SERIES, The Heirs

The Heirs (7)

Tittle                : THE HEIRS

Cast                 : Kwon Yuri

Kim Taeyeon

Im YoonA

Choi Sooyoung

Tiffany Hwang

Jessica Jung

Son Yejin

Girls Generation Member and Others

Genre              : Gender Bender, BitterSweet, Drama, Romance

 

Series

————————————————————————————————

Note: buat reader gue yang mengharapkan NLTL sequel, gue minta maaf karena ternyata gue belum bisa update. Ceritanya udah jalan 70% tapi tiba-tiba berhenti ditengah jalan. Jadi daripada gak maksimal, gue harap masih bersabar nunggu ya. ^_^ semoga ide gue buat sequelnya NLTL segera muncul kembali.

.

.

.

.

PART 7

—————

Jika ada hal yang paling bahagia yang ingin Taeyeon ceritakan pada dunia, maka inilah moment yang paling membahagiakan menurutnya. Duduk di hadapan seorang wanita cantik yang mampu meruntuhkan tembok keplayerannya. –maybe

.

Taeyeon mengiris steak perlahan demi perlahan dan menikmati pemandangan di depannya. Ia tak perlu melihat bagaimana bentuk steak itu terpotong. Yang Taeyeon perlukan hanya menatap wajah bidadari malam ini.

.

“Berhenti menatapku seperti itu. Kau membuatku merasa tidak nyaman”, Jessica melayangkan protesnya yang sedari tadi ia tahan.

.

“Wae?”, hanya itu jawaban “polos” dari Taeyeon.

.

“Pokoknya berhenti menatapku”, Jessica berucap sangat dingin.

.

Taeyeon meletakkan pisau dan garpunya. Lalu meletakkan kedua sikunya untuk menopang dagunya dan memandang ke arah Jessica. “Kau terlihat menakjubkan malam ini, walaupun aku tahu kau sengaja memakai pakaian sesimple mungkin”, tatapan Taeyeon beralih ke dress yang Jessica pakai. Benar-benar simple dan tanpa make-up.

.

Tak lama setelah mengucapkan itu, Taeyeon mencondongkan wajahnya ke depan dan berkata dengan lirih kepada Jessica. “It makes me easy to access your body”, ucap Taeyeon dengan kekehannya.

.

“Jaga ucapanmu dengan baik, Taeyeon-ssi”, Jessica tidak memperdulikan ucapan pria d hadapannya ini. Ia tetap melanjutkan makannya dan segera mungkin menyelesaikannya.

.

Taeyeon menghela nafas. Ia kemudian menyenderkan tubuhnya di kursi dan memandang gelas berisi wine yang sedang ia pegang. Sesekali ia melirik Jessica yang masih fokus dengan makanannya.

.

.

.

.

.

.

————————————-

.

Flashback 5 years ago…

.

Di sebuah hotel megah yang berada di jantung kota Paris sedari tadi tak henti-hentinya didatangi para tamu undangan. Dari cara mereka berpakaian, sangat jelas bahwa pesta ini sangat penting dan dihadiri para pebisnis-pebisnis dunia.

.

“Hi Ryan, senang bertemu denganmu”, seorang pria paruh baya menyapanya.

.

“Hi Kim, sudah lama sejak terakhir kita bertemu”, keduanya berjabat tangan.

.

Pria yang dipanggil Kim itu tersenyum pada Ryan, lalu ia memanggil seorang anak laki-laki berusia 17 tahun. “Nak, kemarilah”, anak itu mendekati keduanya. “Ryan, ini Taeyeon. Dia sudah beranjak dewasa, kau masih mengingatnya bukan?”

.

“Tentu saja,”, Ryan Jung tersenyum dan Taeyeon membungkukkan badannya tanda ia menghormati Ryan.

.

Tak berapa lama Ryan menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang. Mr. Kim yang melihatnya, merasa keheranan. “Apa ada yang kau cari Ryan?”, tanyanya.

.

“Ah, iya. Aku lupa mengatakan bahwa aku datang bersama putriku, Sooyeon”. Ryan masih menatap ke sekeliling namun hasilnya nihil. Ia pun meminta izin pada Mr. Kim untuk mencari putrinya. Tanpa ia sadari bahwa Taeyeon mengikutinya dari belakang.

.

.

Dari jarak yang tak terlalu jauh, Taeyeon bersembunyi di balik pilar besar yang mampu menutupi tubuhnya. Ia melihat bahwa ada seorang gadis menghentakkan kakinya ke lantai. “Dad, ayo kita pulang. Aku bosan dengan suasana ini”, ucap gadis itu.

.

“Sooyeon-ah, acara bahkan belum dimulai. Rekan Daddy, Mr. Kim akan memperkenalkan calon penerusnya. Kau harus belajar menghadapi situasi seperti ini”, ucap tuan Jung lembut.

.

“Yasudah, kalau begitu aku mau disini”, Jessica masih tetap dengan keinginannya. Hal itu membuat tuan Jung menyerah.

.

“Baiklah, kau boleh disini. Daddy akan masuk kembali, jangan berjalan terlalu jauh dari lokasi ini”,

.

“Okay Dad”, Jessica menampakkan deretan giginya dan mengangkat jempolnya pertanda setuju.

.

Tuan Jung sudah pergi, tapi Taeyeon masih belum berniat pergi. Ia memandangi gadis tak jauh darinya itu dengan senyuman. Ia melihat Jessica bersenandung kecil dan itu mampu menyejukkan pendengaran Taeyeon. “Suatu hari kita akan bertemu lagi, Jung Sooyeon”, janji Taeyeon dalam hati.

.

.

.

Flashback end…

———————————-

.

“Kim Taeyeon”

.

Lagi-lagi Jessica mendengus kesal. Sudah berapa kali ia memanggil Taeyeon tapi pria itu senyum-senyum tidak jelas. “KIM TAEYEON!!”, Jessica sedikit berteriak dan memukul meja. Taeyeon terkesiap dengan hal itu.

.

“Ne???”, tanyanya refleks.

.

“Sampai kapan kau tersenyum seperti orang gila”.

.

Taeyeon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Hahaha, itu……”, Taeyeon berdiri dari kursinya dan mengulurkan tangannya pada Jessica. “Bagaimana kalo kita berdansa”, ucap Taeyeon mengalihkan topik pembicaraan.

.

“In your dream”, Jessica berdiri dan bersiap mengambil tas miliknya.

.

“Please… Setelah ini aku janji kita akan pulang”, pinta Taeyeon sungguh-sungguh.

.

“Just once”, Jessica berjalan menuju lantai dansa tanpa memperdulikan uluran tangan Taeyeon.

.

Taeyeon terkekeh, ia langsung menyusul Jessica. Dengan amat sangat terpaksa, Jessica berdansa bersama Taeyeon diiringi musik balad yang indah. Taeyeon terus menatap lurus ke arah mata Jessica. Gadis itu sesekali membalas tatapan Taeyeon tapi tak bertahan lama.

.

Entah kenapa, perasaan Jessica semenjak kejadian di lift menjadi kacau setiap menatap mata kiri Taeyeon. Ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya dan Jessica ingin tahu. Tapi ia menahan keinginannya. Ia tidak ingin terlibat dengan Taeyeon lebih dari ini.

.

Taeyeon menyadari perubahan wajah Jessica, dengan telunjuk dan ibu jarinya ia mengangkat dagu Jessica agar menatapnya. Jessica terdiam, kini ia sepenuhnya dapat melihat mata Taeyeon jauh lebih lama. Jessica tak dapat menahannya lagi, ia meneteskan airmatanya ketika melihat mata kiri Taeyeon.

.

“Ma-matanya…….” perasaan Jessica semakin kalut.. “Ini tidak mungkin”, pikirnya. Jessica mendorong tubuh Taeyeon agar menjauh darinya. Taeyeon terkejut dengan reaksi Jessica. Lagi-lagi gadis itu menangis melihatnya.

.

.

.

***

.

Di sebuah villa kecil yang terletak di pinggiran kota Seoul, Sooyoung terduduk di lantai dan memeluk kakinya. Ia menangis menyaksikan bara api membakar tabung-tabung kaca yang baru saja ia lemparkan. Tubuh Sooyoung bergetar hebat mengingat betapa brengseknya dia.

.

.

“Appa, kenapa menangis?”, Sooyoung kecil berumur 10 tahun baru saja pulang dari sekolahnya.

.

Sang Appa tak menanggapi pertanyaan anaknya. Sooyoung lalu melihat foto-foto yang berserakan di meja kerja sang Appa. Ia mendekati meja itu dan terlihatlah wajah ibunya bersama seorang pria terlihat berpelukan dan bermesraan. Bahkan beberapa foto lainnya, menampilkan gambar yang tidak pantas untuk dilihatnya.

.

Tuan Choi segera mengambil foto-foto itu dan membuangnya ke tong sampah. Sayangnya ia tidak sadar jika anaknya sudah melihat beberapa foto itu. Ia merunduk untuk menatap mata anaknya. “Keluarlah bersama buttler Yongshin, Youngi-ah. Appa harus pergi karena ada urusan”, tanpa menunggu jawaban sang anak, tuan Choi segera pergi.

.

Sejak saat itu, Sooyoung tak pernah bertemu ibunya. Ia tidak berani menanyakan keberadaan ibunya kepada sang Appa karena ia tahu itu hanya akan mengundang kesedihan bagi Appanya.

.

Waktu terus berjalan dan Sooyoung sudah beranjak dewasa dan duduk di bangku high school. Ia kemudian mulai mengerti situasi apa yang terjadi pada Ayah dan Ibunya. Hal itu semakin Sooyoung yakini ketika ia tak sengaja bertemu dengan Ibunya yang sedang bermesraan dengan pria-pria hidung belang di salah satu bar.

.

Sejak itu, ia membenci ibunya. Ia juga mengerti kenapa Ayah dan Ibunya bercerai. Karena kebenciannya terhadap sang ibu, Sooyoung berjanji pada dirinya sendiri akan membalaskan sakit hati Ayahnya. Sejak kuliah, Sooyoung menjadi player dan meniduri gadis-gadis di luar sana. Tentu saja gadis itu bukan gadis baik-baik yang ia temui di bar atau tempat hiburan lainnya.

.

.

Flashback end…

.

.

Tabung-tabung kaca yang terbakar saat ini adalah tabung kaca berisi nama-nama wanita yang pernah Sooyoung tiduri. Jumlahnya 17, seperti angka saat ia menginjak usia 17 tahun. Usia dimana Sooyoung mengerti dengan semua yang terjadi kepada Ayahnya 7 tahun lalu.

.

Tiba-tiba seseorang ikut duduk disebelahnya dan memeluk Sooyoung dari belakang. Menyandarkan kepalanya di punggung namja itu. Mereka diam tanpa kata hingga bara api itu mulai padam.

.

Sooyoung menegakkan kepalanya dan melirik seseorang di sampingnya kini. Orang itu tersenyum menampillkan bulan sabit di matanya. Sooyoung mengangkat kedua tangannya dan membingkai wajah orang tersebut. “Gomawo”

.

Tiffany memegang kedua tangan Sooyoung yang masih berada di pipinya. “Gwenchana… Kau sudah berhasil menepati janjimu, Youngi-ah”, mendengar kata-kata Tiffany, Sooyoung mulai bisa tersenyum lagi. Bagaimana mungkin ia bisa menemukan seorang wanita yang berani menerima segala kekurangannya bahkan perbuatannya yang kelam.

.

Keduanya berbagi pelukan, kini satu beban Sooyoung terangkat. Lembaran baru siap ia buka dan keplayerannya akan ia tutup dengan kesetiaan pada satu wanita. Wanita yang berada di pelukannya kini.

.

Keduanya tiba-tiba tertawa akan perbuatan mereka masing-masing. Dua orang yang dulunya tak pernah berkomitmen secara serius, lalu dipertemukan dan kini saling mendukung satu sama lain untuk menjadi lebih baik.

.

“I Love You, Tiff”

.

“I Love You, too”

.

.

.

.

.

Malam semakin larut, Tiffany sudah terlelap dalam pelukan Sooyoung. Namun namja itu belum mau memejamkan matanya. Ia masih menikmati wajah kekasihnya dengan seksama. Begitu banyak hal yang telah ia lakukan bersama Tiffany walau semua itu secara sembunyi-sembunyi. Tapi satu hal yang ingin Sooyoung lakukan saat ini adalah menjaga Tiffany, sama halnya yang seperti Eunji katakan beberapa tahun lalu padanya. “Youngie-ah, jika suatu saat kau menemukan wanita yang kau cintai, maka jagalah dia.”

.

.

Burung-burung berkicauan menyambut datangnya sang surya ke permukaan. Suasana pinggiran kota Seoul masih terasa sepi. Tidak banyak kendaraan berlalu lalang. Tiffany membuka matanya dan mendapati tempat tidur yang kosong.

.

Tiffany bergegas menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya dan mencari keberadaan Sooyoung. Ia tersenyum saat melihat kekasihnya duduk di taman belakang dan sedang menelpon seseorang.

.

Semakin Tiffany mendekat, suara kegelisahan dari Sooyoung justru terdengar. Langkahnya semakin cepat dan ia melihat Sooyoung sedang memegang sebuah koran. Tiffany merebut koran itu, Sooyoung berusaha mencegahnya namun ia gagal. Ia kembali fokus pada seseorang di seberang telpon.

.

“Tidak mungkin”, lirih Tiffany. Ia menatap Sooyoung dengan penuh tanda tanya, tapi Sooyoung masih fokus pada ponselnya.

.

Sooyoung segera mengakhiri panggilan tersebut dan duduk. Tiffany ikut duduk disebelahnya dan masih memegang koran. “Bagaimana bisa terjadi?”, tanyanya.

.

“Orang-orangku masih menyelidikinya. Beberapa investor tiba-tiba menarik saham mereka dari perusahaan”, Sooyoung mendesah kesal. Proyek yang akan ia jalani adalah proyek besar, proyek pembuktiannya pada sang Appa jika ia bisa menjadi penerus yang bisa diandalkan.

.

Tiffany menatap pria itu. Tiba-tiba perasaannya gelisah, pikirannya mendadak mengingat Daddynya. “Apa mungkin…..”, kalimat Tiffany terhenti. Ia segera membuang jauh pikiran negatifnya.

.

“Ada apa, sayang?”, Sooyoung balik bertanya.

.

“A-Aku berpikir ji-jika ini ada hubungannya…”, lagi-lagi Tiffany berhenti. Ia menggelengkan kepalanya mencoba berpikir jernih. Sooyoung masih menunggu jawaban Tiffany.

.

“Lupakan saja. Ayo, kita kembali ke Seoul. Ku harap orang-orangmu bisa mencegah kepergian para investor”, Tiffany berdiri dan menarik tangan Sooyoung.

.

Sepanjang perjalanan, keduanya masih diam dengan pikiran masing-masing. Hanya suara radio yang bergema di dalam mobil itu, bahkan tak ada satupun dari mereka berniat memindah frekuensi karena dapat dipastikan semua media sedang membicarakan saham dari CS Group yang menurun.

.

Sooyoung memberhentikan mobilnya di depan Rumah Sakit Ritz. “Soo, apa semuanya akan baik-baik saja? Aku takut”, Tiffany enggan turun dari mobil.

.

Sooyoung menggenggam tangan Tiffany dengan lembut. “Fokuslah pada pekerjaanmu fany-ah. Aku akan mengatasinya” Sooyoung mencium punggung tangan Tiffany lalu keningnya.

.

“Take care, Soo”

.

Mobil Sooyoung sudah menjauh, dan Tiffany masih memandangi mobil itu hingga menghilang. “Huft, semoga ini tidak ada hubungannya dengan hubunganku dan Youngi”, gumam Tiffany.

.

.

“Apa itu tadi Sooyoung?”, sebuah suara mengagetkan Tiffany. Kegugupan menyelimutinya dan dengan perlahan ia membalikkan tubuhnya untuk menatap orang yang ada dibelakangnya. Orang itu bersidekap seperti orang yang ingin marah tapi ekspresi wajahnya biasa saja.

.

“Je-Jessi…. hai”, Tiffany mencoba tidak gugup tapi mulutnya menghianatinya.

.

Tatapan Jessica menjadi tajam, alisnya bertautan. “Jadi, apa yang tadi kulihat di dalam mobil antara kau dan Sooyoung? Bisa kau jelaskan, Tiff?”

.

Kejadan beberapa waktu lalu saat di kafe yang tak jauh dari apartemennya bersama Sooyoung dan Yuri, Jessica tak sengaja melihat keduanya tengah bersama. Tapi Jessica pikir itu hal yang biasa dan ia memilih untuk keluar dari kafe. Namun, apa yang dilihatnya beberapa menit lalu bukanlah hal yang biasa menurutnya.

.

“………………”

.

Tiffany belum berbicara. Ada keraguan dalam dirinya untuk menceritakan semua itu. Tapi tatapan Jessica tak beralih sedikitpun darinya. Ia melihat Jessica mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.

.

“Mungkin Sooyoung bisa memberikan jawabannya”, ucap Jessica.

.

Mendengar hal itu, Tiffany segera merebut ponsel Jessica. Huft.. “Baiklah, aku akan berkata jujur. Tapi tidak disini, di ruangan kita dan kau harus berjanji untuk merahasiaakan hal ini”, ucapan Tiffany membuat Jessica mengangguk cepat. Matanya berbinar saat Tiffany bersedia berbagi cerita.

.

_dan hari itu, Jessica mengetahui semuanya. Mengetahui hubungan Tiffany dan Sooyoung.

.

.

.

——————————-

.

“Jongsuk-ah, bisakah kau berhenti sebentar. Aku lelah”, Woobin protes pada pria kepercayaan Hyungnya itu.

.

“Aish, makanya sudah kubilang jangan ikut. Kau ini, Taeyeon membutuhkan laporanku secepatnya”, kesal Jongsuk. Tapi ia tetap berbalik dan menghampiri Woobin yang telihat memegang lututnya dan kelelahan.

.

Jongsuk menghela nafas. Ia kemudian menghubungi orang untuk menjemput mereka karena ia melihat Woobin yang sudah kelelahan. “YA!! aku masih ingin ikut”, protes Woobin.

.

“Sudah kukatakan padamu untuk tinggal dan bersantai, sementara aku mencarinya”

.

“Tapi aku ingin membantumu menemukan siapa yang mendonorkan matanya untuk Hyung”, Woobin masih tersengal-sengal namun ia berhasil menyelesaikan kalimatnya.

.

“Ha~~~ kau sama keras kepalanya dengan Taeyeon. Baiklah, kau kuizinkan tetap ikut”

.

Keduanya kembali mendatangi Rumah Sakit lain yang berada di Busan. Sudah beberapa Rumah Sakit yang mereka datangi untuk mencari tahu siapa pendonor mata untuk Taeyeon. “Jongsuk-ah, temukan siapa orang yang memberiku mata ini. Aku sangat ingin mengucapkan terima kasih padanya. Hanya Ayahku yang tahu, tapi aku sudah tidak bisa bertanya lagi padanya”

.

Suara permintaan Taeyeon masih terngiang di benak namja itu. Selama mereka bersahabat, Taeyeon tak pernah meminta sesuatu padanya dan kali ini ia ingin sekali mewujudkan keingintahuan Taeyeon tentang identitas pendonornya.

.

“Appa, Hyung sekarang bisa melihat dengan sempurna dengan kedua matanya. Apa itu karena dokter berhasil menyembuhkan, Hyung?”, Mr. Kim tersenyum melihat keceriaan anak bungsunya. Ia mengangkat anaknya untuk duduk dipangkuannya.

.

“Tidak Woobin-ah. Seseorang telah menolong Hyungmu dengan memberikan salah satu matanya”, Woobin yang saat itu masih berumur 7 tahun belum mengerti maksud Ayahnya. Ia hanya mengangguk mengiyakan perkataan ayahnya dan ikut senang karena seseorang menolong hyungnya.

.

“Apa kau yakin akan menemukannya?”, Jongsuk menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Woobin.

.

“Pasti Woobin-ah. Itu janjiku pada Taeyeon”

.

.

.

.

.

.

.

Di tempat lain..

.

Seorang namja bertubuh atletis dengan warna kulitnya yang kecokelatan, baru saja memasuki sebuah area luas yang berada di daerah dataran tinggi. Hanya kesunyian yang melanda dan hanya semilir angin yang berhembus.

.

Dengan sebuket bunga krisan yang ia bawa, ia kemudian menuju sebuah batu besar dengan tulisan hangul di batu tersebut. Ia meletakkan bunganya dan mencoba membersihkan daun-daun kering yang jatuh di sekitarnya.

.

“Lama tidak mengunjungimu, maafkan aku”, ucapnya. Ia lalu mengeluarkan sebuah sapu tangan rajutan yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. “Rasanya tetap menyakitkan. Kau tahu, aku seperti kehilanganmu baru kemarin tapi aku menyadari bahwa aku kehilanganmu lebih dari 10 tahun”.

.

Ia memandang ke arah langit yang cerah sambil tersenyum. “Aku sudah mencoba membuka hatiku pada orang lain, tapi ternyata aku tetap kalah. Kau tahu, aku lagi-lagi kalah sebelum bertanding.”, ia tersenyum pahit ketika mengingat fakta bahwa Seohyun sudah milik orang lain.

.

“Ketika pertama kali melihatnya, aku seperti melihatmu. Apa ini pertanda bahwa Tuhan tidak mengizinkanku untuk mencintai seseorang sepertimu lagi? Jika iya, rasanya ini tidak adil bagiku.

.

Yuri lalu menatap cincin yang melingkar di jarinya, cincin pertunangannya dengan Jessica. “Mianhe Sica-ah”

.

Beberapa menit disana, cukup membuat Yuri melepaskan kerinduannya. Cukup juga untuk Yuri menceritakan segala perasaannya dan juga kesedihannya. Ia lalu berjalan meninggalkan taman pemakaman itu dengan perasaannya yang bercampur aduk.

.

.

.

***

.

Beberapa hari kemudian….

.

“Kau baik-baik saja Yul?”, suara Yejin menyadarkan Yuri dari pikirannya. Ia membuka mata dan melihat Yejin yang sudah duduk di sampingnya.

.

“Eoh, aku baik-baik saja. Hanya kurang tidur” jujur Yuri.

.

Tak lama, Yejin mengeluarkan map dari dalam tasnya. “Ini berkas-berkas yang sudah disetujui Hyuni”, Yejin menyerahkan berkas itu.

.

“Gomawo, Yejin-ah”, Yuri kemudian melihat berkas-berkas itu. Akhirnya kesepakatan sudah tercapai sepenuhnya. Itu artinya proyek akan berjalan dan Yuri tak perlu lagi bertemu dengan Hyuni.

.

“Kau tahu, Hyuni sedikit kecewa padamu. Kau bahkan selalu memintaku untuk menemui Hyuni dan membicarakan proyek yang kalian lakukan. Seharusnya aku tidak terlibat. Apa Hyuni punya salah terhadapmu?”

.

Dari nadanya, Yuri tahu bahwa Yejin tak suka dengan hal ini. “Tidak, Hyuni tidak punya salah. Aku benar-benar sibuk Yejin-ah”, bohongnya. Katakan jika ia tidak profesional, tapi Yuri tak ingin bertemu Seohyun.

.

“Tapi aku beruntung karena kau mau membantuku”, ucap Yuri lagi dan kali ini disertai senyuman.

.

Yejin tertawa karena jawaban Yuri. “Kau berhutang padaku, Yul”

.

“Hahaha, aku tahu. Mungkin kau tertarik untuk menjadi asistenku secara official”, Yuri menaik turunkan alisnya.

.

“Aish kau ini”

.

.

.

Tanpa Yejin dan Yuri tahu bahwa ada sepasang mata penuh amarah memandang mereka. Dia adalah Jessica. Karena sudah tidak tahan lagi, Jessica menghampiri keduanya dan melemparkan beberapa lembar foto ke arah keduanya. Jessica juga tidak segan menampar Yejin.

.

Plaakk…

.

“Sica!!!”, Yuri terkejut dengan aksi tunangannya.

.

Jessica memandang ke arah Yuri dengan emosi yang meluap. “Kau berselingkuh di belakangku, Yul? Dengan wanita yang tidak sederajat dengan kita?”

.

“Apa-apaan ini, Sica. Yejin temanku, mana mungkin aku berselingkuh. Dan lagi, bisakah kau tidak menamparnya dan tidak menghinanya?”

.

“Yul, aku tidak apa-apa”, Yejin berusaha menengahi apa yang terjadi agar tidak menjadi keributan besar karena beberapa mahasiswa mulai melihat apa yang mereka lakukan.

.

“Kau diam, ini urusanku dengan tunanganku”, teriak Jessica.

.

Yuri mengambil foto-foto yang berserakan. Ia melihat, ada dirinya bersama Yejin sedang berada di restoran ataupun beberapa kafe dan juga ada foto Yuri saat berada di depan rumah Yejin.

.

“Sica, kau harus dengarkan penjelasanku. Foto-foto ini memang benar, tapi aku dan Yejin hanya berteman. Kami akhir-akhir ini sering bersama untuk proyek yang sedang kujalani. Bukankah kau sudah tahu tentang hal itu?” Yuri mencoba tenang dan menjelaskannya.

.

“Tetapi kenapa ada dia?”

.

“Yejin membantuku dalam proyek ini”

.

“Dia? Dia membantumu? Tahu apa dia tentang bisnis, Yul. Dia hanya seseorang yang tidak sama levelnya dengan kita. Kuminta keluarkan dia dari kampus ini”, pinta Jessica.

.

Yuri benar-benar tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia akan mengabulkan setiap keinginan Jessica jika gadis itu tidak menyukai seseorang yang ada di kampus ini. Tapi kali ini tidak dengan Yejin. Yejin sudah banyak membantunya.

.

Sooyoung yang baru saja datang, melihat ada beberapa mahasiswa berada di taman kampus. Matany melebar saat ia melihat apa yang terjadi. Sooyoung berlari secepat mungkin.

.

Merasa tak mendapat jawaban dari Yuri, Jessica mendorong bahu Yejin dengan tangannya hingga ia terjatuh. Tanpa sadar Yuri membentak Jessica.

.

“Hentikan!! Kau keterlaluan Sica”

.

Bughh…

.

Sebuah pukulan melayang tepat di wajah Yuri, siapa lagi jika bukan Sooyoung yang memukulnya. “Youngi!!”, Jessica kaget saat Yuri tersungkur dan itu ulah Sooyoung. Sebelum Jessica sempat menolong Yuri, Sooyoung menahan lengan gadis itu.

.

“Ayo pergi dari sini, Sica”, ajak Sooyoung. Ia kemudian menatap tajam pada Yuri “Kau baru saja membentaknya demi membela orang lain dan itu membuatku kecewa, Yul”, Sooyoung membawa Jessica pergi dari situ meskipun Jessica berusaha melepas cengkeraman Sooyoung tapi kekuatan Sooyoung lebih besar darinya.

.

.

Arrgghhhhh!!!  Yuri mendesah frustasi. “Apa yang kalian lihat. Pergi dari sini”, marahnya pada beberapa mahasiswa yang ada disitu. Ia segera menolong Yejin. “Gwenchana?”,

.

Yejin mengangguk “Aku baik-baik saja, Yul. Kejar mereka”, Yejin meminta Yuri menyusul Sooyoung dan Jessica tapi Yuri menolaknya.

.

“Sikumu terluka, ayo kuantar ke unit kesehatan”, Yuri membantu Yejin. Mereka pun menuju unit kesehatan.

.

Yuri dengan seksama melihat suster jaga yang mengobati luka Yejin. Walaupun tidak terlalu besar, tapi Yuri yakin luka itu terasa sakit karena ia melihat Yejin yang meringis saat sikunya diberikan obat merah.

.

Suster itupun selesai mengobati Yejin dan Yuri segera menghampirinya. “Maafkan Sica, Yejin-ah. Dia benar-benar keterlaluan”, wajah Yuri menunjukkan penyesalan atas kejadian tadi.

.

“Sudah kukatakan aku tidak apa-apa Yul. Sebaiknya kau menemui Jessica. Dia hanya salah paham tentang semua ini”

.

“Sica tidak bisa kutemui saat ini, dia pasti bersama Sooyoung. Aku akan berbicara padanya, tapi tidak sekarang. Ayo, kuantar kau pulang”, tawar Yuri dan ia membantu Yejin untuk berdiri.

.

.

.

.

———————————–

.

Sooyoung mengambilkan gelas berisi air putih untuk menenangkan Jessica yang tak berhenti menangis. Mereka kini berada di rumah Sooyoung. Lagi-lagi Sooyoung memijit pelipisnya, kesekian kalinya ia melihat Jessica menangis dan berantakan. Ia memilih diam dan mengusap pundak Jessica agar tenang. Tiba-tiba Jessica memecah keheningan.

.

“Yuri lebih percaya pada gadis itu daripada kita, Soo”,

.

Sooyoung mengerutkan keningnya tak mengerti. “Huh? Maksudmu?”

.

“Proyek barunya, bahkan gadis itu membantunya”

.

“Kau yakin?”

.

Jessica balik menatap Sooyoung karena pertanyaannya. “Apa aku terlihat sedang berbohong?”, aura dingin Jessica kembali dan kali ini lebih menyeramkan.

.

“Uh, ehmmm, maksudku…. maksudku, apa kau yakin dengan alasannya? Bisa saja gadis itu benar-benar hanya membantu”, Sooyoung mencoba memahami situasi ini.

.

“Dengan sering bersamanya? Bahkan makan bersama, dan sampai mengantar ke rumahnya?”, Jessica balik bertanya.

.

“Bagaimana kau tahu?”, Sooyoung tadi tidak sempat melihat foto-foto yang berserakan. Yang membuat Sooyoung marah karena Yuri membentak Jessica. Sooyoung tidak suka dengan hal itu.

.

“Pagi ini ada yang mengirimku foto-foto Yuri dan gadis itu. Aku melihat semuanya Soo”

.

“Bicarakan ini baik-baik setelah kau tenang. Aku marah pada Yul karena ia membentakmu, ia sudah melanggar 1 janji padanya”, Jessica menepis tangan Sooyoung yang berada di pundaknya.

.

“Jangan membawa dia dalam percakapan ini Soo”, Sooyoung merasakan amarah Jessica kembali naik.

.

“Sica, ta-tapi dia…..”

.

Jessica menutup kedua telinganya. “Aku muak mendengar tentangnya, Soo. Bahkan mengingatnya saja aku tidak mau, kau tahu dia yang membawaku ke dalam situasi seperti sekarang dan dia juga yang membuatku menjadi pewaris. Aku tidak bisa melakukan apapun yang aku mau, aku membencinya”

.

“Sicaaaa”, suara Sooyoung melemah mendengar kalimat terakhir yang Jessica ucapkan.

.

“Hentikan!!”, Jessica segera pergi dan menuju kamar tamu yang ada di lantai 2.

.

Sooyoung tak dapat berkata apa-apa lagi, Jessica benar-benar berada di puncak amarahnya. Sooyoung duduk kembali ke sofa dan berusaha menenangkan pikirannya.

.

.

.

.

***

.

Tiffany sedang menyantap makan malamnya bersama Daddynya, Mr. Hwang. Tatapan Tiffany tak pernah berhenti memandang pria paruh baya itu. “Apa yang kau lihat, sayang?”

.

“Uh, tidak ada Dad”, Tiffany merasakan sikap Daddynya yang biasa-biasa saja. Bahkan tidak ada yang berubaha “Mungkin tebakanku memang salah”, ucapnya dalam hati.

.

“Ngomong-ngomong, bagaimana proyekmu bersama Im Jinah tentang panti asuhan itu?”

.

“Well, semuanya baik-baik aja Dad. Tapi partnerku bukan Im Jinah, aku belum bertemu dengannya. Yang menggantikannya adalah adiknya”, Daddy Hwang menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan putrinya.

.

“Ya, siapapun dia, Daddy harap kau bisa membangun kerjasama yang baik”

.

“Ne, Dad”, jawab Tiffany malas karena ia tiba-tiba mengingat namja menyebalkan bernama Yoong. Tapi dia juga bersyukur, namja itu saat ini tidak sedang berada di Korea karena ada urusan bisnis lainnya.

.

Tak lama, asisten Mr. Hwang menyerahkan ponsel miliknya. Tiffany mendengar percakapan itu dengan serius. Selesai berbicara, Mr. Hwang tersenyum dan memandang putrinya. “Ada seseorang yang ingin Daddy kenalkan padamu”

.

“Huh? Siapa Dad?”

.

“Kau akan mengetahuinya sebentar lagi, sayang”, Tiffany mengangkat bahunya cuek. Ia tidak tertarik dengan hal ini dan melanjutkan makannya.

.

Beberapa menit kemudian, derap langkah kaki terdengar semakin mendekat ke arah ruang makan. Sesosok namja dengan pakaian santainya mendekati meja makan dan menyapa Mr. Hwang.

.

“Selamat malam, tuan Hwang”, sapanya disertai senyuman.

.

Di sisi lain, Tiffany yang sedang makan langsung tersedak begitu melihat sosok yang tak jauh darinya itu.

.

“What the…—”

.

.

.

.

.

.

.

TBC

———————————————

Hai hai, gue comeback lagi. Maaf ya lagi sibuk banget.

Semoga menyukai chapter ini ^^

.

Annyeong!!

.

.

by: J418

.

*bow*

138 thoughts on “The Heirs (7)”

  1. Ada kejadian apa taeyeon dan jessica di masa lalu…apa keluarga cho dan hwang tidak bersahabat, kasian sekali sooyoung…yuri dia akan bersama siapa nantinya? Ini terlalu rumit…kupastikan itu im yoong

    Like

  2. Abu abu ah soyoung sayang banget yah sama sica dah kayak bapak aja
    Taeyeon buta yg donorin pasti eunji hummm pasti yg daten itu yoong

    Like

  3. o ow apakah itu yoong yg bkal dikenalin ma fanny kkk…
    yul sudah melanggar 1 janji darinya ..nya siapa sich makin penasaran..
    lalu knpa setiap sica menatap taeng dia akan nangis apa mungkin sica kenal sama orang yg donorin matanya ke taeng….

    Like

  4. ap yg tjd dgn sica kala lht mata taeyeon ap hal itu berkaitan dgn ms laluny?yuri jd kcw krn hyun udh pny pacar.
    satu hal udah terbuka n ini ttg Soo yg berjnji krn ayahny.kykny mulai jelas ini tp bikin penasaran bgt..

    Like

  5. Hoo iya ngerti jahaha kenapa jessica kaya gitu, terus yg donorin mata ke taeyeon tadi tuh ada di part 5 kalo ga salah eh 4 gitu, tuh taeyeon pernah ketemu jessica sebelumnya, tapi jessicanya ga kenal kenapa ya

    Like

  6. Akhirnya dinner pun terjadi dan taeng ga menyia- nyiakan kesempatan untuk memandang sica, sampai berdansa pula. Tapi kenapa sica menangis waktu ngeliat mata taeyeon?.
    Jadi soyoung dendam karna ummanya jadi play woman. Tapi dia jadi player dan tidur dgn banyak wanita?. Aku ga ngerti dgn dendam soyoung.
    Ahhh jadi tae cacat mata nya. Dan dia sedang mencari siapa pendonor matanya. Apa mungkin itu jieun?.
    Wah….sica kalau cemburu mengerikan. Hmmm cerita semakin menarik akan .

    Like

  7. Sica ah😢😢😢 matiii terus yg slma ini bersama yul n soo itu kembarannya jessi gitu😔😔😔 gagal paham lagi sy😧😧😧
    Setiap liat mata kiri tae, sllu mewek.. knp jessi?! Wae?!

    Like

  8. hmmm sedikit demi sedikit sepertinya udah ada titik cerah nih thor 🙂
    sepertinya benar dugaan ay kalo emang wanita yang di cintai yuri bahkan disaat di meninggal itu adalah kakak jessica, dan sebelum meninggal yuri di beri amanat oleh kakaknya agar sica selalu tersenyum, dan akhirnya yuri melakukan kemauan kakak sica dan atas kematian kakaknya sica menyebabkan sica yang jadi pewaris tahta ,,
    dan mata itu (mata kiri taeyeon) mata yang di donorkan oleh kakak sica ke taeyeon, dan mungkin gegara mr.kim dan mr.jung berteman makanya mata kakak sica di donorkan sama taeyeon,,makanya setiap sica lihat mata kiri tae di selalu sedihh,,nah yang jadi pertanyaan thor kenapa pendonor mata taeng atau kakaknya sica bisa meninggal,,???
    *Eiittssss thor, nih cuman persepsi ay aja koq thor, kalo salah maaf thor :v hehehhee 😀

    janji? berarti soo berjanji akan meniduri 17 wanita gara-gara korban broken home kah.,, dan akhirnya janji soo terpenuhi dan membuka lembaran beru bersama fanyyy,,
    wahhh salut deh sama pasangan soofany,, walaupun pacaran mereka tersembunyi gitu tapi tetep manis pake banget pula tuh hahahahah,,,
    tapii sepertinya badai untuk soofany udah mulai muncul yah thor,,
    ahh semoga aja soofany bisa melaluinya 🙂

    waduhh,, kira-kira siapa yah namja yang di undang oleh mr.hwang,,?? apakah yoong,,

    hmzzzz lanjut thor,, 🙂

    Like

  9. oooh ternyata gitu ceritanya sooyoung dulu . sekarang udah lengkap sampe 17 tuh , sooyoung jdi milik fanny seutuhnya . wkwkkwkw . hahaha taeng , kayaknya sdh lama suka sama sica ya. cocok deh taengsic . trus siapa ya yg ditemuin yul di pemakaman ? eunji kah yang sahabatnya yulsicsoo . trus siapa yg sica benci ? adiknyakah atau eunji , atau eunji itu adalah adiknya sica ? aduh gmana sih gue bingung nih . butuh pencerahan . hehehehe . yg datang kerumahnya fanny siapa ? yoong kali ya ?

    Like

  10. Janji sooyoung sm yuri apaan sih? Trs knp young ngejaga sica bgt kyk tkt sica knp2? Trs siapa yg sengaja ngirimin foto2 soofany sm foto yuljin? Hadehhadeeh ribet pisan atuuhh

    Like

    1. Hai. Gue respond disini aja. Thankyou ya udah mampir dan berbagi pemikiran. Gue jamin gak nyesel baca the heirs. Salah satu favorit gue yang bikinnya sampe harus double mikir. Semoga suka heheheh ^^

      Like

  11. Kayak ya ada hubungan ya antara pendonor mata kiri taeyeon sama jessica…

    Pasti yg dateng ke temoat tiffany itu si yoong

    Like

Leave a comment