My Trouble Maker, SERIES

My Trouble Maker (8)

Tittle                : MY TROUBLE MAKER

Cast                 : Kim Taeyeon

Kwon Yuri

Im YoonA

Tiffany Hwang

Jessica Jung

Seo Juhyun

Victoria Song

Choi Sooyoung

The Others

Genre              : Gender Bender, Friendship, Drama, Romance, Angst

 

Series

————————————————————————–

Part 8

.

.

Di bandara, Jessica masih terlihat tak mau melepaskan pelukannya pada Hyoyeon. Ada perasaan bersalah pada namja itu karena tidak menceritakan perihal tentang pertemuannya dengan Yoong. Ia hanya berpikir bahwa itu sudah tidak penting lagi, tapi sejak perkelahian Yoong dan Hyoyeon membuat Jessica sedikit khawatir.

.

Hyoyeon mengusap punggung wanita yang ia cintai dengan sepenuh hati itu. Ia ingin tinggal dan menemani tunangannya tetapi kantor sangat membutuhkannya. “Sssh, tenanglah. Akan kuusahakan bisa berkunjung lagi, hmmm”, ada gelengan dari kepala Jessica yang Hyoyeon rasakan di dadanya. Akhirnya ia membiarkan Jessica memeluknya hingga puas.

.

“Oppa pergi dulu, Sica. Kalo sudah sampai, oppa akan menghubungimu”, Hyoyeon mengecup sekilas bibir Jessica. Saat hendak berbalik, Jessica menahan lengannya.

.

“Oppa~, jongmal mianhe”, lirihnya. Hyoyeon menangkup wajah sendu Jessica yang masih terlihat jelas apalagi tatapannya.

.

“Kenapa minta maaf? Apa ini karena Yoong?” Jessica mengangguk. Ia menyembunyikan sesuatu yang seharusnya ia ceritakan. Hyoyeon memang tidak banyak tahu tentang Yoong karena Jessica akan menangis setiap mengingat namja itu.

.

Hyoyeon menghela napasnya karena melihat Jessica merasa bersalah seperti ini. “Oppa percaya padamu, Sica.” ucapnya sambil tersenyum. “Jaga dirimu baik-baik, hmmm”

.

“Aku ingin kembali ke Seoul dan mulai memikirkan pernikahan kita. Bagaimana menurutmu Oppa?”, ucapan Jessica membuat Hyoyeon terkejut. Tiba-tiba saja Jessica membicarakan hal yang sangat menentukan masa depannya.

.

Hyoyeon mendekap kembali wanita dihadapannya ini. “Pikirkan baik-baik, Oppa tidak ingin kau menyesal nantinya. Ini impianmu sayang”

.

“Tapi Oppa— ”

.

Hyoyeon melepas pelukannya dan tersenyum kepada Jessica. “Kau sedang kalut. Jangan memaksakan dirimu. Pikirkan semuanya baik-baik, Oppa hanya ingin semua keputusanmu sesuai dengan hatimu” ucapnya lagi.

.

Jessica mengembangkan pipinya karena tersenyum lega. Hyoyeon selalu memberinya ruang bebas sehingga ia tidak pernah merasa tertekan. Jessica mengecup bibir Hyoyeon dan tersenyum lagi. “Gomawo Oppa, hati-hati. Aku akan merindukanmu”

.

“Hmmm, nado”, Hyoyeon berbalik dan mulai memasuki pemeriksaan tiket.

.

Jessica menatap punggung Hyoyeon yang mulai menjauh dari pandangannya. Ada ketakutan dalam dirinya bahwa Hyoyeon akan melepasnya.

.

Di sisi lain, Jessica masih mengingat jelas bahwa Yoong adalah mimpi indahnya. Tetapi sejak Yoong menghilang begitu saja, semua mimpi indah itu berubah menjadi mimpi buruk baginya. Dan Yuri, pria baru dalam hidupnya yang mampu membuatnya tertawa lepas dan membuatnya merasa aman setiap bersama pria itu

.

.

Jessica memilih pulang ke rumah Taeyeon daripada kembali ke apartemen. Ia segera mencari Oppanya itu untuk membicarakan sesuatu. Saat maid mengatakan ia ada di ruang rawat Jieun, ia segera ke sana.

.

“Oppa~~”, Jessica berlari kecil saat memasuki ruang rawat Jieun, kakak iparnya. Ia melihat Taeyeon sedang memperhatikan istrinya mencoba melukis sesuatu.

.

“Aigoo, kau menangis setelah mengantar Hyo”, ucap Taeyeon saat melihat mata adiknya memerah. Jessica yang berada di pelukan Taeyeon hanya mengangguk.

.

“Oppa, apa aku boleh tinggal disini? Aku tidak ingin kembali ke apartemen”, Jessica mendongak menatap oppanya.

.

tung!

.

Taeyeon mendorong pelan kening adiknya dengan telunjuk jari. “Rumah Oppa, rumahmu juga, Sooyeon-ah”

.

“Hehehehe, oke Oppa”, Jessica mencium pipi Taeyeon dan beralih mencium pipi Jieun. “Aku pergi dulu Oppa, Unni” Jessica segera pergi dari ruangan itu.

.

“YA!! Kau baru saja pulang, Jung Sooyeon” teriak Taeyeon.

.

Jessica menongolkan kepalanya dari balik pintu. “Aku ingin bertemu dengan temanku Oppa, bye” ucapnya lalu pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban Taeyeon.

.

“Aish, anak itu”

.

.

.

———————————

.

Jessica mendekat ke arah mobil Yuri yang terbuka tanpa atap. Yuri sudah menunggunya di suatu persimpangan yang cukup jauh dari kawasan perumahan Taeyeon. “Yul, maaf aku sedikit terlambat”, Yuri yang sedang memainkan ponselnya menoleh ke arah Jessica yang menyapanya.

.

Ia membuka pintu mobil dan berjalan ke sisi satunya untuk membukakan pintu untuk Jessica. “Its okay, belum terlalu lama”, Ia mempersilahkan Jessica masuk ke mobilnya.

.

“Kenapa kita bertemu disini? Kau bisa memintaku untuk menjemput ke apartemen?”

.

“Aku sudah tidak tinggal di apartemen, Yul. Ada sesuatu yang membuatku sebaiknya tinggal di rumah Oppa”, jelas Jessica. Yuri sekarang mengerti kenapa Jessica memintanya menunggu disini.

.

“Woow, Oppamu pasti orang yang penting”, Jessica menatap bingung Yuri yang berkata seperti itu.

.

“Wae?”

.

“Ini kawasan para elit dan pebisnis penting di Jepang, apa kau tidak tahu pekerjaan Oppamu?” Yuri jadi balik bertanya karena melihat Jessica yang clueless.

.

“Ah, mengenai itu. Oppaku seorang pebisnis tapi aku tidak tahu dia itu orang penting atau bukan”, Yuri tertawa kecil karena jawaban Jessica terlalu polos menurutnya. “Kita mau kemana Yul?”, gadis itu bertanya sembari memasang sabuk pengaman.

.

Yuri memegang dagunya seraya berpikir. “Bagaimana kalo kita melihat sakura yang sedang mekar?”

.

Mata Jessica berbinar dengan ide yang Yuri berikan. Ia sudah membayangkan taman sakura yang indah di musim semi ini. “Oke, aku setuju”, mendapatkan jawaban oke dari Jessica, membuat Yuri segera menjalankan mobilnya menyusuri jalaanan tokyo yang terlihat cerah.

.

Yuri membukakan pintu mobil itu wanita yang ia kagumi sekaligus dosen favoritnya itu seesampainya di taman sakura yang tak jauh dari pusat Tokyo. Jessica langsung mengeluarkan iphone6 miliknya untuk mengambil gambar di sekitar taman. Yul hanya menikmati pancaran kebahagiaan Jessica dalam senyumnya.

.

Jessica melambaikan tangannya dan meminta Yuri mendekat ke arahnya. Mereka melakukan beberapa selca bersama dengan berbagai macam ekspresi wajah. Jessica tak berhenti tertawa saat ia melihat hasil gambar yang ia ambil sembari duduk di kursi taman.

.

Tanpa Jessica tahu, Yuri mengambil sebuah benda dari dalam saku jaket kulitnya. Ia kemudian menyodorkan benda itu pada Jessica. “Yul— ”, belum sempat Jessica berbicara, Yuri sudah memakaikan gelang dengan 7 warna ke tangan Jessica.

.

“Tanda pertemanan kita”, Yul mengangkat tangan kirinya yang sudah ia pakaikan gelang yang sama dengan Jessica. Siapapun tidak akan pernah tahu bahwa gelang itu khusus Yuri pesan, jadi pemiliknya hanya dia dan Jessica.

.

“Terima kasih Yul”, Jessica menatap tangannya yang sudah dihiasi oleh gelang yang indah.

.

Inilah waktunya bagi Yuri untuk mengungkapkan perasaannya pada Jessica. Yuri adalah tipikal orang yang sulit meyakini cinta, tapi dengan Jessica untuk pertama kalinya ia merasakan hal yang berbeda tapi ia belum yakin bahwa itu cinta. Hanya saja, Yuri ingin mencoba dan ia menetapkan pilihannya pada wanita yang telah membuatnya terpesona.

.

“Sica—”, Yuri menatap Jessica dan berhenti sejenak. “Mungkin pertemuan kita diawal, aku sangat menyebalkan dan membuatmu marah. Tapi entah kenapa, itu kulakukan karena aku selalu gugup jika melihatmu”.

.

Jessica belum bereaksi, dia memilih untuk mendengarkan Yuri berbicara hingga selesai. “Aku tidak yakin ini yang namanya cinta, tapi perasaan untuk bersama denganmu selalu muncul setiap harinya”.

.

Lagi-lagi Yuri berhenti, tidak ada tanda-tanda Jessica menolak ataupun tersenyum atas pernyataannya. Wajah gadis itu terlalu datar tanpa ekspresi. “Apakah aku boleh menjadi seseorang yang special untuk menemanimu?”

.

Akhirnya kalimat itu lancar untuk Yuri ucapkan. Keheningan melanda mereka sejenak, Jessica tidak mempersiapkan kata apapun untuk menghadapi ini. Dia pikir selama ini Yuri menggoda dan mengganggunya karena ia menganggap bahwa itu sudah menjadi sifat dari cara Yuri memperlakukan gadis manapun yang menjadi temannya termasuk dirinya.

.

Tapi Jessica tahu apa yang harus ia lakukan, ia tidak mau Yuri salah paham dengan hubungan ini. “Yul, dengarkan aku. Kumohon apapun jawabanku, semuanya tidak akan ada yang berubah”, pria berkulit eksotis itu mengangguk mengerti dengan kalimat yang diucapkan Jessica.

.

“Sebenarnya— ”

.

.

Drrtt…drrttt…..

.

Panggilan dari ponsel Yuri menghentikan ucapan Jessica. Ia melihat ID pemanggilnya berasal dari kantor tempat dimana markasnya bersama Sooyoung berada. Merasa ada yang penting, Yuri langsung mengangkat telpon itu.

.

Jessica yang melihat Yuri menerima panggilan di ponselnya, seketika menangkap perubahan pada wajah Yuri. Mukanya berubah pucat dan dari ekspresinya, Yuri seperti baru mendapatkan berita besar.

.

“Sica, kita harus segera pergi dari sini”, tanpa menunggu jawaban Jessica, Yuri menarik lengan gadis itu tanpa menyakitinya. Dalam perjalanannya, Yuri tak banyak berkata. Ia sesekali mencoba menelpon seseorang tapi tidak berhasil tersambung.

.

“Yul, hati-hati”, Jessica menyentuh lembut pundak Yuri. Seketika Yuri sadar bahwa ia sedang membawa Jessica bersamanya.

.

“Maafkan aku Sica, aku hanya panik. Aku ada urusan, dan aku akan mengantarmu pulang terlebih dahulu”, Yuri menoleh sebentar ke arah Jessica dan kembali fokus pada jalanan.

.

.

.

.

***

.

Kesibukan Tiffany di dunia modeling yang baru saja ia tekuni 1 bulan ini, membuat pemilik eyes smile itu mendapat banyak panggilan pekerjaan yang berhubungan dengan fashion show. Seperti sekarang, ia bertemu dengan para petinggi-petinggi Jepang yang hadir dalam fashion show milik Ryo Odigawa yang bertema “charity”.

.

Selesai beraksi di catwalk, Tiffany dipanggil sang designer malam ini dan diperkenalkan dengan beberapa petinggi yang hadir. Ia pun segera menunjukkan sifat ramah tamahnya pada orang-orang yang berada di dekat sang designer.

.

Saat menjabat satu per satu para petinggi, tiba-tiba Tiffany merasa pernah melihat salah satu dari para petinggi di suatu tempat. Ia terkejut ketika menyadari siapa orang itu sedangkan petinggi itu menunjukkan senyum evilnya saat melihat perubahan ekspresi Tiffany.

.

.

Tap…tap…tap….

.

Selesai menyapa, Tiffany segera pergi dari situ, langkahnya semakin cepat meninggalkan ballroom untuk bertemu dengan sang manajer. Sayangnya, beberapa pria berjas hitam menghadang langkahnya.

.

Tepukan tangan dari belakang membuat Tiffany membalikkan badannya. “Terburu-buru sekali nona Tiffany Hwang? Benar begitu?”, suara pria itu mengagetkan Tiffany.

.

Percuma melarika diri, Tiffany sedang dikepung dan karena posisinya sudah menjauh dari ballroom, lorong hotel ini terlihat sepi. Pria itu berjalan mengelilingi Tiffany, menatap gadis itu dari ujung kaki hingga ujung kepala lalu tertawa pelan.

.

“Wow, ternyata kau seorang model. Hmmmm, sangat menarik. Kenapa lari? Merasa bersalah atau merasa terancam?”, ucap pria itu lalu ia tertawa keras.

.

Salah satu dari pria berjas hitam mendekat dan menyerahkan sebuah amplop besar pada Tiffany dan gadis itu membukanya. Si pria tertawa lagi begitu tahu reaksi yang diberikan Tiffany. “Tidak perlu bekerja keras untuk menghidupi adikmu, dia akan mendapatkan kelimpahan materi jika kau menuruti keinginanku”, ucap pria itu santai.

.

Tiffany meremas amplop itu dengan sekuat tenaga, matanya mulai memerah. Ingin sekali ia memaki dan meneriaki pria itu, tapi Tiffany masih memiliki sopan santun.

.

“Hubungi aku jika kau bersedia, jangan terlalu lama berpikir atau kau akan kehilangan segalanya. Karirmu, adikmu, dan juga—” ia pura-pura berpikir “kau tahu maksudku kan”, pria itu tertawa lalu berlalu dari hadapan Tiffany.

.

Tubuh Tiffany meluruh, ia terduduk di lantai dan mulai menangis. Ia tidak menyangka semuanya akan seperti ini, dan foto-foto itu semakin menyakiti dirinya.

.

.

.

.

———————————-

.

Sepulangnya dari mengantar Jessica, Yul segera menemui Sooyoung di markas biasa mereka bertemu. Disana ia menemukan Sooyoung dengan raut wajah gelisah. “Soo”, Yuri menghampiri Sooyoung yang sedang berdiri di dekat jendela.

.

“Apa kau bisa menghubungi Yoong?”, Yuri menggeleng cepat, menandakan ia gagal menghubungi adiknya.

.

Sooyoung segera mengambil beberapa foto di laci meja yang ada di ruangan itu dan menunjukkan beberapa foto. Yuri merasa kerongkongannya kering dan tiba-tiba kepanikan dalam dirinya melanda. –Yoong dalam bahaya-

.

“Soo, i…ii…ini…? Bagaiman bisa?”

.

Sooyoung menepuk pundak Yul lalu duduk di pinggiran meja. “Aku baru mendapatkan kabar dari Niel. Dia salah satu orang yang disuruh mencari keberadaan Yoong. Aku sudah menghubungi orang-orang kita untuk menanyakan kemana mereka pergi”, Sooyoung berbalik arah dan mengambil pistol miliknya di atas meja.

.

“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi aku berharap tidak ada yang saling membunuh diantara kita”, Sooyoung mendekati Yuri dan berdiri di hadapannya. “Kau juga sahabatku Yul, meski aku sudah bersahabat jauh lebih lama dengannya”.

.

Sooyoung lalu berjalan keluar ruangan dan diikuti dengan Yuri. Mereka mengendarai mobil yang berbeda namun dengan tujuan yang sama.

.

Keduanya memacu mobil layaknya mereka sedang melakukan balapan. Di depan kemudinya, Sooyoung hanya diam dan fokus pada jalannya. Sedangkan di mobil lain, Yuri tak hentin-hentinya bergumam atas keselamatan Yoong.

.

.

.

Di tempat lain…

.

Yoong sedang menikmati makan malamnya bersama Seohyun di salah satu apartemen miliknya. Hari ini mereka merayakan kelulusan Seohyun di sanggar piano tempat gadis itu belajar musik.

.

Setelah makan malam, Seohyun memainkan piano yang sudah Yoong siapkan dengan sebuah lagu yang khusus Seohyun buatkan untuk Yoong. Namja itu duduk di sofa dan menikmati setiap alunan yang dimainkan oleh Seohyun.

.

Namun sesuatu mengganggu momen mereka. Alarm peringatan di dalam apartemen Yoong berbunyi. Ia segera mengecek ipadnya dan melihat cctv yang ia pasang di lorong menuju kamarnya.

.

Yoong segera menarik Seohyun untuk masuk ke dalam kamarnya. Seohyun yang tidak tahu apa-apa, jadi ikut panik. “Oppa, suara apa itu?”, Yoong tidak menghiraukan pertanyaan kekasihnya.

.

Ia segera menekan tombol rahasia di balik lemari bukunya dan membawa Seohyun masuk ke dalamnya. Yoong menatap intens wajah Seohyun dan mencium kening gadis itu. “Pulanglah ke rumah dan jangan menghubungiku karena Oppa yang akan mencarimu. Kau paham?”

.

Seohyun bingung dengan apa yang terjadi. Gadis itu tiba-tiba menangis. “Oppa, aku sungguh tidak mengerti”, Yoong meletakkan telunjuknya ke bibir Seohyun.

.

“Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, kumohon kau pergi. Jalan ini akan membawamu menuju kamar lain di apartemen ini. Setelah itu carilah taksi dan tinggalkan apartemen. Mengerti?”

.

Seohyun mencoba memahami apa yang terjadi tapi ia begitu clueless. Ia mengiyakan permintaan Yoong dan segera pergi dari situ. Pintu apartemen Yoong terbuka kasar. Beberapa bodyguard Yoong berusaha menahan orang-orang yang ingin mencarinya.

.

“Keluar kau Yoong!! Aku tahu kau pemimpin Kaizen”, teriak seseorang yang menantang Yoong.

.

Yoong mengambil tongkat bisbol miliknya dan keluar menuju keributan. Yoong melihat anak buahnya terluka. Memang di apartemen ini anak buah Yoong sedikit karena Yoong tidak ingin Seohyun curiga siapa dirinya yang sebenarnya.

.

“K—kauu……” Yoong membulatkan matanya saat tahu siapa yang sedang mengacak-ngacak daerah kekuasaannya.

.

Orang itu tersenyum sinis. “Ternyata kau masih berani membuat masalah di sekitarku Im Yoong”.

.

Yoong mencengkram kuat tongkat bisbol yang ia pegang. Amarah seketika menguasai dirinya saat melihat pria di hadapannya adalah seseorang yang membuatnya merasakan kesakitan dan kehilangan cinta pertamanya, Jessica Jung.

.

Pria itu mulai melepas jasnya dan menyisakan kemeja putihnya. Ia memberi tanda pada anak buahnya untuk menyingkir. “Aku tidak suka main keroyokan. Seperti 3 tahun lalu, malam ini aku ingin memberi pelajaran bagaimana rasanya dihajar”

.

“Kau selalu ikut campur urusanku, Taeyeon-ssi”

.

Taeyeon tertawa kecil pada Yoong “Yonghwa sudah kuanggap seperti saudaraku. Jadi aku tidak ikut campur. Karena kau yang memulai menyakitinya, maka aku yang akan membalasnya”.

.

Yoong menjatuhkan tongkat bisbolnya dan bersiap pada posisi berkelahi. Ia tersenyum meremehkan orang di depannya. “Ya, ini momen yang tepat untuk balas dendam padamu atas kejadian 3 tahun lalu”.

.

Perkelahian dimulai. Yoong dan Taeyeon saling beradu kekuatan fisik. Tubuh mereka bukanlah tipe tubuh atletis, namun keduanya sudah terbiasa terlibat pertarungan dengan orang-orang yang mencari masalah di luar sana. Namun ini kali kedua, keduanya terlibat adu fisik.

.

Taeyeon yang bertarung dengan Yoong memiliki kecepatan yang lebih dari dirinya walaupun ia memiliki postur tubuh yang kurang dari Yoong. Pukulan telak Yoong dapatkan di bagian perut. Ia tak punya waktu untuk meringis menahan sakit. Yoong segera membalas pukulan itu dan berhasil membuat tubuh Taeyeon tersungkur.

.

Taeyeon segera berdiri dan mengelap darah yang ada di sudut bibirnya. Ia menggulung lengan kemejanya. “Hmmm, tak kusangka kau sudah hebat sekarang”, Taeyeon segera menyerang Yoong.

.

Pukulan demi pukulan saling berganti di dapatkan oleh keduanya. Namun pengalaman berpihak pada Taeyeon yang lebih hebat dalam pertarungan apapun. Ia berhasil membuat Yoong terjatuh ke lantai. Semua anak buah Taeyeon bersiap, sedangkan anak buah Yoong tak ada yang mampu berdiri karena terluka.

.

Taeyeon mengeluarkan beretta 92 favoritnya. Pistol ini memiliki peluru yang tajam yang bisa membuat siapapun mengalami sakit yang luar biasa. “Kuberi kau kesempatan kedua untuk hidup menjauh dari adikku, tapi sekarang kau membuat masalah lain dengan melukai seseorang yang sudah kuanggap seperti saudaraku”, Taeyeon mengarahkan pistolnya tepat di kepala Yoong yang sedang terbaring.

.

Yoong mengatur nafasnya cepat. Kelelahan melanda dirinya, darah segar mengalir di pelipisnya dan di sudut bibirnya. Yoong tak sanggup berdiri lagi, ia memejamkan matanya dan siap menerima apapun yang terjadi.

.

.

.

.

.

“TAENG!! Hentikan”

.

Taeyeon menoleh ke arah pintu dan mendapati Yuri dan Sooyoung yang masih mengatur nafas akibat berlari. Taeyeon mengerutkan keningnya saat melihat kedua sahabatnya berada disini. Padahal dia tidak pernah meminta Yul ataupun Sooyoung terlibat dalam masalah ini.

.

Yuri langsung menjatuhkan kedua lututnya di lantai, berlutut. “Taeng, jangan lukai dia. Aku rela menggantikan posisinya. Ku mohon Taeng, dia satu-satunya adikku”.

.

“YA! Yul, apa yang kau lakukan?”, Sooyoung dengan cepat mengangkat tubuh Yuri untuk berdiri.

.

Taeyeon terdiam. Apa yang baru Yuri katakan menghantam semua amarahnya. Bagaimana mungkin jika Yoong adalah adik Yuri? Bahkan mereka memiliki marga yang berbeda. Im Yoong dan Kwon Yuri.

.

Yoong yang mendengarnya berusaha tertawa cukup keras. “Hahahaha, kau mau jadi pahlawanku. Tidak perlu”, ejek Yoong atas kalimat yang Yuri ucapkan.

.

Sooyoung geram atas ucapan Yoong. Disaat seperti ini, namja itu masih saja keras kepala dan membenci Yuri. “YA! Kwon Yoona!”, teriak Sooyoung menyebutkan nama asli Yoong. Dari kecil Yoong tidak pernah mau memakai marga ayahnya “Kwon”, dia lebih memilih memakai marga ibunya “Im”.

.

Taeyeon menoleh ke arah Sooyoung. Ia menyipitkan mata kanannya. “Kau mengenalnya, Soo?”, selidik Taeyeon. Ada kekecewaan dalam sorot mata Taeyeon yang bisa ditangkap oleh Sooyoung.

.

“Taeng, aku bisa jelaskan semua ini. Ku mohon kau tenanglah dulu, masalah Yonghwa bisa kita selesaikan tanpa saling membunuh”, Sooyoung nekat membujuk Taeyeon walaupun ia tahu Taeyeon bisa saja menarik pelatuknya dan membunuhnya.

.

Bukannya mereda, amarah Taeyeon menjadi berkali lipat. Namun dalam wajah tenangnya ia memandang Yoong yang masih terbaring. “Kuberi kau kesempatan ketiga. Sekali lagi kau mencari masalah dengan orang-orang terdekatku, aku tidak akan segan membunuhmu.”

.

Taeyeon berjalan melewati Sooyoung dan berhenti disamping Yuri yang dipengangi oleh 2 anak buah Taeyeon. “Jangan menemuiku lagi Yul. Kau bukan bagian dari orang kepercayaanku lagi”, Taeyeon memberi tanda pada anak buahnya untuk melepaskan Yuri dan segera pergi dari apartemen ini.

.

Yuri langsung berlari menuju ke arah Yoong. “Kau tidak apa-apa Yoong?”, Yuri dan Sooyoung mencoba membantu Yoong namun namja itu memilih berdiri sendiri. Beberapa orang langsung menghambur masuk ke dalam apartemen. Siapa lagi jika bukan anak buahnya Yoong yang lain.

.

“Yoong!”, JunK segera membantu memapah Yoong untuk bisa berdiri. Namun tiba-tiba pandangan Yoong kabur dan dalam hitungan detik, Yoong sudah tak sadarkan diri.

.

JunK dan dibantu dua anak buah yang lain segera membawa tubuh Yoong ke mobil. Yuri menahan JunK untuk masuk mobil. “Aku ikut, dia adikku”, kalimat tegas dan pandangan marah Yul dapat terlihat jelas. Karena tidak ingin terlambat untuk membawa Yoong ke Rumah Sakit, akhirnya JunK mengizinkan Yul untuk ikut.

.

Yuri menatap Sooyoung yang berdiri di pintu mobil. “Kau tidak perlu ikut campur lagi, Soo. Aku sungguh minta maaf. Sampaikan terima kasihku pada Taeyeon, aku minta maaf atas perbuatan adikku dan juga karena aku merahasiakan perbuatan Yoong atas pemukulan Yonghwa”

.

“Yul— ”

.

“Terima kasih sudah menjadi sahabatku, kau dan Taeng tetap akan menjadi sahabat bagiku. Aku pergi dulu”, dengan begitu Yul masuk ke dalam mobil dan mobil itu segera pergi.

.

Sooyoung masih diam dan berdiri di posisinya sekarang. Ia menatap sendu pistol yang berada di tangannya sekarang. Pistol yang beberapa detik lalu Yuri berikan padanya. Yuri benar-benar pergi dari timnya dan Taeyeon.

.

.

.

.

***

.

Jessica yang sedang duduk di ruang keluarga dan menonton tv, dikejutkan dengan kedatangan Taeyeon. Gadis itu berdiri dan tersenyum menyambut Oppanya tapi Taeyeon berlalu melewati Jessica menuju ruang kerjanya. Ia ingin mengikuti Taeyeon tapi asisten Taeyeon menahannya.

.

“Maaf nona muda, saat ini tuan tidak bisa diganggu”, ucapnya ramah pada Jessica.

.

“Ada apa dengan Oppa? Apa sesuatu yang buruk terjadi?”

.

“Hanya masalah bisnis. Jangan khawatir”, Jessica bernafas lega dan tidak ada kecurigaan apapun terhadap oppanya. Ia kemudian kembali duduk di sofa dan menikmati acara tv yang sedang berlangsung.

.

.

.

Tak berapa lama kemudian, Jessica melihat asisten Taeyeon sedang berjalan bersama seseorang. Ia adalah Sooyoung yang ingin menemui Taeyeon di ruang kerjanya..

.

Saat melewati ruang keluarga, tatapan Sooyoung bertemu dengan Jessica begitu juga dengan Jessica. Ia menatap Sooyoung karena baru kali ini ia bertemu dengan Sooyoung, sedangkan Sooyoung cukup kaget karena wanita yang Yuri sukai berada di rumah Taeyeon.

.

Jessica mengendikkan bahunya. “Mungkin teman bisnis oppa”, pikirnya.

.

.

.

.

Di ruang kerja Taeyeon….

.

“Tuan muda ada di ruang bawah tanah. Silahkan tuan Choi”, asisten Taeyeon membukakan pintu rahasia menuju ruang bawah tanah yang disebutkan. Ia pamit dan membiarkan Sooyoung menemui Taeyeon.

.

Ada kegugupan dalam diri Sooyoung. Ia tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat tapi ia tidak mau Taeyeon menjadi semakin salah paham. Satu per satu anak tangga ia turuni, dan sayup-sayup terdengar suara tembakan dari. Pelan-pelan Sooyoung menyusuri lorong dan menemukan sebuah cahaya. Ia sudah sampai dan disana ia melihat Taeyeon dengan serius menembaki patung-patung yang menjadi sasaran bidiknya.

.

Taeyeon menyadari kehadiran seseorang dan tanpa menoleh pun Taeyeon sudah tahu siapa orang itu. Karena hanya Taeyeon, asistennya, dan Sooyoung yang tahu ruangan ini. Sedangkan Yuri, ia tidak pernah sekalipun datang ke rumah Taeyeon.

.

Dalam bisnisnya, Taeyeon hanya menyertakan Yuri sebagai orang kepercayaannya selain Sooyoung. Yuri lebih banyak beroperasi di lapangan. Sedangkan Sooyoung adalah kaki tangan Taeyeon dan juga pemimpin semua operasi penjualan senjata yang akan dijual.

.

Persahabatan Taeyeon dan Sooyoung lebih dahulu terjalin. Setelah itu Sooyoung bertemu Yuri di arena balapan dan bersahabat. Yuri dan Taeyeon kemudian juga menjadi sahabat karena Sooyoung. Namun, Taeyeon tidak terlalu akrab dengan Yuri karena keduanya jarang bertemu selain karena pekerjaan.

.

Butiran sisa-sisa peluru berserakan di kaki Taeyeon. Ia menghentikan aktivitasnya dan meletakkan pistol yang ia gunakan kembali ke tempatnya. Taeyeon berjalan kembali menuju tangga yang membawanya kembali ke ruang kerja.

.

Dalam diam, Sooyoung mengikuti Taeyeon dari belakang. Sesampai di kursi kebesarannya, Taeyeon duduk dan mulai menyalakan sebatang rokok. “Kau mau Soo?”, ia menawarkan pada Sooyoung dan diterima oleh namja jangkung itu.

.

Taeyeon menghentikan hisapan rokoknya ketika sudah mencapai setengahnya. Ia mematikan rokoknya dan menaruh begitu saja di asbak. “Apa ada yang kau sembunyikan Soo?”, walaupun Taeyeon tak berkata to the point tapi Sooyoung tahu bahwa Taeyeon bertanya mengenai Yoong dan Yuri.

.

“Aku kecewa kau menyembunyikan sesuatu dariku dan juga mengenai Kaizen, ternyata kau tahu siapa pemimpinnya”, lanjut Taeyeon dengan wajah tenang namun ketenangan itulah yang Sooyoung takutkan.

.

Sooyoung menarik nafasnya dan menghembuskannya pelan. “Maafkan aku Taeng, aku akan menceritakannya padamu dan alasan kenapa aku menutupinya”.

.

“Lanjutkan”, ucap Taeyeon.

.

“Begini ceritanya— ”, dan Sooyoung pun mulai memberitahu Taeyeon yang sebenarnya.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

———————————————

TADAAA!! Hahahaha maaf ya TBC muncul. Udah pegel gue.

Apa yang Sooyoung ceritakan ke Taeyeon akan terungkap di chapter selanjutnya.

Sebagai bocoran, next chapter adalah flashback masa lalu YoonSic dan apa yang dilakukan Taeng ke Yoong 3 tahun lalu. Lalu alasana kenapa Yoong membenci Yuri.

 Untuk masalah Tiffanya, waah badai makin kencang. Kekekeke *pasangmukapolos*

Apa yang akan dilakukan Tiffany? Dan siapa Tiffany?

Hihihi kalo pengen tahu, ditunggu aja ya ^^

.

.

Sampai ketemu lagi.

.

by: J418

.

.

*bow*

130 thoughts on “My Trouble Maker (8)”

  1. Gue lupa.. Udh batas mana yak baca ni ff..
    Yoong blom ad pengalaman lawan Tae masih anak ingusan.. Itu yg bikin Fany nangis siapa yak.. Minta d bunuh sama Tae rupa ny

    Like

  2. Taeyeon dan yoong? Hmm taeyeon yg bkin yoong pisah ma sica?? Astaga gregetan deh bacany,untung yul dtang tpt wktu klau ga dah di doorrr dah oppa kece q..fiuhhh lap keringat dah baca nih ff

    Like

  3. Kalo taeyeon tau yuri suka sama jessica pasti bakalan tambah marah lagi deh
    Ada apa lgi sama masa lalu ya tiffany kyk ya berat bnget

    Like

  4. Gatau knp disini gue fokus banget ama hyo.. mau dong yg kayak hyo satu *dikeplak* next chapter berarti kunci dari masalah2 selama ini..

    Like

  5. Hyo baik yaa.. gatau kenapa suka ama hyo disini.. bagi atu yg kaya hyo dong😂 next chapter kunci dari masalah2 selama ini.. cip cip

    Like

  6. Ini yg sy takuti 😐😐.. satu sama laen saling membunuh, keterkejutan soo sudah membuktikan krn mslh ini saling terhubung
    Gimna dgn pany?! Siapa yg mengancam pany di saat pekerjaan nya lancar lancar saja.. yoong kah or appa tae?!

    Like

  7. Aaaaaa!!! Ak gk rela tae ma yoong musuhan kek gitu 😦
    Btw ak bca komen yg lain kok kt.a chap9 d.protect ya
    Thoor bagaimana biar ak tau pw.a???

    Like

  8. ada apa dengan yoong dan taeng 3 tahun yang lalu . taeng kah yg nyuruh yoong ninggalin sica . tpi apa sebabnya ya . dan fanny jga kayaknya mencurigakan , siapa yg bica dengan fanny itu ya ? author bilangg ada jawabannya di chapter selanjutnya . ya udah gue lanjut baca dulu aja ya thor .

    Like

    1. author yg baik , gue mau lanjut baca nih , ternyata chapter selanjutnya di protect , hahhaha , bagi password nya dong 😀

      Like

  9. safu persatu semuanya ketahuan. konflik yultaesoo akan jd riweuh, apalagi posisi yul.
    soo blm tau sica adiknya taeng, bakal tambah terkejut dia.
    fanny ketemu sama siapa tuh, pake diancem segala…. jgn blg appanya taeng.
    hyuni & sunny poloooooosssss hehehehe

    Like

  10. Kampret tbc nya wkwk itu sica gak kenal soo apa? Dan knp yoong keadaannya lagi gitu malah ngeselin bgt wkwkk

    Like

  11. Hanjirr kok runyam gini masalahnya. Tiffy kenapa lagi masa lalunya. Trnyata walopun deket pda belom tau seluk beluknya ya pada

    Like

  12. yul selalu jadi pemain cadangan gak disini gak di WHY. Enak banget jadi Jess jadi bahan rebutan, makin besarlah tuh kepala.

    Like

Leave a comment