuka map yang dipegangnya.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

—————————————-

Hai Hai ^^

Jeje hadir lagi dengan The Heirs yang semakin hmmmm you know lah. Hehehe

Note: Sebenarnya udah mulai ketebak loh kalo aja kalian konsentrasi baca The Heirs. Gue berharap ada reader yang bisa nebak cerita ini. :))

Dan munculnya Alain itu bukan teka-teki baru tapi semakin membantu terungkapnya sebuah rahasia yang disembunyikan orang-orang terdekat Jessica.

Kalo Jessica tiba-tiba ingat Alain, bakal gimana ya lanjutannya? *smirk smirk*

Ada yang tahu artinya Alain????? ^^

Tapi gue baik hati kan ya, noh si Yoonkrys balikan lagi. Hahahahaha ciyeeee

Next Chap, prepare your heart ya guys.

Oh masalah FF baru, udah jadi sih tapi entar aja ya updatenya XD

Udah ah ngomongnya.. hehehe selamat membaca.

Maaf dengan kesibukan gue.

.

.

Annyeong!

.

by: J418

.

*bow*

109 thoughts on “THE HEIRS (15)”

  1. alain..?siapa alain kyaknya sica punya kenangan manis sama alain…
    soo bilang sica berubah 5thn yg lalu dan taeng bilang ketemu taeng 5 thn yg lalu apa ini ada kaitannya…?
    wah wah wah yoonkrys balikan good job yoong kkk…

    Like

  2. Nah siah jadi bukan ke taeyeon ajah jessica lupa hooo iya iya
    Ah segitu mah yoong romantis bahkan gentle “penembakan” nya wkwkwk
    Tadi pas baca kirain jessica manggil Alien, aih pas di baca lagi Alain 😀 maap je efect baca di hp hehe

    Like

  3. Nah siah jadi bukan ke taeyeon ajah jessica lupa hooo iya iya
    Ah segitu mah yoong romantis bahkan gentle “penembakan” nya wkwkwk
    Tadi pas baca kirain jessica manggil Alien, aih pas di baca lagi Alain 😀 Alain taeyeon kali kan pernah di paris *soktau

    Like

  4. Syndrome memory sica kambuh,, jadi dia lupa dgn apa yg sdh terjadi di makam eunji.
    Alain, apa itu taeyeon?.
    Wahh benar2 pernyataan yang tidak romantis, dari yoong untuk minta balikan lagi ama krys.😄

    Like

  5. wah makin maknyus nih konfliknya the heirs tp seiring brjlanya wktu teka-teki nya mulai trpecahkan

    dan skrang ada nama alain jg ntah ni siapa pula tp mnurut gue sih ni si taeng cos yg tinggal dprancis kan si babang ateng ah drpda bnyak brtanya2 lbih baik langsung cus part slnjutnya deh thor…

    Like

  6. ‘Penembakan yang tidak romantis’ entah kenapa gua senyum-senyum sendiri ngebacanya,, alain(?) mungkinkah itu taeng(?) oh ternyata sica punya memory syndrome pantes dia lupa sama taeng bahkan sampe lupa siapa suaminya fany. Semakin seru nih ceritanya

    Like

  7. cie yoonkrys balikan . wkwkkwkw . oo jadi sica punya memory snydrome , itu dmana dia suka hilang ingatan sementara gitu ? trus alian itu siapa ? dia yg bisa membuka rahasia yg disimpan rapat oleh yul dan yoong ? wahh penasaran banget gue .

    Like

Leave a comment